MUNCUL lagi kebiasaan lama itu. Menjual penyanyi pribumi dengan
cap mancanegara. Maka anak muda yang bernama Farid diberi gelar
'Elton John Indonesia', lantas dilepas di panggung Teater
Terbuka TIM - 7 Mei yang lalu. Yah sebagai jerat untuk menggaet
penonton, bolehlah. Tapi Far,id nampaknya lebih baik bernama
Farid saja daripada John ini-itu. Kan sudah bagus.
Malam itu ditampilkan 2 kelompok musik rok. Namanya seram-seram.
Generaton of Brilliancy, disingkat Gabril, satunya lagi bernama
Bani Adam. Bayangin. Yang pertama turun dengan 3 orang awak:
Yuke (vokal, bas), Tandry (dram) serta Daniel (keyboard). Sejak
awal sudah jelas gelagat mereka mau meniru Emerson Lake and
Palmer (ELP) dengan mencoba membawakan lagu Toccata. Disusul
dengan lagu Yerusalem yang hampir saja membuat mereka antara
kurung pingsan. Masih sempat ditambah lagu kepunyaan Beatles
yang bernama Let It Be. Sampai di sini sudah jelas bahwa grup
ini masih sangat lemah.
Kelemahan tersebut mereka coba angkat dengan gaya Ku Klux Klan.
Seseorang mengenakan kerudung putih menyeruak dari panggung
sambil berkoar-koar. 4 orang anak pun meletakkan tubuh seseorang
ke dalam peti mati yang sudah ditulis: G'Brill. Kemudian Ku Klux
Klan itu menyemburkan api dari mulutnya, yang lantas menjilat
tumpahan minyak pada peti. Musik mengganas. Api berkobar-kobar.
Setelah berangsur Padam. tampaklah apa yang mau mereka kerjakan.
Tokoh putih itu segera mengangkat sebuah kerangka manusia dari
dalam peti. Segera pula benda itu ditutup kain. Mulut pun
komat-kamit di sudut panggung kayaknya baca mantera. Tokoh putih
itu tiba-tiba pula membentak. Bersamaan dengan gebrakan itu,
kain tersingkap, serta anak yang ada dalam peti itu tahu-tahu
saja sudah nongkrong di papan. Tetap segar bugar.
Lepas sulapan tersebut, tibalah giliran Bani Adam. Di sinilah
muncul Farid Hardja yang sudah berusia 26 tahun itu. Ia
mengenakan celana putih ketat berkilat seperti pinjaman dari
Elvis Presley. Langsung melemparkan lagu Smokie (Boston Group).
Tubuhnya yang nyaris bulat menggelinjang kian-kemari. Ia bukan
penari, ia bekas mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pasundan
Sukabumi. Ia pun sesungguhnya agak sungkan dikasih nama Elton
John. "Itu gara-gara banyolannya Rudy Djamil di Bandung tempo
hari", ujarnya. "Saya nggak mau disebut Elton John ah. Kalau dia
itu nabi, saya baru mau".
Farid yang juga menyanyikan lagu: Give it every thing we got
ciptaannya sendiri boleh dibilang agak konyol. Apalagi tatkala
ia mencoba memanfaatkan kepalanya yang agak botak untuk menyamar
jadi Elton John yang botak itu. Dengan celana jin, baju berwarna
beler, kaca mata serta sebuah gitar, ia menyanyikan Come Back to
Louisiana. Kemudian ia jelaskan yang dimaksudnya dengan
Louisiana adalah kota Sukabumi. Rupa-rupanya ia punya bakat
untuk melucu, di samping juga sebagai tukang sulap. Dengarlah
sementara penonton menyangka ia sedang menarik sebuah Iagu
asing, tak tahunya temyata lagu Melayu tentang ular naga yang
bemama Panglima Amri -- jadi bukan Panglima Abri seperti
didengar beberapa orang.
Farid masih belum selesai. Ia masih sempat menukar lagi
pakaiannya dengan baju garis-garis, dan topi oranye seperti
tukang parkir Jaya. Ia menyanyikan lagu Bani Adam Band --
sebagai lagu penutup acara. Padahal jam baru menunjukkan pukul
10. Tentu saja penonton kalap. Apalagi Denny Sabri, pimpinan
Bani Adam, sebelumnya telah menjanjikan akan menyodorkan 2
penari rock'n roll. "Malam ini saya tidak bisa nyanyi rok terus
dong. Kalau di nite club, yang publiknya antara 400-500 dan
penuh asap rokok sih bisa. Tapi malam ini penonton dari berbagai
kalangan. Mereka pengin variasi", kata Farid membela diri. Tapi
nyatanya penonton butuh rok. Bukan itu "variasi".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini