Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Donny Damara terlonjak kaget ketika namanya disebut sebagai aktor terbaik lewat film ÂLovely Man pada malam penganugerahan Asian Film Awards di Hong Kong Convention and Exhibition Centre, Hong Kong, Senin pekan lalu. Dia langsung memeluk hangat Teddy Soeriaatmadja, sutradara film tersebut, seraya berseru, "Akhirnya kita berhasil juga."
Dalam ajang penghargaan perfilman Asia yang digelar Hong Kong International Film Festival Society, organisasi nirlaba nonpemerintah untuk perfilman Asia, Donny mengalahkan empat pesaingnya, termasuk dua bintang tuan rumah, Chen Kun (The Flying Swords of Dragon Gate) dan Andy Lau (A Simple Life). Dua lainnya adalah Park Hae-il (War of the Arrows) dari Korea Selatan dan Yakusho Koji (Chronicle of My Mother) dari Jepang.
Donny mengakui, ketika namanya masuk daftar unggulan, dia melihat pesaingnya cukup berat. "Keder sih tidak. (Tapi) gawat nih kompetitor gue," katanya. Pesaingnya memang cukup berat. Andy Lau, misalnya, sudah terpilih sebagai pemeran utama terbaik lewat film yang sama di Taipei Golden Horse Film Festival 2011 dan sepanjang kariernya telah mengumpulkan beberapa piala sebagai aktor terbaik dalam Hong Kong Film Awards, penghargaan perfilman tertinggi di Hong Kong, Cina, dan Taiwan.
Namun kali ini Andy Lau harus cukup puas hanya mendapat piala sebagai aktor favorit pilihan masyarakat. Adapun Park Hae-il, lewat War of the Arrows, terpilih sebagai aktor terbaik di beberapa ajang penghargaan perfilman di negerinya, termasuk Daejong Film Awards, penghargaan perÂfilman tertinggi di Korea.
Dalam Lovely Man, Donny berperan sebagai Syaiful, waria di Jakarta yang tiap malam melayani kebutuhan seks para pelanggannya. Tapi hari itu dia bertemu dengan Cahaya (diperankan oleh Raihaanun), Âputrinya yang sudah belasan tahun dia tinggalkan di kampung. Syaiful menolak Cahaya, tapi juga tak bisa memungkiri nalurinya sebagai ayah.
Di sini Donny dituntut berperan ganda sebagai ayah dan waria secara berganti-ganti. Untuk kepentingan perannya, dia mencukur semua bulu di tubuhnya agar pantas direkam kamera. "Syutingnya tiap hari sampai malam. Kalau besok pagi bulunya tumbuh lagi, ya, dicukur lagi," katanya.
John Badalu, anggota dewan juri dari Indonesia, mengakui pesaing Donny memang berat. "Tapi Donny juga bermain sangat prima dan kebetulan perannya unik dan tidak biasa dibandingkan dengan peran aktor-aktor lain di kategori tersebut," kata mantan Direktur Festival Film Q! Itu.
Selain John, juri tahun ini berasal dari berbagai lembaga perfilman dan negara, seperti Christian Jeune dari Cannes Film Festival, Christoph Terhechte dari Berlin Film Festival, Cho Young Jung dari Busan Film Festival, Kenji Ishizaka dari Tokyo International Film Festival, dan Jacob Wong dari Hong Kong Film Festival. Yang lainnya adalah Peggy Chiao, produser film Taiwan; Patricia Cheng, produser Hong Kong; Kong Rithdee, kritikus film Thailand; Xie Fei, dosen di Beijing Film Academy; dan Ronald Arguelles, produser Filipina. Adapun presiden jurinya adalah Eric Khoo, sutradara terkenal Singapura.
Tahun ini Indonesia mencatat prestasi penting dalam Asian Film Awards: dua penghargaan dan tiga unggulan. Ini merupakan loncatan besar karena sebelumnya Indonesia hanya sekali menang, yakni saat Rahayu Supanggah terpilih sebagai komposer terbaik pada 2007 lewat film Opera Jawa.
Selain oleh Donny, penghargaan diraih oleh sutradara Kebun Binatang, Edwin, yang mendapat Edward Yang New Talent Award. Teddy Soeriaatmadja masuk unggulan sutradara terbaik, tapi kalah oleh Asghar Farhadi, sutradara Iran yang filmnya, A Separation, juga terpilih sebagai film terbaik. Dari film The Mirror Never Lies karya sutradara Kamila Andini masuk dua unggulan, yakni Gita Novalista untuk kategori pendatang baru terbaik dan Rachmat Syaiful untuk kategori sinematografer terbaik.
Donny berharap prestasi ini menjadi titik balik untuk membenahi perfilman Indonesia, terutama kebijakan pemerintah untuk mempermudah kerja para pembuat film.
Kurniawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo