Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Semasa kuliah, Artidjo Alkostar tak bisa duduk diam ketika melihat peristiwa yang menurutnya tidak adil.
Setelah lulus kuliah, ia menerima tantangan menjadi dosen untuk memperbaiki almamaternya.
Sikap Artidjo yang semula terbuka perlahan berubah begitu menjadi hakim agung. Baginya, putusan hakim agung harus murni berdasarkan keyakinan diri, tanpa pengaruh orang lain.
PESAN itu mampir ke telepon pintar saya dari nomor milik Artidjo Alkostar, Ahad, 4 Februari 2018, pukul 08.00. Isinya singkat dan terkesan instruktif. Ia berharap bisa bertemu dengan saya di rumahnya di bilangan Sidoarum, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Seminggu sebelumnya, ketika kami berjumpa di Mahkamah Agung, Artidjo memang mengatakan ingin menunjukkan sebuah buku lawas hasil penelitiannya berpuluh tahun lampau. Buku itu berisi hasil analisisnya sewaktu melihat kehidupan para gelandangan di Ujung Pandang—kini Makassar.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo