Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Orang-orang yang memutar jam kiamat

7 Januari 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KENNEDY, KHRUSCHEV AND THE TEST BAN Oleh : Glenn T. Seaborg. Penerbit : University of California Press, Berkerley, 1981, 320 halaman BUKU ini adalah suatu model penulisan diplomasi, ilmu pengetahuan dan strategi yang amat jarang dijumpai dalam kepustakaan mana pun saat ini. Persoalan yang dikemukakan ditulis dalam bahasa yang jernih, dengan kilas balik tentangan gambaran latar belakang sejarah, tingkat perkembangan kemajuan senjata nuklir, serta tarik-menarik intrabirokrasi di Washington (dan Moskow) yang akhirnya menghasilkan "Persetujuan Terbatas Larangan Percobaan Senjata Nuklir di atmosfer, ruang angkasa, dan bawah laut pada 5 Agustus 1963 di Moskow" . Sepintas, Persetujuan Moskow tahun 1963 itu tidak mempunyai nilai historis apapun, lebih-lebih karena akhir 1983 ini seluruh jalur perundingan Timur- Barat di Jenewa dan Wina praktis macet. Bahkan "jam kiamat", yang biasa dipasang di sampul majalah Bulletin of Atomic Scientists, kini menunjuk pada angka 4 menit sebelum pukul 00.00, tanda bahwa hubungan Washington - Moskow saat ini hampir seburuk tahun 1953, ketika pengembangan bom hidrogen oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet menggerakkan jarum jam ke angka dua menit sebelum tengah malam. Glenn T. Seaborg menjabat ketua komisi tenaga atom Amerika Serikat (AEC) tahun 196l-l97l. Beruntung bagi pembaca ia menyimpan catatan harian tentang tugas tugasnya sebagai ketua AEC, terutama sekitar rangkaian kejadian sebelum dan sesudah persetujuan Moskow, 1963. Dengan cermat dan terperinci, Seaborg menjelaskan bab demi bab, latar belakang politis, keuangan, ilmu pengetahuan, serta matra strategi militer yang mewarnai tahap-tahap menuju penandatanganan bersejarah 20 tahun lalu itu. Seaborg mengungkapkan betapa besar perhatian Presiden John F. Kennedy terhadap ancaman perang nuklir. Dalam salah satu pidatonya yang amat penting, baik karena lsinya maupun karena nilai retorikanya yang tinggi, Kennedy mengimbau para pemimpin Sovict segera menyepakati suatu persetujuan komprehensif yang melarang percobaan senjata nuklir. Pidato Kennedy di American University, Washington DC, pada 10 Juni 1963 itu, antara lain, menyerukan, "Kita semua hidup di bumi kecil ini... kita semua menghirup udara yang sama... kita semua ingin memelihara hari depan anak cucu kita... dan semua manusia." Pidato 10 Juni itulah yang merupakan salah satu alasan mengapa para pemimpin Soviet, teristimewa Nikita Khruschev, mau menyambut ajakan Amerika Serikat menjajaki persetujuan komprehensif sekitar percobaan senjata nuklir. Alhasil, yang dicapai kedua negarawan itu adalah suatu persetujuan terbatas. Apa, bagaimana, dan sebabsebab tercapainya persetujuan terbatas itu merupakan isi pokok buku ini. Jalan menuju persetujuan terbatas itu panjang dan berliku-liku. Pada dasarnya, sikap saling mencurigai yang ada pada kedua belah pihak cukup beralasan. Amerika Serikat ingin mencapai kesepakatan yang menekankan pentingnya sistem pengawasan yang ketat karena curiga pihak Soviet akan meneruskan percobaan-percobaan secara liar. Sebaliknya pihak Soviet tak menginginkan wilayahnya disimak regu pengawas asing karena curiga Amerika akan menempatkan mata-mata. Apalagi, waktu itu "perimbangan kasar" (rough parity) antara Amerika dan Soviet belum tercapai. Amerika Serikat masih unggul, baik dalam jumlah maupun mutu persenjataan nuklir, sehingga Soviet - berkepentingan merahasiakan penggelaran peluru kendali yang dimilikinya. Sungguhpun begitu, beberapa kejadian ternyata menguntungkan kedua pihak untuk meniti Jalan ke arah persetujuan larangan percobaan senjata nuklir sekalipun cuma terbatas. Pertama, ada kontak baik antara Kennedy dan Khruschev sekalipun dalam krisis Karibia, Oktober 1962, Amerika Serikat praktis bikin malu Soviet ketika blokade yang dikenakan terhadap kapal-kapal Soviet memaksa Khruschev menarik kembali penempatan peluru kendalinya di Kuba. Iklim politik yang diciptakan Kennedy dan Khruschev inilah, menurut Seaborg, yang merupakan prakondisi politik penting bagi perundingan terperinci sekitar segi-segi teknis senjata nuklir. Kedua, Seaborg dan sejumlah ilmuwan Amerika lainnya berkunjun ke Uni Soviet dalam suatu program pertukaran ilmu pengetahuan yang menghasilkan sebuah memorandum kerja sama antara kedua negara. Kunjungan ini ikut menciptakan iklim perundingan yang menguntungkan. Khruschev pada mulanya bersikap keras, munkin (menurut Seaborg) karena harus berhadapan dengan marsekal Sovlet yang ingin unjuk gigi setelah dibuat malu dalam peristiwa Karibia. Tapi, akhirnya, dalam sebuah pidato di Berlin Timur, 2 Juli 1963, Khruschev justru mengumumkan kesediannya mencapai persetujuan mengenai penghentian percobaan nuklir secara terbatas. Hingga sekarang banyak orang yang meragukan nilai sebenarnya persetujuan itu yang ditentang, antara lain, gabungan kepala staf Amerika Serikat dan Dr. Edward Teller, tokoh bom-H terkenal. Seaborg juga mengakui kelemahan-kelemahan persetujuan Agustus 1963 itu. JIKA ditilik dari akibat-akibat radiasi, persetujuan itu hanya "lumayan berhasil" karena risiko terhadap kehidupan secara biologis tetap ada selama ada percobaan nuklir di bawah tanah (yang tidak tercakup dalam persetujuan). Ditilik dari perlombaan senjata, ada yang mengatakan bahwa persetujuan itu justru mengesahkan serta menggalakkan penelitian dan pengembangan bom nuklir yang lebih "bersih" dan "bermutu", tapi tidak mengurangi risiko peperangan. Ditilik dari akibatnya terhadap rangkaian persetujuan selanjutnya (ruang angkasa tahun 1967 larangan senjata nuklir di Amerika Latin 1968 persetujuan nonproliferasi 1970 konvensi senjata biologis 1975 persetujuan laranganenjata nuklir di dasar laut, 1972 paket persetujuan SALT-I di Moskow 1972 SALT II bulan Juni 1979 di Wina) persetujuan Agustus 1963 hanya sedikit saja mengerem peningatan persenjataan kedua superpower itu. Bukan kebetulan Seaborg menyelesaikan buku ini pertengahan tahun 1981, saat megaphone diplomacy Reagan vs Andropov tengah berkecamuk. Bukan kebetulan pula yang memberi pengantar buku ini adalah W. Averell Harriman, diplomat kawakan dan ahli Soviet terkenal. Andai kata buku Seabor ini dibaca kembali oleh orang-orang di Geung Putih dan di Kremlin, iklim perundingan antara kedua negara tahun 1984 mungkin akan membaik. Juwono Sudarsono *)"Pengajar Teori Hubungan Internasional pada Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik, Universitas Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus