Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Namanya Biru laut, seperti namanya akhir hidupnya berada di sana, di sebuah dasar di sebuah tempat gelap, sunyi, tanpa suara. Dari dasar laut ia bercerita, tentang kematiannya dan kisah-kisah sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai sebuah film pendek berdurasi 30 menit, Laut Bercerita (The Sea Speaks His Name) merangkum sebuah cerita cukup panjang dari 379 halaman novel berjudul sama. Kisah dari dua sudut pandang: seorang aktivis korban penculikan, dan seorang adik dari korban penculikan yang tak pernah kembali lagi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poster Film Laut Bercerita (The Sea Speaks His Name) karya Pritagita Arianegara diangkat dari novel berjudul sama karya Leila S. Chudori
Film ini digarap sutradara Pritagita Arianegara, nama yang menarik perhatian saat menyutradarai Salawaku (2016). Dari dua sudut pandang penceritaan di novel, Pritagita mengambil satu sisi yang menjadi jantung cerita yakni duka dan kehilangan keluarga korban penculikan. “Saat ditawari membuat film dari novel, saya meminta untuk mengambil bagian yang bisa merepresentasikan cerita dalam film pendek,” ujar Pritagita saat peluncuran novel Laut Bercerita, Selasa 12 Desember 2017.
Setelah disepakati bagian yang akan diambil, penulisan naskah pun dikembalikan kepada Leila S. Chudori selaku penulis novel. Pembuatan film pendek ini menurut Pritagita dilakukan dengan mengukur kemampuan. Pertama, dengan dana yang tak besar ia pun mulai mengumpulkan beberapa aktor yang ia kenal dan bersedia untuk terlibat dalam pembuatan film. Dan tentunya punya ketertarikan terhadap cerita film itu sendiri.
Leila S. Chudori menambahkan, proses dirinya mengambil cuplikan cerita dari novel ke dalam film pendek ialah dengan mengambil intisari novel lalu diterjemahkan dalam bahasa film. Sebagai sebuah fiksi, ia menekankan unsur tokoh dan cerita. Dalam menulis novel pun cerita film Leila tak mau menaruh misi tertentu. “Tentu kami harus memilih dan pilihan itu adalah nukilan-nukilan dalam novel yang kami bikin agar bisa jadi benang merah suatu cerita. Tentunya pembuatan film ini jangan ditreat sebagai film layar lebar.”
Dari dalam laut, sosok Biru Laut (Reza Rahadian) mengisahkan detik-detik sebelum ia dan beberapa kawannya dilenyapkan. Penyiksaan dan interogasi tanpa henti dalam sel bawah tanah, kisah kehangatan keluarga yang ia rindukan, serta saat di mana ia mesti berjarak dari keluarganya karena menghindari kejaran aparat.
Selain Reza, film ini juga diperkuat dengan kehadiran tokoh-tokoh seperti Dian Sastrowardoyo yang memerankan Ratih Anjani, seorang mahasiswa ISI Yogyakarta, yang juga kekasih Laut. Lalu ada Ayushita Nugraha sebagai Asmara Jati, adik Laut. Kehadiran Tio Pakusadewo dan Aryani Willems turut menguatkan bangunan keluarga kecil ini. Ditambah kehadiran beberapa kawan aktivis seperti Tanta Ginting, Ade Firman Hakim, dan Haydar Saliszh.
Menurut Wisnu Darmawan selaku produser, film pendek ini dibuat untuk melengkapi pembaca dalam menikmati novel ini dalam bentuk visual. Rencananya setiap acara peluncuran buku akan turut dilakukan pemutaran film pendek, namun tak menutup kemungkinan keduanya dilakukan secara terpisah.