Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jiu Ping, Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis Tebal: 286 halaman Penerbit: The Epoch Times, 2005
Peti mati itu telah disiapkan. Jenazahnya, sebuah partai berusia setengah abad, yang memiliki tentakel-tentakel sangat panjang, dan hidup di sebuah negara berpenduduk 1,3 miliar. Lihatlah daftar dosanya yang melingkar-lingkar: mengkhianati ajaran "sejati-baik-sabar" yang secara turun-temurun selama 5.000 tahunprinsip spiritual rakyat Tionghoamenyebabkan kematian 60 juta rakyat, dan sepak terjangnya yang mendekati ciri kejahatan terorganisasi, sistematis, dan dilakukan secara berjamaah.
Ya, sebuah buku terbit menyambut Tragedi Tiananmen, 4 Juni, dan mengabarkan semua itu. Jiu Ping atau Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis, diterbitkan The Epoch Times, bercerita tentang segala yang gelap mengenai Partai Komunis Tionghoa (PKT). Dalam Pasal 9, "PKT Merusak Budaya Tiongkok", buku ini secara total meletakkan PKT sebagai antitesis "tradisi langit", tradisi yang diwakili oleh keyakinan Konghucu, Buddha, dan Tao. Ya, ada aliran Tao berbicara tentang "yang sejati", Buddha mengenai "kebajikan", dan Konghucu tentang "kesetiaan", tapi Partai tak melihat itu semua. Langit adalah takhayul, dan manusia menciptakan dirinya sendiri: ada pertentangan kelas yang panjang tapi harus dilalui, dan akan muncul "keadilan" yang penuh kesetaraan dan tak merujuk pada batas-batas subyektivitas keluarga, sebagaimana diwariskan kaum borjuis.
Jiu Ping tentu saja tidak berhenti di situ. Buku bersampul merah dengan gambar Tembok Cina membelah di tengahnya ini berkisah tentang akibat dari pikiran-pikiran yang lepas dari "langit" itu. Shu Yin, seorang biksu senior yang menentang penghapusan "tradisi langit" (baca: mengharamkan arak dan daging, melarang biksu dan biksuni menikah dan sebagainya), mengalami aneka teror. Ia dicap "antirevolusi", disekap dalam ruang biksu, tak boleh keluar walau untuk buang air besar dan kecil sekalipun. Shu Yin, ketika itu 122 tahun, disiksa berat. Polisi mendorong tubuhnya hingga terjatuh dari pembaringan. Tatkala keesokan harinya mereka lihat sang biksu masih hidup, penyiksaan dilanjutkan.
Tidak ada pengetahuan yang sama sekali baru ditawarkan buku ini kecuali akibat pelbagai kebijakan partai. Revolusi Kebudayaan (1966_1976) menghasilkan pencapaian yang cukup mencengangkan: 4,2 juta orang ditahan dan diperiksa, dan lebih dari 7,7 juta jiwa meninggal tak wajar. Para intelektual Partai seperti Lao She, Fu Lei, Jian Bozan, bunuh diri karena putus asa melihat jalur kebijakan Partai. Liu Shaoqi, mantan presiden dan pernah menjadi kandidat kuat pengganti Mao Zedong, mati disiksa. Sepeninggal Mao, ada kelompok-kelompok seperti para pemuda liberal eks aktivis Tiananmen 1989, dan Falun Gong yang menjadi sasaran siksaan dan fitnah. Penyiksaan digambarkan dengan jelas, seolah laporan saksi mata yang hadir di tempat kejadian. Tesis Jiu Ping barangkali begini: sejarah bergerak, tapi Cina di bawah PKT tidak akan berubah.
Buku ini menggarap pasal-pasal dengan judul yang sudah menyiratkan isinya: Mengandalkan Kekerasan dan Teror untuk Merebut dan Mempertahankan Kekuatan; Makhluk Jahat yang Menentang Alam dan Sifat Manusia. Jiu Ping adalah gambaran gelap suatu eksperimen yang belum lagi selesai, dan akan makan korban lebih banyak lagi. Buku ini ditulis secara anonim oleh sejumlah orang penting partai yang kemudian menyelinap keluar negeri setelah Tragedi Tiananmen.
Mereka mengklaim buku ini telah mengguncang keberadaan PKT. Sejak dipublikasikan awal 2005, lebih dari dua juta anggota keluar dari Partai. Komite Sentral PKT pun sibuk mengadakan pendidikan kembali tentang nilai-nilai komunisme dan Maoisme. Mereka bertekad menguburkan PKT dan itu mengingatkan kita kepada karya Gordon C. Chang, The Coming Collapse of China. Chang meramalkan kejatuhan PKT, namun sang Partai terus berhasil "menyesuaikan diri" setiap kali krisis terjadi. Sekarang Cina adalah sosok yang memisahkan jalur ekonomi dari politik. Ekonomi dikelola secara kapitalistis, politik tetap di bawah PKT.
Satu lagi yang harus diperhitungkan: seandainya PKT yang telah menggurita selama berpuluh tahun itu ambruk, kepada siapa rakyat akan berpegang?
Bina Bektiati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo