Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NOTA kesepahaman pembelian lisensi Microsoft menuai kontroversi di kalangan praktisi teknologi informasi. Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan Djalil menuturkan sejumlah alasan menempuh langkah itu kepada Tempo.
Apa latar belakang nota kesepahaman itu?
Kami ingin melindungi hak kekayaan intelektual, sebagai syarat tumbuhnya masyarakat industri, yaitu terjaminnya hak cipta. Eropa maju karena itu. Penulis buku dilindungi hak ciptanya, sehingga orang terpacu untuk menulis buku dan menciptakan teknologi.
Kaitannya dengan nota kesepahaman Microsoft?
Pemerintah ingin orang jangan seenaknya membajak. Kalau komputer pemerintah sendiri bajakan, bagaimana menegakkan hak kekayaan intelektual? Caranya tiga: pakai open source, pakai freeware lain, atau membeli lisensi Microsoft. Kalau membeli satu per satu, mahal. Karena itu dibuat massal, agar dapat diskon besar, bisa di atas 80 persen. Sebelum itu, Badan Pusat Statistik akan menyensus berapa yang ilegal, yang legal, atau ada yang memakai lisensi lain.
Kenapa cuma Microsoft?
Nanti akan kami buatkan juga nota kesepahaman dengan vendor lain, kalau ada.
Bukankah pemerintah sudah meluncurkan IGOS?
Kami ingin lebih cepat. IGOS itu jalan di tempat. Saya tantang Pak Koesmayanto Kadiman (Menteri Negara Riset dan Teknologi) untuk segera migrasi ke IGOS. Semakin banyak open source, semakin sedikit kita bayar ke Microsoft.
Kenapa tidak fokus ke IGOS saja, duitnya untuk pengembangan itu?
Itu perlu waktu, Bos. Open source banyak kelemahan. Yang penting sekarang, stop mencuri. Legal dulu. Jangan polisi menyita peranti bajakan, sementara komputer di kantornya pakai bajakan.
Terkesan Anda condong ke Microsoft, sedangkan Koesmayanto ke IGOS.…
Ha-ha-ha.… Kalau IGOS jalan, lalu pasang target dua tahun lagi kita tinggalkan Microsoft, kenapa tidak? Kita ini dalam daftar hitam pembajakan terus. Kalau 20 persen saja yang ilegal bisa dikurangi, Bill Gates bakal bernyanyi untuk kita. Ini manfaatnya jauh lebih besar ketimbang pasang iklan gede-gede. Citra itu penting, Bos.
Kabarnya perdebatannya alot di kabinet?
Semua menteri ekonomi terlibat. Kita berdebat lama. Itu biasa karena kami berpikir untuk negara. Pak Kadiman betul, tapi tak selamanya betul. Saya juga tak selamanya benar. Ini kan baru nota kesepahaman. Besok tidak teken kontrak pembelian tak apa-apa. Tapi kita akan dicap sebagai bangsa pencuri terus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo