RUDI JALAK GUGAT
Kumpulan sajak: Yudhistira A.N.M. Massardi.
Penerbit: Indira, 1982 64 halaman.
YUDHIS banyak dikenal kaum remaja karena cerpennya di pelbagai
majalah dan lirik-liriknya yang dinyanyikan oleh Franky (&
Jane). Penyair ini pernah mendapat perhatian agak khusus
beberapa tahun yang lalu karena menulis sajak berjudul Biarin,
gejala baru dalam penulisan puisi kita. Sikap terhadap kehidupan
dan diksi sajak itulah yang bisa dikatakan berbeda dengan karya
orang lain -- meskipun sebenarnya ada kaitannya dengan semacam
gerakan dalam puisi yang pernah juga menarik perhatian kita
yakni Puisi Mbeling. ciri-ciri yang terdapat dalam kebanyakan
puisi semacam itu masih terasa dalam sajak-sajak Yudhis sampai
sekarang: humor, protes, dan ejekan.
Sudah dikatakan bahwa beberapa sajak Yudhis sudah dibikin
nyanyian. Namun nilai nyanyian sebagai sesuatu yang utuh dengan
nilai sajak itu secara tersendiri adalah berbeda. Begitu lirik
lagu dipisahkan dari lagunya dan dibuat buku puisi, ia harus
diukur sebagai puisi. Dan sebagai puisi, sajak-sajak yang
terkumpul dalam Rudi Jalak Gugat ini tidak sangat istimewa. Ada
juga akal Yudhis yang pantas dicatat, yakni menyertakan
potongan-potongan berita koran sebagai semacam komentar terhadap
puisinya, atau bahkan sebaliknya. Tetapi sebenarnya hal itu
tidak begitu perlu, sebab toh sajak-sajak itu sendiri kebanyakan
mirip berita koran.
MEMANG terasa bahwa sajak-sajaknya dalam kumpulan ini ditulis
berdasarkan pengalaman kepahitan hidup plus berita koran.
Humor, protes dan ejekan bertebaran di mana-mana ketiga hal itu
rupanya menjadi sikap pengarang dalam hampir semua karyanya.
Dari segi teknik, beberapa hal yang pantas dicatat. Rudi Jalak
Gugat adalah sajah terpanjang dalam kumpulan ini. Sajak ini
mencoba merekam kehidupan yang tak menyenangkan: keroyokan
antarsekolah, murid dihamili gurunya, kenaikan BBM, anak kurang
gizi, dan lain-lain. Dalam sajak yang menghabiskan 9 halaman
ini, penyair mencoba kepandaiannya menyusun teknik persajakan
yang rapi, dengan rima dan sebagainya, untuk menampung berbagai
macam isi yang serba tak rapi itu. Dengan penggarapan yang
sedikit telaten, sebenarnya sajak ini bisa jauh lebih rapi dalam
soal teknik, sehingga tegangan yang ada antara teknik dan isi
bisa tinggi.
Ada kesan bahwa kebanyakan sajak yang ada dalam kumpulan ini
terlalu encer hal ini menyangkut diksi dan seleksi, dua hal
yang amat penting dalam penulisan puisi. Meskipun demikian
sajak-sajak semacam Semangat dan Buah Pilihan menunjukkan bahwa
Yudhis masih mempunyai bekal menjadi penyair. Hanya saja yang
dikumpulkannya kali ini agak lebih cair dari kumpulannya
terdahulu. Mungkin Yudhis menyesuaikannya dengan musik pop yang
cair itu, mungkin juga ia sedang mengatur langkah berikutnya.
Dan keberanian Indira menerbitkan buku semacam ini mungkin
didasarkan semata-mata pada popularitas Yudhis baik sebagai
pengarang maupun sebagai penulis lirik lagu. Bagaimanapun
keberanian menanggung risiko itu perlu dipuji.
Sapardi Djoko Damono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini