Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Meryl Hilang, Cher Terbilang

Dengan absennya Meryl Streep yang muncul sekejap pada akhir ceritafilm sekuel ini tetap meledak dan menyenangkan. Kemunculan Cher adalah klimaks yang ditunggu.

28 Juli 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Meryl Hilang, Cher Terbilang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fantastis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ITULAH yang terasa ketika film Mamma Mia! meluncur pada 2008 dengan menampilkan Meryl Streep sebagai Donna Sheridan yang membesarkan putrinya, Sophie (Amanda Seyfried), di pulau fiktif Kalokairi di Yunani sendirian. Plot film: siapakah bapak Sophie? Itu membuat Donna senewen. Bisa saja Bill si playboy Skandinavia pemilik kapal (Stellan Skarsgard), bisa juga si bankir pemalu Harry (Colin Firth), dan mungkin saja si tampan Sam (Pierce Brosnan), lelaki Inggris yang menghancurkan hati Donna karena setelah malammalam yang panas akhirnya memutuskan kembali ke tunangannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film yang diangkat dari pertunjukan musikal Broadway yang menggunakan lagulagu Europop ABBA ini mengambil plot yang dicocokkan dengan lagu kelompok musik terkemuka asal Swedia tersebut. Plot agak goyah. Tapi kita menyukainya seolaholah menyaksikan bintangbintang besar tengah berkaraoke di pulau cantik dengan mamakmamak yang melempar cucian lalu membuntuti trio Donna, Tanya (Christine Baranski), dan Rosie (Julie Walters) menyanyikan Dancing Queen hingga kita ingin ikut mencebur bersama mereka.

Setelah film itu berhasil meraup US$ 144 juta di Amerika Serikat dan US$ 610 juta dari peredaran internasional, tak mengherankan jika sekuel/prekuelnya, Mamma Mia! Here We Go Again, lahir 10 tahun kemudian. Phyllida Lloyd, sutradara Mamma Mia! di Broadway dan film yang pertama, kini mengenakan topi produser. Kursi sutradara diserahkan kepada Ol Parker.

Film dibuka dengan absennya Donna Sheridan, yang hanya tampak di foto besar di vila yang bisa direnovasi Sophie sesuai dengan citacita Donna pada masa lalu. Hanya dalam beberapa menit, kita langsung mengetahui nasib Donna (atau dengan kata lain Meryl Streep hanya ingin muncul sekilas melalui foto dan pada akhir film dalam keadaan"sureal" bernyanyi duet bersama anaknya).

Selebihnya? Apakah ada lubang besar dengan absennya bintang besar kita itu? Dengan mengejutkan, Lily James berhasil memerankan Donna muda yang bebas, yang mengejar keinginannya dan menolak nasibnya dipetakan oleh orang tua, seperti halnya Sam. Maka jadilah Donna yang kelak kita kenal: pemilik villa bobrok di tengah pulau. Ol Parker menceritakan secara berselangseling kisah antara Donna dan duo sohibnya, Tanya (versi muda diperankan Jessica Keenan Wynn) serta Rosie (Alexa Davies), yang menjadi kawan sejati dan saksi bagaimana bersemangatnya Donna yang berbuihbuih mencari jati diri di negara asing, di pulau asing yang romantik. Mereka pula yang menjadi sandaran Donna ketika ia patah hati oleh Sam, yang tidak berterusterang sejak awal bahwa dia sudah bertunangan.

Perubahan bolakbalik dari masa lalu ke masa kini dengan penyuntingan yang edan kerennyatengok bagaimana mereka menyunting adegan Donna keluarmasuk cerminmembuat kita memaafkan plot film ini yang, lagilagi, tidak ketat. Misalnya rentang waktu yang tidak konsisten. Dalam Mamma Mia!, ketiga"ayah" Sophie mengungkapkan melalui lagu Our Last Summer bahwa mereka bertemu dengan Donna pada era"crazy years of the time of flower power", yang berarti pada 1960an. Sedangkan dalam sekuel/prekuelnya, saat bertemu dengan Donna dan kawankawan, Harry, Sam, serta Bill tidak tampak mengenakan busana tahuntahun"sinting" tersebut, melainkan tahun 1970an. Atau kita tak bisa tak menggerundel melihat bagaimana Donna, Tanya, dan Rosie mudayang berperan dengan bagusdiberi model rambut yang sama persis dengan versi sepuh mereka (yang kirakira 25 tahun kemudian). Namanya film musikal, kita tentu saja selalu ingin memaafkan halhal yang tampak remehtemeh, karena akhirnya kita akan lebih tertarik pada bagaimana para sineas merepresentasikan lagulagu jukebox yang sudah menjadi"milik bersama" ke layar lebar. Dan, nyatanya, Ol Parker berhasil.

Dalam sekuel/prekuel ini, lagu Mamma Mia! yang sudah diaransemen untuk Meryl Streep diaransemen ulang dengan nada balada pada awal lagu yang kemudian baru mengentak dan mengundang penonton melonjaklonjak. Ol Parker berusaha menggunakan beberapa lagu ABBA yang kurang dikenal, sehingga dia tahu bahwa sejumlah lagu selain Mamma Mia harus didaur ulang. Lagu Dancing Queen dalam film pertama tentu akan selalu dikenang karena Meryl Streep bak Peniup Suling dari Hamelin yang mengajak pendengar atau pemirsa ikut meloncat dan menjadi bagian dari barisan yang melempar sapu atau jemuran serta menari bersamanya. Dalam film yang baru, dengan aransemen yang berbeda, lagu ini dinyanyikan para tamu dadakan yang berbondongbondong naik kapal menuju pulau Kalokairi untuk menghadiri pesta pembukaan vila Bella Dona oleh Sophie.

Semua terasa manis, penuh gula dengan sebersit kesedihan karena lubang yang ditinggalkan Ibunda Donna. Tapi tentu saja kita menantikan pengisi kekosongan tersebutselain penampilan Lily James yang bercahaya:Cher menyanyikan Fernando. Kita tak perlu mengulakulik, kok bisa Ruby (demikian nama nenek Sophie. Iya, Cher berperan sebagai ibu Meryl Streep. Sudah­lah.) bertemu dengan Fernando Cienfuegos (Andy Garcia) pada masa lalu? Kita tak perlu meributkan soal lirik Fernando dalam bahasa Inggris yang terinspirasi revolusi di Meksiko dan betapa sulitnya membayangkan Cher serta Garcia yang gantengnya tak pernah usai itu membawabawa senjata. Pokoknya, duet mereka asyik.

Tidak mudah membuat cerita yang ketat dan rapi agar semua lagu bisa cocok dalam film jukebox ini. Julie Taymor melakukannya dengan baik dalam Across the ­Universe dengan mengadaptasi lagulagu The ­Beatles. Rasanya Ol Parker dan Phyllida Lloyd juga telah melakukannya dengan baik, dan film ini sesuai dengan fitrah film musikal: menyenangkan.

Leila S. Chudori

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus