Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pertunjukan musik hadir di tengah pameran tunggal Goenawan Mohamad di Galeri Lawangwangi, Dago, Bandung.
Musik yang seluruh instrumennya dari bambu mengiringi puisi karya Goenawan Mohamad seputar kisah Don Quixote.
Nada-nadanya dibuat dari interpretasi komposer atas puisi-puisi tersebut.
Nada tiupan suling meliuk-liuk di tengah gesekan biola, petikan kecapi, gitar, juga bas, serta tepukan perkusi yang rancak. Sekitar tiga menit kemudian, setelah alunan dari instrumen yang semuanya berbahan bambu itu berangsur tenang, hadir suara biduanita yang menembang tanpa lirik kata. Pada kidung berjudul Pusaran itu ia hanya melantunkan beberapa huruf sambil berintonasi. Pada lagu-lagu berikutnya, suara alam seolah-olah ingin bergabung lewat guyuran hujan yang cukup deras tapi terhalang hamparan terpal tenda putih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Konser gelaran Kelompok Musik Bambu Den Kisot pada Jumat malam, 16 Februari lalu, itu ikut melibatkan Goenawan Mohamad alias GM dan Rebecca Kezia. Keduanya duduk berdampingan di muka samping panggung lalu bergantian membacakan puisi sambil berdiri. Puisi karya GM seputar kisah Don Quixote de la Mancha dari novel klasik karangan penulis Spanyol Miguel de Cervantes pada kurun waktu 1605-1615. Beberapa puisi lain dinyanyikan pada empat lagu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Goenawan Mohamad membacakan narasi cerita Den Kisot di Lawangwangi Creative Space, Bandung, Jawa Barat, 15 Februari 2024. TEMPO/Prima Mulia
Pertunjukan di taman samping Galeri Lawangwangi Creative Space Bandung itu melengkapi acara pameran tunggal GM yang dikuratori Wahyudin. “Kalau pameran saja selama satu bulan bisa membosankan,” kata Goenawan Mohamad di lokasi. Ekshibisi yang berlangsung sejak 2 Februari hingga 2 Maret 2024 dengan judul “Sejauh Ini……..” tersebut menampilkan 123 karya pilihan pada 2016-2024. Di ruang depan galeri, ikut dipajang beberapa wayang golek karakter pementasan Den Kisot.
Sastrawan yang juga dikenal sebagai pendiri majalah Tempo itu juga membuat lukisan, sketsa gambar, dan seni grafis yang ditekuninya selama tiga tahun terakhir. Selain itu, terkait dengan Don Quijote Festival pada 13 Juli 2019 di Galeri Salihara, Jakarta, untuk menyambut penerbitan novel Don Quixote terjemahan bahasa Indonesia, GM menulis naskah untuk pementasan teater boneka yang menggunakan wayang golek. Dibuat secara khusus, wayang itu berkarakter tokoh-tokoh di dalam cerita Don Quixote dengan sutradara Endo Suanda.
Pertunjukan musik yang berlangsung sekitar satu jam itu melibatkan sekelompok musikus lulusan Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung. Mereka sebelumnya merupakan ensambel musik yang mengiringi setiap pementasan teater boneka Den Kisot di berbagai kota sejak 2019. Kelompok itu terdiri atas Ricky Destiawan sebagai pemain biola, Ricky Subagja (klarinet dan kecapi), Dinar Rizkianti (vokal), Wahyu Winata (bas), Maulana Agung (gitar dan vokal), Erlan Purwanto (perkusi), dan Sofyan Triana (flute dan vokal). “Kalau konser musik ini baru sekarang yang lepas dari teaternya,” kata Ricky Destiawan yang juga direktur musik dan membuat serta mengaransemen semua lagu ensambel Den Kisot.
Dia menyiapkan musiknya selama sebulan, termasuk lagu yang liriknya berasal dari empat puisi GM soal Don Quixote. Komposisi musik yang didasarkan pada puisi GM antara lain Di Sebuah Losmen, Doa Padri Dusun Tuhan, Tidurlah Sancho, serta Rocinante. “Secara komposisi, musik enggak nge-pop, fresh menurut gaya saya,” ujar Ricky. Tantangannya, dia melanjutkan, ada pada pengolahan puisi ke dalam lagu, seperti dari kalkulasi jumlah kata hingga kadar emosi karya. Sementara itu, syair tembang lainnya berasal dari naskah pertunjukan teater Den Kisot.
Rebbeca Kezia membacakan narasi cerita Den Kisot bersama Goenawan Mohamad di Lawangwangi Creative Space, Bandung, Jawa Barat, 15 Februari 2024. TEMPO/Prima Mulia
Sutradara Den Kisot, Endo Suanda, mengatakan sebagian besar karya berasal dari musik yang biasa dimainkan saat pementasan teaternya. Dari sisi musik sendiri dia nilai menarik untuk ditampilkan terpisah dari teater. Awalnya, mereka berencana mementaskan Den Kisot di Lawangwangi. Namun, karena ada beberapa kendala dan pertimbangan, GM, Endo, dan ensambel sepakat menggelar konser saja. “Kami bikin lagu-lagu untuk puisi tersendiri yang tidak menjadi bagian dari musik untuk iringan teaternya,” kata Endo pada Sabtu, 17 Februari 2024.
Doktor etnomusikologi dari Washington University, Amerika Serikat, itu menyanggah jika karya itu disebut musikalisasi puisi. Menurut Endo, istilah yang lebih tepat adalah pembuatan komposisi lagunya berdasarkan puisi GM. “Nada-nadanya dibuat dari interpretasi komposer terhadap puisi,” ujarnya.
Secara genre, Endo melanjutkan, karya garapan mereka umumnya tergolong world music. Corak musiknya lazim menggunakan alat-alat musik tradisional dan sentuhan nada etnis. Namun, pada dasarnya, mereka tidak berbasis atau mengangkat budaya suku tertentu, seperti tembang Sunda, Jawa, atau musik Bali. Dengan demikian, mereka dapat lebih berkreasi tanpa batasan kedaerahan. “Puisi dan kisah Don Quixote itu yang lebih menjadi dasar,” katanya.
Pembacaan naskah cerita Den Kisot oleh Goenawan Mohamad di Lawangwangi Creative Space, Bandung, Jawa Barat, 15 Februari 2024. TEMPO/Prima Mulia
Sehari sebelum acara, mereka baru menentukan alur antara lagu dan puisi serta menggabungkannya. Urutannya, menurut Endo, tidak berdasarkan puisi ataupun cerita Don Quixote di teater. “Tapi berdasarkan rasa, enak-enaknya saja antara lagu dan puisi,” tuturnya. Pada pertunjukan itu mereka sengaja membuat alur yang antiklimaks. Tembang-tembang bertempo kalem ditempatkan di urutan belakang.
Sebelumnya, ensambel Musik Bambu Den Kisot pernah menampilkan konser musik di Taman Budaya Jawa Barat, Bandung, pada 2020. Namun, pada masa pandemi Covid-19 itu, pertunjukannya hanya bisa disaksikan secara daring. Tahun ini, mereka diagendakan tampil di Malang antara Mei atau Juni mendatang. Tahun depan, Endo melanjutkan, sudah diatur jadwal untuk menggelar pameran karya Goenawan Mohamad secara akbar di Yogyakarta, yang meliputi seni rupa, puisi, dan musik.
ANWAR SISWADI (BANDUNG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo