Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Panji sepuh

Agenda pertunjukan di tim, ikj, pekan film hong kong, pusat kebudayaan perancis pameran seni rupa, dll.

11 September 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah sukses berpentas dua malam di Teater Oncor, Sulistyo Tirtokusumo dan kawan-kawannya berpentas di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Panji Sepuh, demikian repertoar tari itu, konon jenis tari yang ditarikan oleh setiap calon Raja Surakarta di ruang tertutup dalem ageng, tempat pusaka keraton disimpan dengan takzim. Tari ini lebih merupakan ''dialog'' dengan masa silam dan masa mendatang, ketika seseorang membentuk dirinya sendiri. Berdasarkan mitos ini, Sulistyo menggarap Panji Sepuh dengan sentakan yang berbeda (lihat rubrik Tari). Tari ini dipentaskan di Teater Arena, Taman Ismail Marzuki, 13 dan 14 September 1993, pukul 20.00 WIB. Banyak seniman kondang terlibat dalam pentas ini. Penari-penari utamanya adalah Elly D. Luthan, Restu Imansari Kusumaningrum, Maria D. Hoetomo, Sukardji Sriman, dan Wiwiek Sipala. Musik yang ditata Toni Prabowo akan mengiringi narasi dan tembang yang liriknya ditulis Penyair Goenawan Mohamad. Artistiknya digarap oleh Teguh Ostenrik. Topeng-topeng penarinya buatan Gallis A.S. Chuck Davis di IKJ Menyambut Festival Tari Indonesia II, 1993, yang digelar 21 sampai 24 September mendatang, Institut Kesenian Jakarta menyelenggarakan workshop tari. Workshop tersebut diselenggarakan 8 sampai 16 September 1993 di kampus Institut Kesenian Jakarta, kompleks Taman Ismail Marzuki. Pembicaranya adalah Chuck Davis, tokoh tari berkebangsaan Amerika dari American Dance Festival. Acara ini terbuka untuk umum, asalkan membayar Rp 100 ribu. Pekan Film Hong Kong Kine Klub Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) akan memutar enam film Hong Kong. ''Pekan Film Hong Kong Terlaris dalam Peredaran Indonesia Tahun 19921993'' ini berlangsung dari tanggal 10 September sampai 16 September 1993 di Teater Tertutup TIM, Jakarta. Empat hari sebelum pemutaran film itu, yakni 6 September, diselenggarakan diskusi yang membahas film-film tersebut. Pembicaranya adalah Ketua DKJ Salim Said dan Gondomono, antropolog UI yang juga ahli masyarakat dan kebudayaan Cina. Diskusi itu dilangsungkan pukul 14.00 WIB di VIP Room DKJ. Empat Film Perancis Pusat Kebudayaan Perancis memang secara rutin memutar film karya sutradara negerinya. Pekan ini, dari tanggal 7 sampai 14 September, ada empat film yang diputar: Bapteme, Tendre Poulet, Rue Case Negres, dan Les Grandes Gueules. Keempat film itu diputar secara bergantian di Pusat Kebudayaan Perancis di Jalan Senopati dan di Jalan Salemba Raya, Jakarta, pukul 15.30 WIB dan 20.30 WIB. Tendre Poulet karya Philippe de Broca mengisahkan repotnya Lise Tanquerelle menjadi komisaris polisi wanita. Bapteme bercerita tentang cinta dan kehidupan sepasang manusia di tengah kegembiraan dan kemalangan. Film ini disutradarai Rene Feret. Rue Case Negres diangkat dari novel karya Joseph Zobel. Lewat seorang tokoh muda, diceritakan kehidupan masyarakat tradisional Kepulauan Martinique, yaitu ritual-ritualnya, kepercayaan, dan perjuangan masyarakat itu untuk bertahan hidup. Les Grandes Gueules adalah film tentang para pelanggar hukum di hutan Vosges. Film action ini hendak menyampaikan moral persahabatan dan solidaritas. Sambodja di Balai Budaya ''Kemajuan seorang pelukis bukan terlihat dari cepatnya hengkang ke aliran lain,'' demikian kata Sambodja, 59 tahun, pelukis senior yang setia pada aliran naturalis. Mulai tanggal 7 September sampai 13 September 1993, Sambodja memamerkan sejumlah lukisannya di Balai Budaya, Jalan Gereja Theresia, Jakarta Pusat. Dua Figur Yogya ''Pameran Dua Figur'', demikian tema pameran lukisan dua pelukis asal Yogya, Pupuk Daru Purnomo dan Entang Wiharso. Pameran ini digelar di Gedung Bentara Budaya, Jalan Suroto, Yogyakarta, berlangsung selama seminggu, mulai tanggal 11 September 1993. Ong di Meja Makan Di meja makan, yang beredar bukan hanya makanan, tapi bisa pula lalu lintas pikiran. Rabu, 8 September 1993, pakar sejarah Onghokham akan memberikan ceramah berjudul ''Pertemuan Timur Barat di Meja Makan'', bertempat di Erasmus Huis, Pusat Kebudayaan Belanda, Jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta. Ceramah ini adalah bagian dari serial diskusi bertema ''Empat Abad Pertemuan Indonesia-Belanda'' yang dirancang Erasmus bersama para pakar ilmu Indonesia. Tema ini dipilih karena sejak akhir abad ke-16 hingga kini telah terjadi pertemuan antara orang Indonesia dan Belanda dalam berbagai aspek. Acara yang dimulai pukul 19.30 WIB ini akan diawali dengan pengantar dari guru besar sejarah UI dan peneliti utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, A.B. Lapian. Luka-Luka dari Kal-Sel Sanggar Budaya Kalimantan Selatan akan mementaskan drama Luka-Luka, 10 dan 11 September, di Teater Arena Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Drama ini menampilkan sejumlah tokoh yang terombang-ambing dalam ambisi kelompok yang cenderung melihat dunia ini hitam-putih. Tokoh hitam menggambarkan kejahatan dan para tokoh putih menggambarkan kesucian hati nurani manusia. Para tokoh simbolik ini memang sekadar pelengkap. Pementasan ini disutradarai Adjim Arijadi, yang sekaligus menuliskan skenarionya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus