Kamis 26 November. Seorang yang mungkin lebih banyak punya pembenci daripada pencinta meninggal di Purmerend, 20 km dari Amsterdam, Negeri Belanda. Kapten Raymond Westerling mungkin lebih banyak disebut dalam sejarah Indonesia daripada Belanda. Dialah komandan sepasukan komando yang malang melintang, dan kemudian dituduh melakukan pembantaian atas 40.000 warga sipil di Sulawesi Selatan 1946. Lalu pada Januari 1950 ia membentuk APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) yang merencanakan merebut Bandung dan Jakarta dari pemerintahan Soekarno. Sejarawan Prof. Leo de Jong, yang menulis serial sejarah pendudukan Belanda di Indonesia, dalam seri yang segera terbit, menyebut Kapten "De Turk" Westerling (ia lahir di Turki) pada masa 1945-1950 di Indonesia telah melakukan kekejaman setara Nazi Jerman dan Jepang semasa Perang Dunia ll. Tapi, seperti mereka yang mencoba obyektif memandang sejarah, ia tak menyebut 40.000 korban Westerling, melainkan sekitar 4.000. Westerling memperoleh pendidikan pasukan komando di Inggris, dan latihan-latihan sebagai intelijen. Ia pernah dikirim ke Filipina melawan Jepang, dan pada 1945 diterjunkan di Medan, dengan misi rahasia. Kepiawaiannya sebagai serdadu jadi legenda, kekejamannya tercatat dengan tinta hitam. Bekas komando ini terakhir mencari nafkah sebagai penjual buku. Pada hari terakhirnya itu ia tersungkur akibat serangan jantung, beberapa jam setelah ia marah-marah pada seorang wartawan yang memburu masa lalunya. ~Zaim Uchrowi & Mohamad Cholid
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini