Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Meringkas Dunia dengan Kartun

Jutaan tahun sejarah alam semesta dan makhluk hidup dirangkum dalam bahasa gambar dan kelakar. Tanpa referensi, kecuali pikiran si komikus sendiri.

20 November 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun Riwayat Peradaban Jilid 1: Dari Ledakan Besar hingga Alexander Agung Penulis: Larry Gonick Penerbit: Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2006 Tebal: 360 halaman

Apa kalimat terakhir yang terlontar dari Socrates setelah ia meminum racun yang membunuh dirinya? ”Krito, aku berutang satu ayam pada Asklepius. Tolong dibayar, ya.”

Sumber sejarah Yunani antik harus diperiksa kembali untuk memastikan kesahihan kalimat terakhir Socrates itu. Dan rekonstruksi dalam komik mungkin akan membuat para pembaca tak terlalu tegang dengan kisah pengadilan terkenal dalam sejarah pemikiran masa lalu itu.

Larry Gonick telah meringkas sejarah panjang peradaban manusia yang melingkupi perdebatan ratusan ahli dalam komik Kartun Riwayat Peradaban. Penciptaan alam, misalnya, dikisahkan Gonick dari tahap awal semesta tercipta, zaman-zaman ketika hewan tercipta dengan proses evolusi yang lebih sederhana, hingga evolusi homo erectus yang menghasilkan manusia.

Tak ada cukup keterangan mengapa seorang kartunis seperti Gonick merasa perlu membuat buku tentang sejarah peradaban manusia, kecuali kata (lebih tepatnya: gambar) pengantar yang menyebut bahwa ”Buku sejarah dalam bentuk kartun ini merupakan hasil sembilan tahun kuliahku di Harvard, tempat aku mempelajari matematika....”.

Masih dalam pengantar tersebut, tampak si kartunis, Gonick sendiri, berdiri di tengah perpustakaan penuh buku sambil merentangkan tangan dan menghirup udara dalam tumpukan buku, ”Kamu lihat? Sederhana! Cuma setumpuk buku sejarah tua! Wuah, baunya apak, tapi menyegarkan!!”

Yang jelas, buku kartun telah menyingkat tumpukan tinggi buku sejarah dunia. Tentu saja ini kalau kita hendak mengetahui segalanya serba ringkas, serba sedikit, tentang perdebatan yang terjadi antara fase sejarah umat manusia tersebut. Tidak makan waktu. Namun, bila Anda peminat sejarah serius, lupakanlah buku ini karena buku ini mungkin malah mengecewakan Anda.

Seperti layaknya buku kartun, maka gambar-gambar memikat, angle pelukisan yang tak lazim, membuat buku ini nikmat dibaca. Belum lagi celotehan—pasti ini ulah Gonick sendiri—pelukisnya atas sejumlah peristiwa penting dalam sejarah. Sudah jelas perspektif masa kini yang dibawa ke masa lalu itulah yang banyak melatari celotehan si pelukisnya.

Ketika masuk ke zaman manusia hidup dan berkembang, kisah dikembangkan pada masa manusia masih hidup nomaden dengan segala peralatan yang masih sederhana. Saat sejumlah teknologi mulai ditemukan, kejailan Gonick mendapat tempat besar. Mengenai penemuan roda sebagai ganti untuk alat angkut, misalnya, di situ digambarkan seorang wanita terlihat bingung dengan bentuk ”baki berlubang”, dan ia merasa perlu minta nasihat kepada pemimpin spiritual atas fenomena baru yang ia temui itu.

Konsep-konsep rumit tentang kepemilikan dijelaskan dengan gambar khusus: seorang gembala di tengah padang sedang menghitung jumlah domba yang dimilikinya. Namun, dengan bahasa komik, lalu hal kepemilikan itu juga ia sampaikan kepada istrinya dan dituliskan dalam teks balon: ”Bunyi gemuruh yang terdengar itu adalah bunyi runtuhnya status kaum perempuan.”

Tapi kita perlu berhati-hati. Gonick tak menyebutkan sama sekali referensi-referensi yang ia pakai ketika merangkum perjalanan gagasan serta fragmen-fragmen sejarah manusia itu. Terkadang kita tersendat untuk berpikir sejenak ketika menemukan sejumlah pernyataan atau konsep yang perlu diperiksa lagi kesahihannya. Ia memang telah menunjukkan kemampuan menyederhanakan masalah kompleks.

Gonick merangkum jutaan tahun sejarah alam semesta dan makhluk hidup, yang ia sodorkan dengan penuh kelakar dalam bahasa gambar. Ia memancing kita untuk kembali menelaah sejarah, sambil justru menarik kembali tumpukan buku yang telah kita pinggirkan.

Ignatius Haryanto, penikmat buku

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus