Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Mengejek Mao dan Pengawal Merah

25 Desember 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tiga pengawal merah, masing-masing setinggi 13 cm. Mereka tidak tampak sadistis, apalagi militeristis. Mereka lucu: berbaris tegak, memegang bendera merah, dengan kepala mendongak dan mulut menganga bulat. Dan gambaran ”klasik” tentang mereka—biasa menggeledah rumah, memburu aktor kapitalis borjuis—pun pupus.

Berbagai parodi politik, ekonomi, dan sosial mencuat dari pameran patung sepasang suami-istri Jiang Shuo dan Wu Shaoxiang di Linda Gallery itu. Jiang Shuo, pematung perempuan Cina, secara khusus mengeksplorasi motif gerak yang jenaka pada setiap patungnya. Jiang menampilkan aneka kegiatan Pengawal Merah. Deretan patungnya menjadi sebuah diorama tingkah laku komedi serdadu merah.

Cool 1, Cool 2, Cool 3, hingga Skate adalah potret perjalanan Cina. Pengawal Merah tampak asyik di atas mobil-mobil produk kapitalisme, dengan berbagai gaya ”orang kaya baru”. Atau lihatlah Swim with Fish. Sang tentara flamboyan, berdiri mendongak dengan ikan mas koki sebagai alasnya. Dengan gayanya, ia menertawakan tingkah laku fanatikus politik masa lalu.

”Tema Pengawal Merah masih saya anggap tepat untuk menyampaikan pesan, dan saya tak akan berhenti menyampaikannya,” kata Jiang Shuo. Mengalami masa keberingasan Pengawal Merah, Jiang hendak menyembuhkan luka tanpa melupakan sejarah hitam itu. Memang, seperti menurut kurator seni rupa Indonesia, Agus Dermawan T., secara teknis karya Jiang ini tak ada yang baru. Kekuatan karya perempuan kelahiran Beijing 1958 ini pada tema. Kebebasan mengungkapkan tema yang berangkat dari reformasi yang dilakukan Deng Xiaoping.

Sementara itu Wu Shaoxiang, suaminya, menggunakan bentuk berbeda. Ia tekun merangkai koin menjadi patung. Koin atau uang yang digunakannya menjadi simbol perubahan Cina menjadi negara yang kapitalis. Pada karya I Love M, ia memberikan citra lucu kepada Mao Zedong. Patung kepala dan sepertiga badannya berdiri di atas rangkaian uang koin. Logo McDonald’s terpampang jelas di bagian depan tiang penyangga.

Dengan nakal Wu mengejek citra Mao Zedong dengan simbol kapitalisme dan religiositas. Dalam Happy New Year Age Cadre, patung Mao terkekeh dengan dasi merah bertuliskan dolar, sementara tangan kirinya memegang tasbih. Perupa kelahiran Jiangxi pada 1957 ini menciptakan citra anggun dengan mencampurkan tradisi dan arus modernisme yang progresif. ”Akhirnya saya pilih melakukan dekonstruksi atas tradisionalisme yang tadinya saya percayai,”ujarnya.

Wu Shaoxiang mencatat periode unik pada 1980-an. Ia menciptakan patung kecil dengan memparodikan dan mereplika berbagai patung zaman renaisans dan modern Barat. Hasil ciptaannya ini ia kumpulkan dalam seri Big Toys Figurines. Pada 1989 ia pindah ke Austria, bergaul dengan dunia seni rupa global. Inilah yang kemudian menjadi alasan kenapa ia melakukan dekonstruksi itu.

Dalam beberapa karya lain, ia bermain dengan anatomi tubuh, dengan bahan dasar uang Cina dan Australia. New Age Cadre dengan bentuk dasar kepala Mao, lalu Head of Horse, Treasure from the Louvre, Male Torso dan Female Torso, serta yang lainnya. Di mata Wu Shaoxiang, masyarakat kontemporer Cina hanya memandang satu hal: uang.

Sejumlah pengamat seni telah mengkritik gagasan merakit uang. Pelecehan terhadap negara, kata mereka. Tapi Wu menganggap mata uang hanya memiliki tugas memfasilitasi pertukaran barang dagangan. Alat pertukaran ini tak boleh mendominasi sifat dan pikiran manusia.

Agus Dermawan mengatakan, hal yang patut dicermati adalah respons perupa Cina yang cepat. Euforia pascareformasi Deng Xiaoping telah menggerakkan Cina menjadi gerbong raksasa. Perubahan gaya hidup serta-merta menggesek keras proses kreativitas perupa Cina. Pasangan suami-istri ini adalah dua perupa yang lahir dari gelora kebebasan itu. ”Makin kuat karena mereka memiliki dasar pijakan yang kuat, matang dalam hal realisme,” ujarnya.

Andi Dewanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus