Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Mimpi Mencapai Elysium

9 September 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Elysium
Sutradara: Neill Blomkamp
Skenario: Neill Blomkamp
Pemain: Matt Damon, Jodie Foster, Sharlto Copley, William Fichtner, Michael Shanks, Diego Luna, Alice Braga, Carly Pope, Faran Tahir
Produksi: TriStar Pictures

Tempat yang menjanjikan itu bernama Elysium. Tak ada yang ditawarkan di sana selain kehidupan yang nyaman, penuh kemewahan, dengan para robot pelayan yang selalu siap diperintah. Di sana juga tak ada rumah sakit, karena setiap keluarga memiliki kapsul ajaib, yang mampu menyembuhkan segala macam penyakit—termasuk mengembalikan wajah yang compang-camping terkena ledakan—dalam hitungan detik.

Planet baru hasil kecanggihan otak manusia, yang jika dilihat dari bumi menyerupai roda raksasa dengan bintang di bagian tengahnya, itu laksana gambaran surga di kitab-kitab suci. Bedanya, cuma orang berduit yang bisa merasakan indahnya surga buatan manusia itu. Bagi mereka yang melarat, maaf. Silakan nikmati bumi yang semrawut, kumuh, dengan penduduk berjubel yang hidup dalam kemiskinan dan ancaman penyakit serta kriminalitas di mana-mana.

Setelah sukses dengan District 9, sutradara Neill Blomkamp kembali mempertaruhkan kemampuannya di film terbarunya yang sedang beredar ini. Berlatar Kota Los Angeles, Amerika Serikat, pada 2154, Blomkamp kembali menawarkan genre film fiksi ilmiah tentang planet lain di luar bumi yang lebih menjanjikan. Tampaknya, dia tak mau kalah oleh sineas lain yang filmnya tahun ini membanjiri gedung bioskop. Sebut saja Oblivion, Upside Down, After Earth, Pacific Rim, dan World War Z, yang temanya tentang kehidupan manusia di bumi yang tak lagi bersahabat.

Elysium didukung dua nama besar di jagat perfilman, Jodie Foster dan Matt Damon. Blomkamp juga menggandeng bintang utama District 9, Sharlto Copley. Film Elysium sebenarnya menawarkan kisah yang agak mirip dengan District 9. Sementara film yang dirilis pada 2009 itu bercerita tentang usaha Wikus van der Merwe (Sharlto Copley) kembali ke wujud asalnya sebagai seorang manusia setelah terinfeksi virus misterius, di film ini ada tokoh Max Da Costa (Matt Damon) yang berusaha menyembuhkan dirinya dari radiasi yang membuat jatah hidupnya cuma lima hari lagi.

Seperti penduduk bumi lainnya, sejak kecil Max yang hidup sebatang kara itu bermimpi bisa menetap di Elysium, yang telah menjelma sebagai sebuah negara baru, lengkap dengan kepala negara, para menteri, dan pasukan robot tentara. Dia bahkan nekat menjadi pencuri demi mengumpulkan uang banyak agar mampu membeli tiket ke sana. Sayang, meski ia berkali-kali jadi penghuni penjara, mimpi itu tak pernah terwujud. Belakangan, Max memutuskan bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik peralatan, senjata, dan robot untuk Elysium, Armadyne Corp. Ketika tengah bekerja itulah dia mengalami kecelakaan. Tubuhnya terpapar radiasi. Inilah alasan terbesar Max pergi ke Elysium.

Tentu saja keinginannya itu sulit terwujud. Apalagi Menteri Pertahanan Elysium, Delacourt (Jodie Foster), dibantu agen rahasia Kruger (Sharlto Copley), siap menghalau imigran gelap yang nekat memasuki wilayah mereka. Dibantu sekelompok peretas yang dipimpin Spider (Wagner Moura), niat Max berangkat ke Elysium akhirnya terlaksana, dengan satu imbalan: Max wajib mencuri data dari seorang penduduk Elysium.

Blomkamp mencoba membungkus film ini dengan isu sosial dan politik. Ia menyuguhkan kondisi bumi di pengujung abad ke-21 itu, yang terbagi dalam dua kasta, kaya dan miskin, dengan kehidupan yang amat-sangat bertolak belakang. Meskipun banyak robot berkeliaran—termasuk mengawasi tingkah laku penduduk bumi—film ini tetap menyuguhkan perseteruan di antara manusia dari dua kelas sosial berbeda itu.

Sebetulnya isu kesenjangan sosial itu memberikan kesempatan bagi Blomkamp untuk membangun konflik dan jalinan cerita yang lebih kompleks. Di awal film, dia sudah memberikan celah untuk itu dengan memperlihatkan kesenjangan sosial yang amat ekstrem antara penduduk bumi dan penghuni Elysium. Bumi di masa itu hanya berisi orang-orang dari dunia ketiga. Los Angeles penuh sesak dengan imigran dari Italia, Meksiko, negara-negara Asia, dan penduduk Afro-Amerika. Sedangkan orang-orang kulit putih, dengan bahasa Inggris dan Prancis, telah hijrah ke Elysium. Sebuah kritik yang keras.

Sayang, pesan Blomkamp disajikan setengah hati. Ketimbang meramu isu sosial dan politik menjadi satu jalinan cerita yang lebih berbobot, sang sutradara lebih tertarik menampilkan adegan aksi baku hantam dan baku tembak serta efek visual.

Dengan kemegahan efek visual, tanpa cerita yang kuat, film ini hanya film laga biasa, tentang perseteruan antara si baik dan si jahat, yang ceritanya gampang ditebak. Kehadiran dua bintang besar pun, dengan kualitas akting yang tidak mengecewakan, rasanya sekadar magnet pemancing penonton.

Nunuy Nurhayati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus