Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Merombak Mitos Kejantanan Sinbad

Sinbad sang pelaut kali ini tampil sebagai pelaut chauvinistic yang tunduk pada kemandirian seorang putri. Pameran visual animasi yang fantastis.

21 September 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sinbad: Legend of the Seven Seas Pengisi Suara : Brad Pitt (Sinbad), Catherine Zeta-Jones (Marina), Michelle Pfeiffer (Eris), Joseph Fiennes (Proteus)/td> Sutradara : Tim Johnson, Patrick Gilmore Skenario : John Logan Musik : Harry Gregson-Williams Produksi : Dreamworks Dari pemandangan warna biru laut, deru ombak, dan langit yang membentang tanpa tepi, penonton segera langsung memahami: dunia Sinbad: Legend of the Seven Seas adalah sebuah dunia “lelaki” yang lebih suka membuat ketenangan laut itu dibelah oleh “kejantanan” kapal perompak; bertarung melawan monster laut, merampok kapal sang Pangeran Proteus--untuk kemudian berdamai karena ternyata sang Pangeran adalah teman masa kecil Sinbad--dan bertarung melawan burung raksasa. Sinbad, legenda yang hidup ribuan tahun dengan mitos bahwa ia sudah mengarungi tujuh lautan, memang bisa diharapkan menjadi sebuah impian anak lelaki tentang kegagahan dan kejantanan, atau tepatnya fantasi tentang kebesaran. Tapi, untuk beberapa saat, penonton juga akan segera memahami bahwa ternyata dunia chauvinistic dan “kejantanan” itu hanya sebuah media untuk berkelakar. Para perempuan, meski hanya dua orang--yakni Eris sang Dewi Pengacau dan Putri Marina--ternyata tokoh utama yang sangat dominan dan sosok penting dalam seluruh tubuh cerita. Eris (dengan suara Michelle Pfeiffer yang sensual dan serak basah) menjadi sosok jahat yang lezat dan legit karena dia mengganggu seluruh kenyamanan dan keamanan dunia, sedangkan Putri Marina adalah tunangan Pangeran Proteus yang sudah lama diimpikan Sinbad. Kemandirian Putri Marina, yang ternyata selalu bisa mengatasi problem yang “berbau lelaki”, dan kecenderungan dungu para awak kapal yang mudah tergoda oleh sosok bahenol wanita adalah cara para sineas menjungkirbalikkan mitos Sinbad sebagai kisah para lelaki jantan. Marina kemudian tampil sebagai putri cantik yang jauh lebih “jantan”, berani, dan mandiri hingga awak kapal tampak seperti serombongan anak itik yang tolol. Selebihnya adalah sebuah festival warna dan visual melalui pelayaran Sinbad, Marina, dan awak kapalnya mengarungi lautan dan mengatasi beribu tantangan. Yang terjadi adalah tamasya pemandangan bagi penonton karena perkawinan animasi dua dan tiga dimensi yang tumpang-tindih hingga laut dan ombak terasa berdebur dan pecah mengalir ke ruang bioskop Anda. Rasanya Disney sudah harus berjaga-jaga dengan teknik Dreamworks yang mulai inovatif. Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus