Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Menjimak jalak

Pengarang: yudhistira a.n.m massardi jakarta: indira, 1982 resensi oleh: sapardi djoko damono. (bk)

4 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

RUDI JALAK GUGAT Kumpulan sajak: Yudhistira A.N.M. Massardi. Penerbit: Indira, 1982 64 halaman. YUDHIS banyak dikenal kaum remaja karena cerpennya di pelbagai majalah dan lirik-liriknya yang dinyanyikan oleh Franky (& Jane). Penyair ini pernah mendapat perhatian agak khusus beberapa tahun yang lalu karena menulis sajak berjudul Biarin, gejala baru dalam penulisan puisi kita. Sikap terhadap kehidupan dan diksi sajak itulah yang bisa dikatakan berbeda dengan karya orang lain -- meskipun sebenarnya ada kaitannya dengan semacam gerakan dalam puisi yang pernah juga menarik perhatian kita yakni Puisi Mbeling. ciri-ciri yang terdapat dalam kebanyakan puisi semacam itu masih terasa dalam sajak-sajak Yudhis sampai sekarang: humor, protes, dan ejekan. Sudah dikatakan bahwa beberapa sajak Yudhis sudah dibikin nyanyian. Namun nilai nyanyian sebagai sesuatu yang utuh dengan nilai sajak itu secara tersendiri adalah berbeda. Begitu lirik lagu dipisahkan dari lagunya dan dibuat buku puisi, ia harus diukur sebagai puisi. Dan sebagai puisi, sajak-sajak yang terkumpul dalam Rudi Jalak Gugat ini tidak sangat istimewa. Ada juga akal Yudhis yang pantas dicatat, yakni menyertakan potongan-potongan berita koran sebagai semacam komentar terhadap puisinya, atau bahkan sebaliknya. Tetapi sebenarnya hal itu tidak begitu perlu, sebab toh sajak-sajak itu sendiri kebanyakan mirip berita koran. MEMANG terasa bahwa sajak-sajaknya dalam kumpulan ini ditulis berdasarkan pengalaman kepahitan hidup plus berita koran. Humor, protes dan ejekan bertebaran di mana-mana ketiga hal itu rupanya menjadi sikap pengarang dalam hampir semua karyanya. Dari segi teknik, beberapa hal yang pantas dicatat. Rudi Jalak Gugat adalah sajah terpanjang dalam kumpulan ini. Sajak ini mencoba merekam kehidupan yang tak menyenangkan: keroyokan antarsekolah, murid dihamili gurunya, kenaikan BBM, anak kurang gizi, dan lain-lain. Dalam sajak yang menghabiskan 9 halaman ini, penyair mencoba kepandaiannya menyusun teknik persajakan yang rapi, dengan rima dan sebagainya, untuk menampung berbagai macam isi yang serba tak rapi itu. Dengan penggarapan yang sedikit telaten, sebenarnya sajak ini bisa jauh lebih rapi dalam soal teknik, sehingga tegangan yang ada antara teknik dan isi bisa tinggi. Ada kesan bahwa kebanyakan sajak yang ada dalam kumpulan ini terlalu encer hal ini menyangkut diksi dan seleksi, dua hal yang amat penting dalam penulisan puisi. Meskipun demikian sajak-sajak semacam Semangat dan Buah Pilihan menunjukkan bahwa Yudhis masih mempunyai bekal menjadi penyair. Hanya saja yang dikumpulkannya kali ini agak lebih cair dari kumpulannya terdahulu. Mungkin Yudhis menyesuaikannya dengan musik pop yang cair itu, mungkin juga ia sedang mengatur langkah berikutnya. Dan keberanian Indira menerbitkan buku semacam ini mungkin didasarkan semata-mata pada popularitas Yudhis baik sebagai pengarang maupun sebagai penulis lirik lagu. Bagaimanapun keberanian menanggung risiko itu perlu dipuji. Sapardi Djoko Damono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus