Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Olah mulut yang menggoyang lutut

Penyanyi jazz as, al jarreau tampil di jakarta. konser yang mengusung corak musik light jazz, fusion jazz, rhythm & blues dan sedikit idiom mainstream jazz, dengan teknik tinggi.

13 Juni 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

IBARATKAN bahwa apa yang dimiliki Al Jarreau itu bak Dasamuka - raksasa di wayang yang sakti mandraguna. Wajahnya sedasa alias sepuluh, mulutnya juga sedasa. Konon, dari setiap mulutnya itu, dia bisa memproduksi suara berbeda-beda, baik warna maupun karakternya. Al Jarreau, 47 tahun, agaknya punya juga "kesaktian" mirip Dasamuka. Dia penyanyi kondang bermuka satu, bermulut satu. Tapi dari mulutnya yang satu itu, dia piawai pula memproduksi beragam warna dan karakter suara, juga bunyi. Bunyi air, pertempuran, pesawat terbang, dan efek lainnya, diproduksi dari mulutnya yang semata wayang. Semua bunyi efek itu tak sekadar diucapkan, tapi dilantunkan. Inilah yang membedakan Al Jarreau dengan Asep Sunarya, dalang wayang golek dari Sunda yang sudah populer itu. Al Jarreau bermain dengan semua suara. Tepatnya: dengan segala jenis bunyi. Bahkan bunyi alat musik pun ditirunya. Dan, hebatnya, semua bunyi itu selalu musikal. Dia, misalnya, berbicara biasa-biasa saja, tapi rasanya itu seperti menyanyi. Rongga mulutnya bak celengan bunyi-bunyian yang musikal. "Kesaktian" inilah yang dia pertontonkan dalam konser di Balai Sidang Jakarta, 2 dan 3 Juni pekan lalu. Konser yang memperkaya goyang lutut penonton itu mengusung corak musik light jazz, fusion jazz, rhytm & blues, dan sedikit idiom mainstream jazz. Dengan niatan menyuguhkan "jam gembira", dan sangat menghibur, memang terasa atmosfer happy hour-nya. Kendati musik dan lagu-lagunya biasa-biasa saja, lalu berubah menggelitik. Padahal sebenarnya, kalau mau, setiap malam kita bisa "menggelitik diri" dengan lagulagu Al Jarreau di pub-pub yang kini menjamur. Lagu-lagu penyanyi jazz ini seolah sudah jadi lagu wajib para pemusik pub kita. Tapi di balik semua itu, kemampuan vokal Al Jarreau - sebagai penyanyi, bukan peraga nyanyian - menarik disimak dan dibicarakan. Secara teknik, kebeningan (sonoritas) suaranya tak luar biasa. Tapi wilayah jangkaunya hebat. Juga keahliannya meropel kata-kata - tanpa kehilangan sifat musikalnya - luar biasa. Ditambah kemampuan improvisasinya - dalam idiom musik jazz - yang juga piawai. "Kehebatan" plus "kesaktian" yang disebut tadi membuat sebuah lagu tua, jazz standar, milik Dave Brubeck dan Paul Desmond, Take Five, jadi sangat progresif. Dengan mulut yang dianugerahkan Tuhan satu-satunya itu, dia membuat sebuah combo - dalam tempo 5/4 yang rumit. Kadang dia berperan seperti bas. Kadang bertingkah ritmik, bagaikan perkusi. Kadang menyanyikan melodi tema. Semua ini dilakukan secara acappela, tanpa iringan alat musik. Inilah pameran teknik yang sensasional. Biarpun rasanya seperti menonton sirkus, dia sangat layak mendapat pujian. Sebab, tak semua orang mampu melakukannya seperti dia itu. Juga, walaupun kehadirannya diantar sebuah lagu kitsch, Breakin' Away, ketika berdialog improvisasi dengan perkusi (dalam idiom afro jazz), seakan lunturlah kesan bahwa dia sebagai penyanyi lagu kitsch. Dialog itu dia lakukan dengan teknik tinggi: sangat total. Dengan santai dan lenturnya, dia mainkan bunyi konsonan dan disonan, membentuk sebuah komposisi perkusi yang padu, dengan permainan perkusi oleh Leonard Gibbs. Ulah seperti itu dia sajikan pula pada selang setiap lagu. Padahal, ulah ini memerlukan teknik yang tidak main-main. Bobby Mc Ferrin, penyanyi jazz yang juga ahli berkonser mulut, jangan ditampilkan sebagai bandingan -karena ia terkotak pada idiom jazz. Jarreau lebih eksperimental. Ia menampilkan tumpang tindih dengan idiom lain. Bukan berlebihan jika bandingannya vokalis sekolahan scperti Cathy Berberian, ketika dia membawakan Aria -- sebuah komposisi musik garda depan karya John Cage. Tapi sayang. Ulah luar biasa ini, yang membuat tontonan lebih bernas, sekadar intermeso, karena tak digali lebih jauh. Tanpa ulah itu, Al Jarrcau bisa kita tonton lebih murah. Dengan menyewa kaset video konser Al Jarreau, di London .... Sebenarnya, teknologi telah menunjang eksplorasi ulahnya. Nona Shapperd, misalnya, lebih berfungsi sebagai backing vokal daripada pemain keyboard. Sebab, keyboardnya dilengkapi teknik midi, antara KX 76 (remote keyboard) dan dua buah keyboard induk, emulator two dan tone generator dari Roland Digital Piano. Keyboard cadangan sudah begitu canggih, tentu Al Jarreau dilengkapi pula dengan asesori yang juga canggih (dia 'kan tokoh sentralnya). Konon, mikrofon maylab-nya dilengkapi dengan reverd dan analog delay khusus, juga dbx. Alat terakhir ini berfungsi mengangkat frekuensi rendah, dan menjernihkan frekuensi tinggi. Dengan berbisik saja, suara Al Jarreau sudah terasa bersih, tanpa distorsi, tetapi suara lebih kaya nuansa. Teknologi ini agaknya mubazir. Ini karena dimanfaatkan untuk melayani "lagu wajib pub" seperti Imagination, We're in this Love Together, Boogie DovJn. Tetapi terlepas dari kenyataan, sebenarnya lagu-lagu ini pula yang justru membuat penonton terhibur. Mungkin itu sebabnya, dia tak berniat astral. Dan itu hak dia sepenuhnya. Beda dengan Al Jarreau, Dasamuka memang tak kenal hi-tech. Dan kulitnya tak hitam, rambutnya tidak keriting. Karena rambut keriting, bagi penata rambut, kurang memberikan alternatif. Tapi apa perlu alternatif? Sementara itu, paham Trans-Avant Garde yakin: "tanpa nilai" adalah sebuah "nilai " . Harry Roesli

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus