Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kunto Aji mempraktikkan mindfulness untuk menenangkan diri selama pandemi Covid-19.
Belajar tentang kesehatan mental setelah merasa tak kuat menghadapi masalah yang pelik.
Memiliki peternakan ayam bersama ayahnya.
PANDEMI Covid-19 membuat Kunto Aji dilanda stres. Ia khawatir lantaran banyak hal yang menjadi tidak pasti akibat serangan penyakit yang dipicu virus corona tersebut, misalnya soal pernyataan pejabat pengambil kebijakan yang kadang berbeda antara satu dan yang lain. “Yang dilakukan pemerintah itu kadang membuat saya bingung,” katanya, Rabu, 9 Oktober lalu.
Untungnya, Kun—begitu ia sering disapa—tahu cara mengatasi kecemasan tersebut. Ia antara lain meredamnya dengan bermeditasi atau berlatih mindfulness, yakni membawa perhatian penuh pada apa yang dilakukan saat ini. “Seperti sekarang, saya pun melakukan wawancara dengan mindfulness,” ujar pelantun lagu “Pilu Membiru” tersebut.
Kun, 33 tahun, tertarik pada masalah mental sejak 2016. Ia berpikir untuk membuat album kedua yang berisi proses pencarian ke dalam diri ketika itu. Kun terinspirasi dari kejadian saat ia terbaring di rumah sakit pada 2013. Ia ambruk selama tiga bulan gara-gara penyumbatan batu empedu akibat kolesterol yang menumpuk.
Selain tubuhnya terasa nyeri, uang yang dikumpulkannya bertahun-tahun untuk membuat album yang sesuai dengan keinginannya ludes. Kun belum mengeluarkan satu pun album selepas keluar dari ajang pencarian bakat Indonesian Idol pada 2008 saat itu. “Waktu itu saya benar-benar berada di titik nol. Saya merasa kalau mau diambil (nyawa), saya ikhlas,” ucapnya. Momen belajar melepas keinginan inilah yang menginspirasinya menulis lagu “Sulung”.
Perjalanan pencarian ke dalam diri tersebut makin dalam ketika ia diterpa masalah pelik pada 2017. Berbagai problem tersebut membuatnya diserang kecemasan. Waktu tidurnya jadi berantakan, produktivitasnya menurun, ia gugup setiap kali akan manggung, dan tubuhnya seperti orang yang sakit. “Dulu waktu saya sakit itu masalahnya melibatkan diri saya sendiri. Tapi kalau masalah yang sekarang ini melibatkan orang lain,” tuturnya.
Kun, yang merasa kelimpungan dengan berbagai persoalan yang ia hadapi, memutuskan meminta bantuan profesional. Psikolog yang didatanginya menyarankan dia tak memendam masalah. “Saya anak sulung, dari dulu diajari menjadi contoh bagi adik-adik saya, sehingga saya terbiasa memendam,” katanya.
Dari peristiwa tersebut, Kun jadi banyak belajar tentang kesehatan mental. Ia antara lain belajar tentang musik yang berfaedah untuk menenangkan pikiran, jiwa, dan raga, seperti singing bowl dari Tibet dan solfeggio frequencies yang menurut penelitian bisa mengeluarkan pikiran negatif. Dia juga berlatih menerima emosi yang selama ini ia sembunyikan, seperti sedih, marah, dan kecewa.
Kun pun menggali filsafat Yunani Kuno, Stoisisme. Salah satu ajaran filsafat tersebut adalah membedakan hal yang bisa dikendalikan oleh kita, seperti pikiran, perkataan, dan cara bersikap. Juga hal-hal yang berada di luar kendali, seperti opini orang lain, kesehatan, dan kekayaan. Stoisisme berpandangan bahwa perasaan seperti kecewa, galau, dan marah terjadi lantaran kita menggantungkan kebahagiaan pada sesuatu yang berada di luar kendali tersebut.
Perjalanan pencarian ke dalam diri itu ia tumpahkan ke sembilan lagu dalam album kedua, Mantra Mantra. Buat dia, lagu tersebut diciptakan sebagai penenang untuk diri sendiri. “Lagu itu sebenarnya curhatan saya, ha-ha-ha…,” ujarnya.
Setelah dikeluarkan satu per satu mulai September 2018, lagu dari album tersebut meledak dan menjadi perbincangan banyak orang. Mantra Mantra menyabet tiga piala Anugerah Musik Indonesia 2019 untuk kategori album terbaik, artis solo pria/wanita alternatif terbaik lewat single Topik Semalam, dan desain grafis album terbaik (karya Naufal Abshar).
•••
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KUNTO Aji menjadikan musik sebagai kesenangan istimewa dan bahan untuk bergaul sejak ia masih remaja. Ia beberapa kali mengikuti lomba menyanyi, dari lomba nasyid bersama kawan-kawan kerohanian Islam saat sekolah sampai kompetisi band ketika kuliah di Yogyakarta. Namun, ketika itu, Kun belum berpikir untuk menjadikan musik sebagai tujuan hidup. “Saya ingin menjadi wiraswasta,” katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi, ketika seorang teman menyorongnya mengikuti ajang pencarian bakat Indonesian Idol pada 2008, takdir membawanya terus berada di jalur tersebut. Dalam kompetisi itu, ia mudah dikenali lewat rambutnya yang kribo dan gayanya yang sederhana. Kun lolos sampai empat besar dan dikontrak selama empat tahun ketika itu. Ini menjadi awal mula ia menjalani profesinya sebagai penyanyi Ibu Kota.
Meski demikian, keinginannya berbisnis masih menyala. Ia mengajak kawannya, Dwi Novianto, mendirikan toko sepatu di Yogyakarta. Mereka sudah mengonsep toko tersebut akan berdampingan dengan barbershop. “Tapi batal karena saya pindah ke Jakarta,” ucap Novan—panggilan Dwi Novianto.
Setelah kontraknya usai, Kun membuat manajemen musik sendiri. Ia mengumpulkan uang hasil manggung bertahun-tahun untuk membuat album yang sesuai dengan keinginannya. Ia sempat memperdengarkan dua lagu ciptaannya, “Terlalu Lama Sendiri” dan “Ekspektasi”, kepada Novan, yang kemudian menjadi creative director di manajemen Kunto Aji. “Saya bilang, kalau mau muncul, lebih baik ‘Terlalu Lama Sendiri’ dulu yang dikeluarkan,” ujar Novan.
Kunto Aji dalam konser Mantra Mantra, Desember 2019. Alexis Calvin
Kun ingin mengisahkan quarter life crisis dalam tembang yang ia ciptakan itu, sebuah periode ketika seseorang merasa cemas, ragu, gelisah, dan bingung terhadap tujuan hidupnya yang biasanya terjadi pada usia 20-an dan 30-an tahun. Inspirasi lagu “Terlalu Lama Sendiri”, misalnya, datang setelah ia melihat banyak orang dari generasi milenial yang memilih mengejar karier dan pendidikan tinggi alih-alih mencari jodoh.
Ia pun sedang mengalami masa quarter life crisis tersebut. “Saya juga sedang bertanya-tanya, benar enggak sih saya di musik? Bener enggak sih yang harus saya lakukan untuk 10 tahun ke depan untuk menghidupi istri dan anak-anak saya adalah ini? Apa sih tujuan kita hidup?” tuturnya.
Kun sempat berpikir untuk meninggalkan musik dan mengelola bisnis. Ia sudah punya usaha peternakan ayam bersama ayahnya. Bapaknya yang mengurus bisnis tersebut. Namun ia pun tak yakin dengan pilihan itu sehingga memutuskan tetap berada di dunia musik. “Waktu itu pun saya enggak hakulyakin di musik.”
Tapi keinginan membuat album tersebut sempat mandek lantaran ia jatuh sakit. Kun akhirnya bisa membuat single “Terlalu Lama Sendiri” dengan bekal sisa uang yang ia punyai. Kun menandatangani kontrak bersama aggregator untuk pemutaran lagu tersebut ketika ia masih terbaring sakit. “Terlalu Lama Sendiri” menjadi salah satu lagu paling hit ketika itu.
Kun meluncurkan album pertama bertajuk Generation Y pada 2015. Pertanyaan tentang pilihannya di jalur musik baru terjawab ketika ia membuat album selanjutnya, Mantra Mantra. Banyak yang berkomentar bahwa tembang-tembang yang diciptakan Kun tersebut mengobati luka hati. Sebagian dari mereka bahkan mau curhat kepada Kun soal permasalahan yang tak bisa diceritakan kepada keluarga.
Sambutan pendengar yang di luar dugaan dan komentar mereka melegakan hati Kun. Ia merasa musik bisa membuatnya bermanfaat bagi orang lain. “Saya merasa value saya sebagai manusia naik. Bisa membantu orang lain itu membuat hidup saya lebih bahagia, lebih tenang,” ujarnya.
NUR ALFIYAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo