Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Swan Lake
Sutradara: Ross MacGibbon,
Pemain: Ekaterina Kondaurova, Timur Askerov
Menonton pertunjukan balet, apalagi yang berkualitas, bukan hal yang mudah di Indonesia. Pergi ke Rusia, negeri asal-muasal balet, sering kali masih angan-angan. Tapi tak usah berkecil hati. Keindahan tarian balet klasik Rusia bisa Anda nikmati dengan santai dan murah, bahkan sambil menikmati popcorn, meski pertunjukannya tak bisa dibilang serenyah popcorn.
Sutradara Ross MacGibbon membawa kisah Putri Odette dan Pangeran Siegfried dalam tari balet klasik Rusia melalui film tiga dimensi: Swan Lake. Kita tahu Swan Lake adalah salah satu masterpiece Pyotr Ilyich Tchaikovsky yang sudah banyak dipentaskan oleh berbagai kelompok tari balet ternama dunia. MacGibbon, yang juga bekas penari balet, merekam Swan Lake yang dipentaskan "fresh" pada 6 Juni lalu di Teater Mariinsky, Saint Petersburg.
Grup Cameron Pace, perusahaan yang membesut film Avatar, Hugo, dan Life of Pi, berada di belakang layar pembuatan film ini. Swan Lake sendiri dibuat untuk menandai 275 tahun balet Rusia. Efek tiga dimensi (3D) membuat adegan-adegan di panggung seolah-olah betul-betul nyata di depan mata. Mula-mula dari perspektif tepi sebuah sungai, penonton akan dibawa menikmati kemegahan Kota Saint Petersburg. "Kami mementaskan Swan Lake karena balet lahir di kota kami," ujar Yuri Fateev, Deputi Direktur Ballet Mariinsky, membuka film ini.
Kamera di film ini begitu mendekatkan kita pada sosok konduktor dan para musikus orkestra. Kita seolah-olah ada dalam rombongan orkestra yang dipimpin Valery Gergiev. Suasana gembira di istana Pangeran Siegfried mengantar penonton. Kelincahan penari dan kejenakaan Joker tak terasa memakan waktu 55 menit.
Timur Askerov membuat Siegfried yang diperankannya terlihat karismatik. Sedangkan Ekaterina Kondaurova, yang menjadi Odette, juga mampu menampilkan karakter Odette yang tenang dan penuh semangat. Keduanya mendapat tepuk tangan panjang dari penonton, juga Joker, yang diperankan Vasily Tkachenko, yang lincah melompat dan berputar indah.
Tata panggung berganti-ganti dari pepohonan dengan latar belakang kastil di tebing sampai telaga dengan sedikit gundukan pulau lengkap dengan angsa putih yang berseliweran. Atau interior istana yang megah melengkapi keanggunan tarian. Juga dukungan tata lampu, terutama ketika di telaga biru dan temaram, yang memperkuat kesan dramatis.
Kamera yang mampu merekam dari dekat semua adegan membuat film ini menjadi hangat, dan kita lupa bahwa sesungguhnya ini hanya sebuah dokumentasi. Kamera mampu membawa kita menatap ekspresi Odette yang sedih menderita karena penyihir jahat dan merananya sang pangeran. Tapi sayang, saking dekatnya kamera, penutup dada yang dipakai Ekaterina juga terlihat. Atau angsa yang berseliweran terlihat jelas sebagai tiruan.
Pentas yang difilmkan ini cukup panjang, hampir tiga jam. Untunglah ada jeda 10 menit, yang memperbolehkan penonton pergi ke toilet atau melepas kacamata 3D-nya. Menyaksikan film balet dengan efek 3D memberi sensasi tersendiri. Sejumlah gerakan yang cantik—karena "sedemikian nyatanya"—sampai mendapat aplaus penonton, meski tak selama tepuk tangan di gedung teater di St Petersburg.
Dian Yuliastuti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo