Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
In the Heart of the Sea
Sutradara: Ron Howard
Skenario: Charles Leavitt
Pemain: Chris Hemsworth, Benjamin Walker, Cillian Murphy, Tom Holland, Joseph Mawle
Perahu-perahu dayung itu mendekati kawanan paus sperma yang tengah melompat-lompat di permukaan Samudra Pasifik. Owen Chase (Chris Hemsworth), pelaut di salah satu perahu, melemparkan harpunnya. Satu anak paus tertancap. Sekejap kemudian, lautan biru itu menjadi gelap.
Sembari memanjangkan tali yang tersambung dengan harpun itu, para pelaut berharap si anak paus melemah, mati, dan mengambang. Sayang, tali harpun justru melilit dua perahu dayung. Chase terpaksa memutus tali dan kembali ke kapal induk. Tapi, belum lama dia tiba di kapal Essex, kapal induk para pemburu paus, seekor paus sperma raksasa, 30 meter panjangnya, menghantam kapal itu. Lambung kapal bocor dibuatnya.
Kelasi satu itu naik ke atas dek. Namun energi paus itu luar biasa. Essex tenggelam hari itu, 20 November 1820. Sebanyak 21 awaknya terdampar di Samudra Pasifik dengan tiga perahu dayung. Mereka bertahan hidup dengan cara apa pun, termasuk mempraktekkan kanibalisme.
Film besutan Ron Howard (Apollo 13, A Beautiful Mind) ini diangkat dari buku nonfiksi Nathaniel Philbrick, In the Heart of the Sea: The Tragedy of the Whaleship Essex, yang sumber utamanya buku yang ditulis Chase dan awak termuda kapal itu, Thomas Nickerson. Howard menghubungkan kisah nonfiksi ini dengan Moby Dick, novel klasik Amerika tentang perburuan paus sperma raksasa, yang ditulis Herman Melville.
Itu sebabnya, film dibuka dengan upaya Melville (Ben Whishaw) mendapatkan cerita tragedi kapal Essex dari Thomas Nickerson tua (Brendan Gleeson). Gambaran paus raksasa dalam film ini sama dengan Moby Dick: memiliki bintik-bintik putih di beberapa bagian tubuh. Gambaran kapten kapal Spanyol (Jordi Molla) yang ditemui kru kapal Essex di Amerika Selatan juga mirip dengan Kapten Ahab, tokoh utama dalam kisah Melville yang kehilangan bagian tubuhnya akibat serangan paus.
Selama paruh pertama, gambar-gambar lautan dan efek CGI sanggup menampilkan aksi keberanian sekaligus betapa brutalnya para pelaut menghadapi paus. Namun Howard tak ingin berhenti di sini. Dia ingin pula menyentuh aspek-aspek lain dalam filmnya, seperti konflik para pelaut dan keputusasaan mereka saat terombang-ambing 90 hari di Samudra Pasifik.
Sulit untuk tidak membandingkan film ini dengan Life of Pi. Terutama soal daya tahan saat berada di laut luas tanpa persediaan makanan apa pun. Life of Pi terasa lebih dramatis. Karya Ang Lee itu berfokus pada bagaimana seorang pemuda India bernama Pi bersama seekor harimau Bengali bertahan hidup di laut dalam sebuah sekoci. Hanya berdua, bukan puluhan orang seperti awak kapal Essex. Tiap detik harimau yang lapar itu bisa menerkam Pi. Adegan demi adegan memperlihatkan bagaimana lambat-laun Pi bisa menjalin "komunikasi" dengan harimau itu. Pi memancing ikan-ikan untuk memberi makan sang harimau.
Konflik dan keputusasaan para pelaut saat tengah terombang-ambing tidak terlalu digarap dengan baik dalam In the Heart of the Sea. Ironi mengakhiri film ini. Perjalanan diawali dengan target mendapatkan 2.000 barel minyak sperma--minyak dari kepala paus sperma yang bernilai tinggi untuk dijadikan bahan bakar lampu minyak. Namun, saat para awak Essex kembali ke Nantucket, Massachusetts, ternyata dunia telah menemukan kerosin, bahan bakar baru lampu minyak.
Amandra M. Megarani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo