Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Meteor Klasik di Langit Eropa

Karya-karyanya lahir saat usianya masih balita. Namanya bagai meteor yang melejit sendirian dalam periode klasik Eropa.

15 Januari 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ah! Vous dirais-je, Maman, Ce qui cause mon tourment? Papa veut que je raisonne, Comme une grande personne; Moi, je dis que les bonbons Valent mieux que la raison.

(lagu rakyat Prancis abad ke-18)

Lagu rakyat berirama riang itu begitu menggoda Wolfgang Amadeus Mozart. Melodinya terus terngiang di telinga dan mengendap di dalam aliran darah seni Mozart yang kala itu masih kanak-kanak. Maka, dengan kejeniusan seorang komponis besar, lahirlah komposisi Variations on Ah! Vous dirais-je, Maman.

Sang komponis menggubah lagu rakyat itu menjadi sebuah komposisi untuk piano. Ini sebuah komposisi piano yang dibuat menjadi 12 variasi. Mozart menggunakan melodi lagu yang kemudian masyhur dengan judul Twinkle Twinkle, Little Star itu sebagai pembukaan karya jenakanya tersebut.

Seperti diketahui, pada masa-masa awal perjalanan musiknya, Mozart melahirkan serangkaian komposisi yang terasa ringan dan jenaka. Tapi sejumlah kritikus musik menyatakan karya-karya awalnya tetap indah dan serius. Dengan kata lain, sesuai dengan ciri khas karya seni era klasik.

Daya musik Mozart yang khas dan luar biasa itu cenderung muncul dari kehidupannya, terutama kondisi yang melingkupi kelahirannya. Ketika masih dalam kandungan, setiap hari kepadanya diperdengarkan musik, terutama bunyi-bunyi permainan biola ayahnya. Sang ayah adalah kapellmeister, pemimpin orkes, di Salzburg, dan ibunya, putri seorang musisi, memainkan peran dalam pendidikan musik putranya. Karena lingkungan itu, Mozart lahir dalam keadaan telah ”matang” dibentuk oleh musik.

Mozart berkenalan dan belajar musik di rumah. Ayahnya, Leopold Mozart, mulai mengajari cara bermain harpsichord, alat musik sejenis piano di era Barok, saat Mozart berusia tiga tahun. Dan sang ayah terkesiap begitu menyaksikan permainan dan mendengar alunan piano Barok putra bungsunya itu.

Begitu Mozart kecil pandai berceloteh, ayahnya yang juga seorang musikus gereja itu segera mengajarkan berbagai chord musik. Dan yang kemudian terjadi adalah keajaiban. Si mungil Mozart, yang masih duduk di atas bantal agar jari-jarinya bisa mencapai tuts harpsichord, membuat semua bangsawan Salzburg terpana.

Berusia lima tahun, Mozart melakukan sebuah lompatan yang niscaya baginya: dari seorang pemain musik menjadi pencipta musik. Ia melahirkan karya pertama, Andante in C untuk keyboard, pada awal 1761. Pada tahun itu pula (1761) Mozart sudah menghasilkan empat karya musik, yaitu Andante in C untuk keyboard; Allegro in C untuk keyboard; Allegro in F untuk keyboard yang diciptakan pada 11 Desember 1761; dan Minuet in F untuk keyboard, diciptakan pada 16 Desember 1761.

Peter Gay dalam biografi Mozart menulis, karya-karya pertama Mozart adalah dua musik pendek yang dimainkannya dengan clavier—instrumen semacam piano. Tapi, Peter Gay menambahkan, sejumlah orang juga mengatakan karya pertama Mozart adalah sebuah konserto yang ditulis sekitar sepekan sebelum membuat dua musik pendek itu.

Yang pasti, sejak itu Mozart begitu tertawan oleh musik sehingga tak punya ketertarikan pada hal-hal lain. Bahkan ia menjadikan musik sebagai permainan anak-anak. Sebelum usianya mencapai tujuh tahun, ia berlatih bermain biola. Dengan cepat ia pun menguasai alat musik gesek itu dengan baik untuk tampil solo di depan publik. Sungguh ajaib.

Dan sekitar setahun berselang, ayahnya telah mengajaknya berkeliling Eropa untuk ”memamerkan” keajaiban sang anak. Keluarga Mozart mengembara ke sejumlah kota di Eropa sepanjang sekitar tiga tahun. Mereka mengadakan pertunjukan dan mengunjungi pusat-pusat musik di London, Paris, dan beberapa kota di Jerman.

Mozart sangat beruntung karena sepanjang pengembaraannya ia mendengarkan karya-karya komposer besar yang digemari saat itu. Ia juga bersua sejumlah komposer yang dianggapnya sebagai gurunya.

Saat di London, misalnya, Mozart bertemu Johann Christian Bach, anak komponis Johann Sebastian Bach. Karena masih kecil, saat memainkan piano sonata dalam empat tangan, Mozart terpaksa dipangku Bach. Pertemuan itu kemudian cukup banyak mempengaruhi karya-karya awal Mozart selanjutnya.

Ketika mereka kembali ke Salzburg pada akhir 1766, Mozart telah menginjak usia sepuluh tahun. Saat itu ia telah tumbuh menjadi pemain musik dan komposer yang berpengalaman. Di sini, peran ayahnya memang sangat dominan dalam perjalanan kreativitas Mozart.

Tak lama berselang, simfoni pertamanya lahir. Ini merupakan karya kecil yang bagus dan bersemangat. Simfoni ini terbagi dalam tiga bagian. Lama permainannya 12 menit. Meski sederhana, karya ini membentuk sebuah orkestra yang apik: empat biola dan biola alto, sebuah bas viol, sebuah serunai, dua klarinet, dan dua terompet.

Pada tahun 1773, saat menginjak 17 tahun, Mozart telah menggubah sekitar 26 simfoni. Saat itulah kejeniusannya sebagai komposer simfoni mengemuka. Dan itu ditandai dengan lahirnya Simfoni No. 29 dalam A mayor (K. 201), yang kaya materi dan menawan. Bisa dikatakan, ini merupakan sebuah lompatan karya yang memukau dan melebihi karya-karya sebelumnya.

Karya Mozart pun kemudian mengalir deras. Puluhan komponis di zamannya hanya terbatas membuat komposisi di dalam satu genre, Mozart mampu menggarap simfoni, konserto, kuartet, sonata, hingga orkestra. Berbagai kalangan bangsawan maupun musikus Eropa mengakui kejeniusan Mozart.

Don Campbell dalam bukunya, Efek Mozart, menulis bahwa rahasia keunggulan musik Mozart adalah kemurnian dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya. Mozart tak membuat jalinan mu-sik serba rumit seperti dijumpai pada karya matematikawan jenius terkenal: Johann Sebastian Bach. Ia tak membangkitkan gelombang-gelombang emosi naik-turun dengan tajam seperti karya Beethoven yang sangat dramatis, bahkan terkesan menyiksa. Karya-karya Mozart tak datar dan kaku seperti lagu Gregorian, tapi juga tak terlalu lembut membuai seperti lagu untuk meninabobokan bayi.

Campbell mengibaratkan, musik Mozart bagai arsitektur agung India era Moghul—Istana Pualam di Jaipur atau Taj Mahal. Transparansi, lengkungan-lengkungan, dan irama-irama di dalam ruangan terbuka itulah yang sedemikian dalam menggugah dan mengaduk-aduk jiwa.

Yang jelas, Campbell menambahkan, musik Mozart yang terkadang misterius itu tetap mudah dinikmati. Dan, ini yang penting, tanpa kepalsuan. ”Musiknya itu sangat misterius sekaligus mudah dipahami,” katanya. ”Dan yang sangat penting, musik Mozart itu tanpa tipu muslihat.”

Selain musik, Mozart juga menggubah opera. Karya opera pertamanya, La Finta Semplice, sebuah buffa opera yang diragukan para pencinta musik di Wina. Opera itu baru dipentaskan di Salzburg setahun kemudian. Pertunjukan itu sendiri jauh dari istimewa. Yang istimewa, komponisnya seorang anak ajaib yang baru 12 tahun.

Dan untuk menunjukkan kepandaiannya, si anak ajaib itu pada saat bersamaan menggubah sebuah musik selingan pendek, Bastein und Bastienne. Ini opera ringan dengan teks (libretto) dan dialog lisan berbahasa Jerman. Dan karya ini juga mengisyaratkan akan lahirnya karya-karya besar dari tangan Mozart.

Boleh dibilang, karya-karya Mozart berada di antara aliran Barok yang kaya nuansa dan aliran Romantisisme yang kaya detail. Tapi ia juga hidup di zaman radikalnya John Wesley, Voltaire, dan Goethe, ketika semua kelas sosial dalam masyarakat Barat sedang ditata ulang dalam bidang politik dan agama. Sedikit-banyak karyanya juga menyuarakan kebebasan berpikir yang tengah bergemuruh. Sama dengan peradaban modern Barat yang berdenyut, Mozart mewujudkan semangat mencari yang baru, dan janji lahirnya zaman baru.

Ya, Mozart adalah sebuah kedahsyatan. Penyair Jerman Goethe, yang ketika masih muda pernah menonton konser Mozart belia di Frankfurt, menyatakan bahwa pencapaian musik Mozart tak tertandingi. Ia setingkat dengan prestasi-prestasi Raphael dan Shakespeare dalam bidangnya masing-masing.

Nurdin Kalim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus