KAWASAN Kota Lama Warsawa adalah suara detak sepatu ribuan kaki turis asing di atas jalan berbatuan yang tertata rapi di antara gedung yang masih mempertahankan corak arsitektur renaisans dan barok. Kawasan ini dibangun keluarga pedagang kaya sebagai tempat tinggal pada abad ke-13, bersanding dengan istana Raja Zygmunt Waza, yang memindahkan ibu kota Polandia dari Krakow di selatan ke Warsawa. Tapi, saat Perang Dunia II berkecamuk, 85 persen Kota Warsawa luluh-lantak dihantam bom Nazi, termasuk bangunan di sekitar Kota Lama. Setelah perang usai, rezim komunis merestorasi bangunan sesuai dengan bentuk aslinya, yang kini menjadi salah satu obyek turis di Warsawa. Kafe, restoran, toko barang antik, dan galeri kini mengisi bangunan di tepi Lapangan Kota Lama (Old Town Square) serta jalan-jalan kecil di sekitarnya.
Ke kawasan ini pula kolektor berburu poster, yang kini menjadi salah satu komoditas Polandia. Komersialisasi seni poster yang sudah muncul sejak akhir 1960-an telah menambah dan memperkaya barang dagangan di galeri. Ironisnya, pemerintah Polandia, yang waktu itu memanjakan seniman poster dengan honor menggiurkan dan pesanan melimpah, justru menggunakan seni poster sebagai alat propaganda rezim komunis.
Memang perkembangan kualitas poster-poster politik berjalan di tempat karena kontrol yang sangat ketat oleh rezim. Tapi poster-poster untuk publikasi pertunjukan teater, opera, penyelenggaraan pameran, dan film berkembang pesat. Akibatnya, seniman poster dengan leluasa berekspresi, dan rezim komunis membiayainya.
Poster dicetak dalam jumlah ratusan ribu eksemplar setahun. Jumlah kolektor pun meningkat. Waldemar Swierzy, seniman poster senior, mengaku membuat poster setiap pekan sehingga terpaksa menolak pesanan. Andrzej Pagowski, seniman poster dari generasi yang lebih muda, pada 1970-an menghasilkan ratusan poster setahun. Pada masa itulah lahir karya poster terbaik seniman poster "Sekolah Poster Polandia", yang kini mengisi galeri seni, termasuk Galeri Poster (Galeria Plakatu) Warsawa, yang terdapat di kawasan Kota Lama. Inilah galeri khusus poster pertama yang berdiri di Polandia, pada 1975.
Di dalam galeri ini denyut bisnis poster tecermin pada pelbagai transaksi dalam hitungan lembaran hijau dolar Amerika Serikat. Selain tersedia 6.000 judul karya poster yang dibuat sebelum perang, terdapat 1.200 judul karya poster bertarikh 1962 hingga 2001. Poster-poster itu ditawarkan dengan harga yang beragam, dari US$ 15 untuk poster pameran Chicago International Art karya Stasys Eidrigevicius hingga US$ 800 untuk poster film Planet of the Apes karya Lipinski Majewski. Galeri ini juga menyediakan karya asli sejumlah seniman poster dengan harga ribuan dolar. Menurut Darius Zgutka, staf Galeri Poster, harga poster bergantung pada reputasi sang seniman, kualitas artistik, dan terbatas-tidaknya edisi poster itu.
Gengsi seni poster juga didongkrak dengan penerbitan edisi terbatas karya seniman poster yang punya nama besar, seperti poster pertunjukan teater Macbeth karya Jan Lenica dan poster film Caligula karya Wieslaw Walkuski. Galeri Poster pernah menerbitkan 20 hingga 40 judul poster setahun, tapi kini hanya berkisar 10 judul. "Justru dengan jumlah edisi yang terbatas dan gaya poster yang unik, bisnis poster berkembang menjadi bisnis yang bagus di Polandia," kata Darius Zgutka. Galeri Poster Warsawa juga menyelenggarakan pameran poster di luar negeri, yang berdampak pada meluasnya pemasaran poster Polandia. Galeri Poster memboyong karya Stasys Eidrigevicius berkeliling Eropa dan ke Kanada. Ratusan lembar poster terjual setiap bulan. Kemunculan internet semakin mempercepat mengalirnya dolar dari luar negeri ke Polandia lewat penjualan online.
Bisnis poster tak hanya terpusat di Warsawa. Krakow, ibu kota lama Polandia, adalah bagian tak terlepaskan dari perkembangan seni poster Polandia. Galeri Poster Krakow, yang terletak di kawasan Kota Lama Krakow, merupakan galeri yang disarankan untuk dikunjungi turis asing. Adalah Krzysztof Dydo, kolektor poster yang juga kritikus seni, yang mendirikan galeri khusus poster ini pada 1985. Dydo mengandalkan 20 ribu judul dari masa 1950-an, yakni periode masa pertumbuhan "Sekolah Poster Polandia". Kini jumlah itu sudah mencapai tiga kali lipatnya, termasuk 2.000 judul karya 100 seniman poster untuk dijual.
Masa keemasan 1960-an dan 1970-an mungkin tak terulang lagi dan nasib seniman poster kini sepenuhnya bergantung pada pasar. Kini hanya muncul 200 judul poster setahun. Tapi, kata Dydo, justru tanpa dukungan dana pemerintah sebagaimana yang pernah terjadi pada masa lalu, seniman terdorong menggarap karya yang terbaik sehingga tidak terjerumus pada jebakan komersialisasi. "Situasi ini membuat seniman merasa masih berkesenian, bukan hanya memenuhi kebutuhan bisnis," katanya.
Raihul Fadjri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini