Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEKITAR 50 meter dari bibir pantai Pulau Sepa, Kepulauan Seribu, Jakarta, belasan penyelam menurunkan sebuah bangun kerangka besi ke dasar laut. Mereka menggunakan segi empat dari bambu yang dihubungkan dengan bangun itu melalui enam utas tali yang kemudian berfungsi layaknya katrol, untuk menurunkan bangun unik tersebut perlahan-lahan.
Sesampai di dasar berpasir, tali-tali dilepas, kaki-kaki struktur besi yang saling menyilang dirapikan supaya bangun ini berdiri dengan pijakan yang kuat. Ada tiga buah bangun yang sama yang dihubungkan memanjang menjadi satu, menyerupai terowongan panjang. Ya, tiga meter di bawah permukaan laut, berdirilah instalasi karya Teguh Ostenrik, sebuah terowongan rangkaian kerangka pipa besi dengan hiasan pelat metal berbentuk kerang di sana-sini.
"Semoga di sini selamanya sampai jadi Domus Musculi alias Rumah Kerang," ujar Teguh, Senin dua pekan lalu. Domus Musculi adalah karya ketiga dari seri instalasi bawah laut Teguh. Sebelumnya, ia membuat Domus Sepiae (Rumah Cumi-cumi) di perairan Senggigi, Lombok, Nusa Tenggara Barat, dan Domus Longus (Rumah Ikan Longnose Butterfly) di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Domus Musculi dipasang di Kepulauan Seribu karena perairan itu pernah terkenal akan kerang-kerangnya sebelum tercemar polusi dewasa ini.
Sebenarnya Domus Musculi tidak diniatkan berdiam di Pulau Sepa. Desember tahun lalu, Teguh dan timnya memasang tiga struktur besi yang masing-masing beratnya 300-400 kilogram itu di kedalaman 5-12 meter perairan Pulau Pelangi. Namun, lewat beberapa bulan, manajemen pulau memungut biaya untuk perawatan Domus. Teguh akhirnya memutuskan memindahkan karyanya ke Pulau Sepa, yang berjarak 15 menit dengan kapal cepat dari Pulau Pelangi, akhir Agustus lalu. "Di sini semua gratis karena manajemen Sepa melihat keberadaan karya saya sebagai peluang bisnis," kata Teguh.
Instalasi ini lebih dari sekadar karya pameran. Teguh memadukan karyanya dengan teknologi biorock, teknik temuan ilmuwan maritim Jerman, Wolf Hilbertz. Dengan teknik ini, struktur besi yang ditanam di dalam laut dapat bersalin rupa menjadi rumah bagi terumbu karang, cumi-cumi, kerang, dan ikan.
Struktur dari besi berperan sebagai katoda yang dialiri listrik negatif tegangan 2 volt berdaya 120 ampere. Asupan listrik berasal dari panel surya. Dipadukan dengan anoda dari bahan titanium, terciptalah proses elektrolisis yang memecah kandungan air laut menjadi hidrogen dan oksigen. Hanya dalam waktu 2 x 24 jam setelah dibenamkan di dasar laut, lapisan limestone akan menyelubungi struktur besi tersebut. Limestone adalah makanan bagi terumbu karang.
Teknologi biorock terbukti mampu mempercepat pertumbuhan koral hingga tiga-lima kali waktu normal. Teknik ini telah berhasil diterapkan secara luas di Pemuteran, Bali. Teguh memakai cara ini pada instalasi seninya karena prihatin akan kondisi bawah laut Indonesia. Teguh yang hobinya menyelam itu melihat kerusakan parah pada terumbu karang hanya dalam rentang beberapa tahun.
Di Senggigi, satu setengah tahun setelah memasang Domus Sepiae, Teguh mengecap buah manis. Ketika ia menengok kembali karyanya, terumbu karang telah berkembang pesat. "Cumi-cumi bahkan barakuda sudah nongkrong di sana," ujarnya.
Instalasi bawah laut itu juga dimaksudkan untuk menarik perhatian penggemar selam, yang akan berdampak pada perkembangan pariwisata. Instruktur selam Zombie Diving Course yang berbasis di Pulau Pelangi, Abdul Wahab, mengatakan kunjungan penyelam ke pulau itu meningkat dua kali lipat sejak Domus dipasang.
Menurut Wahab, selain menjadi rumah biota laut, instalasi seni bawah laut ini menjadi pusat atraksi penyelam. "Tadinya sehari cuma satu grup, sekarang menjadi dua grup, bahkan pernah lima grup dalam sehari," kata Wahab.
Semua karya Domus dibuat dari limbah besi. Domus Musculi sendiri dibangun dengan besi-besi bekas instalasi panggung Opera Gandari karya Tony Prabowo dua tahun lalu. "Ini dulu menara tempat Gandari menyanyi. Saya bongkar, lalu potong jadi tiga bagian," ujar Teguh.
Ia mempertahankan bentuk terowongan ketika menanam karya itu di dasar laut. Lebarnya cukup untuk dimasuki dua-tiga orang. "Impian semua penyelam adalah masuk ke terowongan bawah laut," ucapnya. Tujuh bulan setelah dipasang di dasar perairan Pulau Pelangi, Domus Musculi telah tertutup sepenuhnya oleh limestone berwarna kekuningan. Koral yang dicangkokkan pada pipa-pipa besi telah berkembang dan menghasilkan tunas.
Pemindahan bangun kerangka yang telah jadi itu tak sederhana. Butuh teknik khusus agar pemindahan tak merusak lapisan gamping dan koral yang telah tumbuh. Teguh bersama penyelam dari Yayasan Terumbu Rupa dan sejumlah sukarelawan pertama-tama mengaitkan belasan jeriken pada titik-titik tertentu di tubuh struktur itu. Jeriken dipompa dengan udara hingga Domus Musculi perlahan mengapung ke permukaan.
Agar konstruksi yang telah jadi itu tak buyar, pelan-pelan kapal kayu menarik Domus menuju Pulau Sepa. Sesampai di lokasi baru, udara dalam jeriken dikeluarkan kembali sambil menurunkan Domus ke dasar laut. Keseimbangan perlu diperhatikan betul agar struktur itu tak terguling.
Total proses mengangkat, menyeret, lalu memasang kembali satu bagian Domus menghabiskan waktu sekitar setengah hari. Proses ini bolak-balik dilakukan selama tiga hari hingga ketiga bagian tertanam sempurna di kedalaman tiga-lima meter di lepas pantai Pulau Sepa.
Usaha itu terbayar ketika, hanya selang sejam setelah pemasangan, ikan-ikan kecil di perairan Sepa, seperti ikan buntal dan ikan scorpion, berdatangan mengerubungi Domus. Direktur PT Pulau Sepa Leonardo S. Saputra memastikan struktur itu terus berada di sana hingga benar-benar menjadi rumah para kerang. "Kalau bisa malah ditambah lagi demi menyelamatkan terumbu karang," ujar Leo.
Moyang Kasih Dewimerdeka
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo