Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kisah Raja Arthur boleh jadi merupakan legenda yang paling sering diadaptasi ke layar lebar. Selama empat dekade terakhir saja, paling tidak ada lebih dari 20 film layar lebar tentang legenda Arthurini masih versi Wikipediabelum termasuk adaptasi kisah itu ke serial televisi, animasi, atau video game.
Jadi, ketika seorang sutradara hendak membuat film lain tentang legenda Arthur, bagian mana lagi dari legenda itu yang bakal diangkat? Guy Ritchie (Sherlock Holmes, The Man from U.N.C.L.E.) mengambil langkah tepat dengan mengangkat kisah masa kecil Arthur hingga bertakhta di Camelot. Kisah ini termasuk paling jarang diangkat para pembuat film terdahulu.
Film dibuka dengan gegap-gempita. Gajah-gajah raksasa menghancurkan aqueduct, jembatan, dan monumen batu megastruktur dengan kaki-kaki dan gading mereka. Penduduk Camelot berlarian mencari perlindungan. Mulanya kita menyangka film ini bakal megah laksana trilogi The Lord of the Rings. Tapi menit-menit berikutnya, ketika film ini menyoroti Arthur, bocah miskin yang tinggal di rumah bordil, penonton bakal tahu bahwa film ini berbeda.
Alkisah, Arthur kecil, yang terpisah dari kedua orang tuanya, terpaksa hidup keras di Londonium, kawasan yang menggabungkan London masa lalu dan Romawi kuno. Masa kecil Arthur muram. Ia kerap menerima bogem mentah. Setelah cukup dewasa, ia membalas para pem-bully-nya dan melindungi para wanita pelacur yang dulu membesarkannya.
Adegan-adegan Arthur di kompleks pelacuran ini bagi kita yang sering menyaksikan serial televisi Game of Thrones cukup familiar. Apalagi ada Aidan Gillen (pemeran Littefinger, pemilik rumah bordil dalam Game of Thrones) dan Michael McElhatton (pemeran si kejam Roose Bolton dalam serial yang sama). Peran mereka tentu berbeda. Gillen memerankan Goosefat Bill, narapidana yang kabur dari Camelot. Sedangkan McElhatton sebagai Jack's Eye, semacam tentara yang diam-diam melindungi tempat itu.
Guy Ritchie secara cerdas mencomot adegan-adegan populer dalam film lain untuk dimasukkan ke filmnya. Misalnya tatkala Jack's Eye menanyakan ihwal seorang Viking di kompleks pelacuran, Arthur dewasa (Charlie Hunnam) menjelaskan dengan gaya Luis (diperankan oleh Michael Pena) dalam film Ant-Man. Penjelasan ini menampilkan flashback dengan Arthur mengalihbahasakan percakapan berbagai orang. Adegan ini diulang beberapa kali dengan versi berbeda. Penggunaan teknik editing montase dan dialog-dialog lucu dari rekan-rekan Arthur ini yang sukses membuat penonton tertawa.
Ritchie mengkolase berbagai "idiom pop", baik dari film populer maupun video game, ke filmnya. Teknik ini pernah dilakukan Brian Helgeland ketika membuat A Knights Tale. Tapi Helgeland dalam filmnya cuma "nakal" membenturkan filmnya yang berlatar Abad Pertengahan dengan musik rock 'n' roll. Sedangkan dalam film ini, Ritchie mengaduk semua. Ada beberapa elemen dalam filmnya ini yang mengingatkan penonton pada Robin Hood: Prince of Thieves (1991). Gestur Arthur saat menyerbu Camelot setidaknya mengambil semangat Assassin's Creed (2016). Toh, campuran berbagai ikon pop ini masih dalam takaran yang pas. Sebab, hingga akhir, film ini tidak kehilangan roh: tetap film legenda Raja Arthur yang heroik
Kekuatan film ini juga terasa dari terjaganya unsur kejutan. Tak ada yang menduga bahwa Vortigern (Jude Law), raja bengis pengganti Arthur, bakal muncul di balkon istana dengan gestur terkenal Nazi salute Adolf Hitler. Apalagi ketika pasukannya melakukan gestur yang sama sambil berseru "long live the King". Kehadiran David Beckham sebagai cameo juga mengagetkan. Beckham, yang selalu terlihat kelimis dan necis, tampil sebagai kesatria dengan luka-luka di wajah dan gigi busuk tentu membuat penonton tertawa.
Plot dan skenario film ini juga disusun dengan baik. Meski penonton tahu akhir film ini, beberapa twist di tengah film tetap tidak terduga. King Arthur versi Ritchie memang tak lengkap. Guinevere, Lancelot, dan kisah cinta segitiga seperti dalam First Knight (1995) belum ada. Tapi, tenang saja, Ritchie masih menyimpan kisah ini untuk lima film Arthur berikutnya.
Amandra M. Megarani
King Arthur: Legend of the Sword
Sutradara: Guy Ritchie
Skenario: Joby Harold, Guy Ritchie, Lionel Wigram
Pemain : Charlie Hunnam, Astrid Berges-Frisbey, Jude Law, Djimon Hounsou, Eric Bana,Aidan Gillen, Freddie Fox
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo