Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ziarah dan Wali di Dunia Islam Le culte des saints dans le monde musulman Penyunting: Henri Chambert-Loir dan Claude Guillot Penerbit: EFEO dan Serambi, Jakarta Cetakan I: April 2007 Halaman: 588
Fenomena ziarah terdapat di semua agama. Ia warisan agama bukan-samawi yang menjadi bentuk wisata baru dan memutar roda ekonomi yang luar biasa. Yang membedakan ziarah dari bentuk wisata lain adalah jangkauannya yang begitu luas, meliputi dimensi spiritual, kultural, dan sosiologis. Para peziarah yakin doa dan harapan mereka akan lebih efektif dilakukan di satu tempat yang memiliki hubungan dengan seorang suci (wali atau santo) sebagai kekasih dan wakil Tuhan.
Di Eropa, ziarah yang dilakukan umat Kristiani (Katolik) mengalami kebangkitan luar biasa. Lima hingga enam juta peziarah setiap tahun datang ke Lourdes, Prancis. Makam orang suci Santo Yakobus dari Compostelle di Galice, Spanyol; makam Santo Petrus dan Paulus di Vatikan, Roma; dan makam Yesus di Yerusalem merupakan rihlah keagamaan par excellence bagi umat Kristiani sejak abad pertengahan.
Santo bagi umat Kristiani menjadi semacam wasilah untuk keselamatan bagi jiwa-jiwa pendosa, mediator kepada Tuhan atas permintaan duniawi seperti kesembuhan dan keberuntungan. Buku Ziarah dan Wali di Dunia Islam membedakan istilah wali dalam tradisi Islam dengan santo bagi umat Kristiani. Dalam artikel yang ikut mengantar buku itu, Michel Chodkiewicz mengingatkan bahwa wali adalah friends of God, sahabat Sang Kudus.
Meski konsep dasarnya berbeda, Ziarah dan Wali di Dunia Islam tak melihat perbedaan penampilan di antara wali dan santo. Hal yang sama juga berlaku dalam ziarah. Ziarah merupakan aspek keagamaan yang paling massif dilakukan oleh umat Islam. Ziarah dan Wali di Dunia Islam meng-kaji tradisi ziarah ke makam para wali di dunia Islam melalui berbagai kajian regional. Dari Irak hingga Tiongkok.
Henri Chambert-Loir dan Claude Guillot, dua Indonesianis dari Prancis, mengumpulkan ahli Islam Prancis khusus untuk membahas topik ini, lalu menyunting karya mereka. Ya, inilah karya pertama yang membahas fenomena ziarah di seluruh dunia Islam secara komprehensif.
Di Mesir, berkunjung ke makam wali merupakan tradisi agama rakyat. Orang berkunjung dengan berbagai macam maksud: memohon keturunan, sembuh dari penyakit, dan lain-lain. Setiap hari, makam seorang wali agung di Tanta, Mesir, Syekh Ahmad al-Badawi (w. 1276) tidak sepi dikunjungi orang, terlebih pada Jumat. Bahkan perayaan maulid pendiri Tarekat Ahmadiyyah ini menyedot hingga dua juta peziarah.
Di Irak, makam Syekh Abdul Qadir al-Jilani (w. 1166) tak pernah sunyi diziarahi. Kuburan orang suci yang terletak di Baghdad itu menjadi kuburan teramai didatangi setelah Nabi Muhammad (h. 93). Setiap tahunnya, ada ratusan ribu orang berziarah mengunjunginya. Dimensi internasional ketokohan Al-Jilani memainkan peranan penting bagi datangnya peziarah dari seantero dunia.
Makam Sidi Bomediène di Aljazair atau Sunang Gunung Jati di Indonesia merupakan tempat ziarah populer bagi para pencari kedamaian. Ziarah ke makam orang suci ini menjadi tradisi dan ritual rakyat walau kaum reformis mengutuknya. Mengapa sedemikian hebat daya tarik makam orang suci ini?
Menurut Claude Guillot dan Henry Chambert-Loir, makam wali adalah lingkungan damai di tengah keadaan dunia yang centang-perenang. Makam wali merupakan tempat pelarian bagi kegagalan duniawi. Di makam wali, peziarah menumpahkan segala keluh-kesahnya tentang dunia ini, juga merenungkan perjalanan dirinya.
Pada akhirnya, fenomena ziarah menunjukkan bagaimana masyarakat memahami konsep keagamaan dalam kerangka Islam lokal. Ziarah menampakkan beranekanya muslim di dunia dalam memahami Islam. Perbedaan-perbedaan itu merupakan bukti bahwa Islam lokal di berbagai negara mempunyai banyak ragam. Ziarah ke makam wali mencerminkan multikulturalisme yang tercakup dalam dunia Islam.
Ayang Utriza NWAY
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo