Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Munculnya Kokoh Partikulir

Sejumlah orang swasta di beberapa kota mulai membina olahraga bridge. Mereka mendirikan pusat latihan dan menyelenggarakan turnamen. perlu perhatian serius dari pengurus gabsi.

21 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK tahun yang lalu sampai kini, olahraga Indonesia sedang dilanda krisis, baik kepemimpinan maupun prestasi. Merosot terus dan kalah terus! Bridge juga begitu. Sudah dua tahun, supremasi Timur Jauh direbut orang lain. Perama, di Bangkok, diboyong oleh Hongkong. Kedua di Auckland, direbut oleh Taiwan. Yang terakhir berarti, kesempatan turut kejuaraan Bermuda jadi tertutup. Tentu saja tidak puas. Biar begitu, toh tokoh-tokoh bridge di Indonesia tidak pula lantas berpangku tangan, baik dia itu tokoh resmi di dalam organisasi, maupun yang tidak resmi. Di Jakarta, yang tidak resmi ini diprakarsai oleh dua orang. Amran Zamzami membentuk Sasana Gajah Mada dan Pontoh membenahi Jakarta Lloyd. Kedua sasana itu saling berlomba dalam memenangkan setiap turnamen sejak permulaan ini. Bergantian mereka keluar sebagai juara. Prestasi paling akhir ialah tampilnya Regu Pontoh ini sebagai juara Piala Jarwn di Semarang, sedangkan pada waktu itu Regu Amran Zamzami keluar sebagai juara kedua di Singapura. Paling akhir, sasana Gajah Mada ini memenangkan Piala Hari Jadi Kartini, 8 Mei yang lalu. Puncak turnamen nanti telah direncanakan oleh Sasana Gajah Mada dengan menyelenggarakan Turnamen Gaakindo ke II di Hilton Hotel tanggal 18 dan 19 Juni. Akan diundang semua peserta PON IX, berikut Manoppo Bersaudara dari Manado serta Regu dari Medan yang pernah jadi juara di Singapura. Itu semua usaha "swasta" di Jakarta. Diam-diam tokoh "swasta" lainnya di daerah sudah mempersiapkan kuda-kuda gaya mutakhir. Dari Surabaya, Purbiantoro yang sedang serius menangani Regu PON, juga terlihat menyiapkan Regu lain. Kedua Regu itu memperlihatkan kebolehannya di Semarang. Dan Semarang dengan tokoh Teguh Santoso tak mau menyerah begitu saja. Begitu pula dengan pindahnya dua pemain dari Bandung dan Bogor ke Medan, Medan kini mulai memperlihatkan bijinya. Manado bukan cerita lagi, biar pun di Semarang dapat nomor tiga. Kebolehan Mental Dari tokoh-tokoh itu, membenahi diri dalam kemelut krisis sejak tahun lalu, tampaknya berdaya upaya untuk memulihkan kepercayaan dia sendiri. Teknis bermain tidak pula kalah. Kebolehan membaca dan menganalisa kartu tak diragukan lagi. Disadari, yang kurang pada olahragawan bridge ini cuma satu, yaitu mental. Nah ke sinilah mereka bertumpu. Yang penting untuk diperhatikan ialah mental jika bertanding di luar negeri. Soalnya begini. Di dalam negeri praktis mereka punya semangat juang yang meluap dan ingin melalap semua lawan dengan bagus. Hal ini tampak benar pada regu Nasional yang ke Auckland dan juga yang ke Bangkok. Di sana, selain oleh faktor lain, mental ini jadi turun merosot. Jika di Bangkok soal beban psikologis, maka di Auckland soal kepemimpinan. Kaitannya jadi latah, sebab di Auckland diturunkan 5 pasangan dari cuma enam orang pemain. Dan sebagainya. Karena itulah kita menghargai usaha Amran Zamzami dengan Sasana Gajah Mada yang menekankan perlu adanya disiplin latihan, baik latihan teknis maupun organisatoris. Demikian pula dengan Pontoh yang mau menerapkan pola manajemen. Begitu juga dengan tokoh lainnya, yang tetap bersemboyan pada adanya aturan permainan dalam mencapai setiap kemenangan. Invitasi Nasional Upaya tokoh partikulir tadi mendapat perhatian yang serius pula dari para tokoh yang duduk dalam organisasi Gabsi. Dengan adanya turnamen di berbagai kota dengan hadirnya banyak peserta, berikut juga peserta yang dianggap punya kebolehan menonjol, maka didapat gambaran kini, sejauh mana materi pemain bridge Indonesia. Untuk itu maka PB Gabsi belakangan ini telah menurunkan satu aturan baru dalam pengiriman Regu Nasional ke Kejuaraan Timur Jauh di Manila pada mula Nopember 1977 ini, dengan mengadakan Invitasi Nasional 1977. Invitasi ini yang intinya bertolak dari aturan teknik yang sedang digarap oleh Komisi Sembilan sesuai dengan putusan ongres Yogya, akan diikuti oleh maksimal delapan regu yang setiap regu terdiri dari hanya empat orang pemain. Regu tersebut ialan Regu juara I, II dan III PON IX tahun ini, Regu Gabmo (Sulut), Jakarta Barat dan Jakarta Pusat (ketiganya sebagai pemenan 1, II dan III antar Gabungan Klas A Kejurnas 1976 di Yogyakarta), dan Regu ke tujuh ialah Regu Manoppo Ber saudara plus Lasut/Aguw (Eks Juara Timur Jauh 3 x berturut-turut) dan Regu yang kedelapan akan diundang oleh PB Gabsi, dilihat dari evaluasi setelah PON IX berakhir. Dan pembentukan Regu Nasional nanti, pasangan ketiga akan ditunjuk oleh PB Gabsi, termasuk NPC dan officials lainnya, setelah mendengar saran dan pendapat dari semua tokoh bridge, baik partikulir maupun yang duduk di organisasi. Soalnya pada PON nanti, akan diselenggarakan juga per temuan Pengurus Daerah Gabsi seluruh Indonesia. Khusus bagi Regu Wanita, ceritanya agak lain. PB Gabsi telah menetapkan suatu cara dengan memanggil selurul pemain yang dianggap punya kebolehan untuk digodok di Pusat Latihan. Dari jumlah yang dilatih itu, hanya akan diambil enam orang sebagai anggota Regu Nasional pada saat-saat menjelang keberangkatan ke Manila. Tampaknya jatah Regu kedelapan dalam Invitasi Nasional itu akan bertolak dari prestasi mutakhir dalam setiap kegiatan pertandingan. Dan dari materi peserta, tampaknya upaya PB Gabsi ini perlu mendapatkan perhatian, mengingat krisis yang pernah melanda prestasi olahragawan kita di Kejuaraan Timur Jauh dua tahun berturut ini. Dengan materi tersebut dan hadirnya Manoppo, langit cerah membentang di atas memang. Itulah!

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus