Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Last Night
Sutradara: Massy Tadjedin
Skenario: Massy Tadjedin
Pemain: Keira Knightley, Sam Worthington, Eva Mendes
New York menyimpan cerita-cerita Woody Allen. Atau kompleksitas tokoh-tokoh sastrawan J.D. Salinger. Dari para kreator dahsyat ini, kita mengenal orang-orang New York seperti kita mengenal pori-pori kota besar itu. Tapi pojok-pojok New York juga bisa menampilkan kisah sederhana. Film Last Night karya debut sutradara Massy Tadjedin memilih penuturan yang sederhana. Dengan empat pemain dan Kota New York yang seperti raksasa siap menerkam mereka yang tenggelam, Tadjedin memilih penggambaran suasana batin Joanna, Michael, Laura, dan Alex.
Ketika malam turun di New York, Joanna memandang ke luar jendela taksi. Bukan menikmati New York yang kunjung lelap, dia melihat berahi suaminya bangun oleh tubuh perempuan lain. Di pesta itu, Joanna (Keira Knightley) cukup melihat gerak-gerik kecil dan subtil, yang hanya bisa ditangkap oleh kepekaan. Joanna tahu suaminya tertarik pada Laura, kawan sekantornya. Dan Laura pun jelas selalu memandang Michael dengan tatapan meminta. Bagaimanapun, Joanna tahu betul Michael (Sam Worthington) tak akan bergerak memenuhi berahinya.
Malam itu diisi pertengkaran suami-istri, jauh sebelum apa pun terjadi. Tapi cerita tidak selesai. Keesokan harinya, Michael mesti bertugas ke luar kota. Laura sudah pasti menjadi bagian dari tim. Sang suami meninggalkan istrinya dan gundah. Pagi hari itu juga, Joanna bertemu dengan Alex (Guillaume Canet), mantan kekasihnya, seorang lelaki dengan rambut tebal dan aksen Prancis yang membuat perempuan tergelepar. Dari binar mata Joanna, sudah jelas Alex meninggalkan jejak yang dalam di hatinya. Pertanyaan yang muncul sangat sederhana: apakah Michael dan Joanna akan tergoda untuk melalui malam dengan orang-orang yang sungguh atraktif dan lezat itu?
Eksekusi Tadjedin atas kisah satu malam di New York ini memang tidak mementingkan plot dan daya kejut, meski kita tetap didera keingintahuan apakah Joanna dan Michael akhirnya akan melalui garis terlarang itu. Kamera bukan sekadar perekam, tapi juga petunjuk setiap titik emosi Joanna—yang sungguh sulit melepaskan diri dari jejak masa lalu bersama Alex—dan Michael yang terus-menerus diundang oleh mata dan tangan Laura. Halus sekaligus seksi. Bagaimana cara Michael menahan diri dari ajakan Laura menceburkan diri ke kolam renang (lengkap dengan baju)? Mereka berbincang dengan jarak yang cukup jauh dengan baju basah yang melekat pada tubuh. Kita tahu kaki Michael sudah dekat dengan garis terlarang itu.
Sementara napas antara Michael dan Laura adalah embusan nafsu, Joanna dan Michael justru berpotensi sangat berbahaya. Cinta di antara mereka masih tersisa begitu dalam. Jika Joanna memutuskan melangkah menunaikan keinginan mereka untuk bercinta, selesailah sudah.
Keira Knightley dan Sam Worthington memang bukan pasangan yang terbayang bisa bersanding. Tapi kekuatan skenario dan arahan Tadjedin sungguh kuat. Suasana dan kesunyian di dalam keriuhan itu terasa justru dari percakapan yang minim. Kita bersimpati kepada mereka yang tergoda, dan kita tak menyalahkan siapa-siapa. Keempat sosok itu menjadi manusia biasa yang, pada sebuah malam, berlatih, berdiskusi, berdebat, bahkan bertengkar dengan diri sendiri tentang bagaimana caranya menanggapi keindahan yang ada di hadapan mereka. Tidak semua akan setuju dengan keputusan setiap tokoh itu. Tak semua pula akan bisa memahami langkah mereka.
New York di malam hari memang menyajikan pojok yang berisi cerita yang sederhana. Sutradara Massy Tadjedin menuturkan kisah itu melalui puisi.
Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo