H.A.P. Grieshaber (1909-81) memang pekerja luar biasa. Cukilan kayunya rata-rata berukuran besar. Ukuran sekitar 50 cm umum, dan dalam pameran di Jakarta itu, pada sejumlah karya terdapat ukuran sekitar 100 cm (misalnya, 84 x 108 cm, 100 x 7C cm). Di negerinya ia meninggalkan karya raksasa. Karya pencukil kayu ini membangkitkan kagum dan hormat berbagai pihak. Ia menerima banyak hadiah. Antara lain, yang paling ia hargakan, Hadiah Gutenberg dari Kota Leipzig (1978), Hadiah Durer dari Kota Nurember (1971), dan Hadiah Kebudayaan dari Federasi Serikat Buruh Jerman (1968). Di samping cukilan kayu, ia membuat ratusan poster politik yang dicetak dalam jumlah besar dan dijual di seluruh Eropa. Uang penjualan disumbangkan kepada korban perang di Vietnam, Yunani, Cili, juga kepada mahasiswa, narapidana, penderita cacat, pengungsi kelompok-kelompok pelindung lingkungan, Amnesti Internasional, dan korban bencana alam. la juga membuat karya seri yang diterbitkan sebagai buku, di samping cukilan -- bukan ilustrasi -- yang menyertai kumpulan sajak seorang penyair. Sekitar 100 buku terbit berkat kerjanya atau peran sertanya. Separu masa hidupnya bukanlah masa tenteram. Waktu mudanya, ia mengembara di Timur Tengah dan Yunani. Lalu pada umur 24 tahun ia mulai mencukil kayu. Untuk nafkahnya, ia jadi buruh tanpa keterampilan di pabrik dan pengantar koran, sampai pecah Perang Dunia II. Lalu masuk tentara, menjadi tawanan dan kerja di tambang, 1945-46. Tahun 1951 ia jadi pengajar pada Akademi Seni Rupa di Karlsruhe, menggantikan Erich Heckel, pelukis kenamaan, salah seorang bekas pemimpin gerakan ekspresionisme Die Brucke awal abad ini. Pengalaman yang kaya menumbuhkan perhatian besar pada dunia dan kehidupan. Kumpulan karyanya yang digelar di Goethe-Institut Jakarta, 28 September - 9 Oktober, adalah paket pameran keliling. Seluruhnya 73 karya, 2 di antaranya litografi alias cetak batu. Bagian terbesar menggunakan 2-3 warna. Sejumlah karya memakai 4 - 5 warna, beberapa karya sampai 6 warna. Cukilan kayu Grieshaber menampilkan citra bermacam obyek. Yang terbanyak sosok manusia: lelaki, perempuan, kanak-kanak, bayi. Petani, gembala, pemain musik, ratu. Juga tokoh dalam cerita keagamaan dan mitologi: malaikat, Yesus, Jeremiah, Elia, Pan, Odysseus. Di samping itu, macam-macam binatang: kuda, biri-biri, gajah, unta, kucing, burung. Dan tentu saja pemandangan alam, pohonan, bunga-bungaan. Sebagaimana obyek, tema juga beragam. Untuk menyebutkan beberapa: cinta, kesetiaan, perceraian, kematian, penderitaan, perang, perdamaian, kerja, perayaan, musim. Tema sosial politik tampak dalam karya seperti Jalan Salib --Stasiun Ketiga (1964), bagian dari Jalan Salib Polandia, sebuah seri atau siklus terdiri dari 14 cukilan. Dalam Perang Petani -- Kawanan Kristen (1975), bagian dari sebuah karya cukilan dan puisi dibuat dalam rangka ulang tahun ke-450 Revolusi Petani Jerman. Perhatikan juga Pengantin Perempuan (1965) dan Pria yang Tenggelam (1969) dari 2 siklus yang dipersembahkan kepada Pablo Neruda, penyair Cili pemenang Nobel 1971 yang menulis sajak-sajak sosial dan revolusioner. Melihat pekerjaannya, tampak ia mencukil dengan mudah dan lancar. Ini bertalian dengan perupaan yang ia pilih. Ia sangat menyederhanakan bentuk obyeknya. Blabar (kontur) tubuh manusia, misalnya, hanya berupa garis lengkung panjang. Kepala atau muka kurang lebih berupa elips dengan beberapa goresan, menandai mata dan hidung. Banyak rinci dihilangkan. Juga posisi dan sikap disederhanakan. Sosok manusia umumnya frontal (menghadap kita) atau profil (menghadap ke samping). Perhatikan misalnya, Kesetiaan/Pernikahan (i953. Sosok lelaki dan wanita di situ masing-masing frontal, dengan air muka netral. Yang menghubungkan kedua sosok itu hanya tangan kiri si lelaki (lajur hitam, lebar tegas) yang memegang bahu si perempuan, dan tangan kanannya mengacungkan sebuket bunga (digambarkan sederhana sekali). Warna mengisi rata bidang-bidang lebar. Dengan penyederhanaan demikian, gambar jadi bersifat skema mendekati gambar-gambar lambang. Kecenderungan Grieshaber pada perlambangan memang kuat. Ia menyukai cerita keagamaan dan mitologi. Ia juga cenderung menggunakan segi atau unsur rupa secara perlambangan. Perceraian (1952) terdiri dua bagian terpisah, yang tampak seolah berasal dari satu gambar utuh. Di kiri, sosok wanita sedang menyisir rambut. Di kanan sosok lelaki memegang gunting. Di antara keduanya terdapat bidang kosong, yang menyempit ke bawah. Dengan demikian, kedua bagian itu tampak sebagai sebuah gambar yang dipotong di tengah, dan bagian-bagiannya sedang berpisah. Dalam Kematian dan Wanita Kafir, Kematian dan Anak, dan Kematian dan Ratu, merupakan bagian siklus Tarian Kematian Basle, ia menggunakan warna secara perlambangan Warna merah panas untuk yang pertam (wanita kafir, digambarkan berkepala binatang), warna hijau lembut dan pink untuk yang kedua (anak), dan merah, berlatar kuning pada bidang lebar untuk yang ketiga (ratu). Kecenderungan pada kesederhanaan bentuk dan perlambang bertalian dengan cita rasa Grieshaber kepada kemonumentalan. Dari situ, muncul semangat untuk membuat karya monumental. Ia memperlihatkan bahwa cukil kayu, sebagai medium ungkap, tak usah berada di bawah seni lukis. Para pencukil kita yang dewasa ini kurang semangat -- juga galeri-galeri seni dan para kolektor yang hanya mengenal seni lukis dan kurang menghargai cukil kayu -- dapat belajar dari pameran ini. Sanento Yuliman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini