Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Pendobrakan tanpa kekerasan

Inilah perpaduan amerika dan prancis. angeline preljocaj, penata tari prancis yang tengah naik bintangnya, menggelar karyanya yang berani dan berisiko tinggi di jakarta.

30 Oktober 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAMPU meredup terdengar petikan musik dawai. Sunyi. Layar pun terbuka. Dua penari pria berdiri tegak di bawah dua lampu sorot, lalu dari kiri dan kanan panggung 4 lampu saling menyilang. Mereka mengenakan celana panjang hitam dan baju putih lengan panjang dengan jumbai di pergelangan. Bak pinang dibelah dua, keduanya bergerak serempak: tangan kanan cepat menutup mulut, sejenak diam, kepala cepat menoleh ke kiri, membeku lagi, kemudian perlahan sekali tangan kanan direntang ke samping. Rangkaian gerak itu beberapa kali diulang dalam berbagai posisi dan arah. Kadang dengan iringan musik dawai, sesekali dalam sepi. Dengan kostum seperti penari pria, dua penari wanita bergabung. Kedua pasangan berduet di bawah lampu sorot diiringi musik dawai: gerak-gerak unik khas Cunningham yang cepat, rumit, dan matematis, ditambah rasa musikalitas Preljocal, sang koreografer. Ketika musik berhenti, penari pria berjalan keluar dari lingkaran lampu. Pentas menjadi benderang dan keempat penari bergerak dalam kesatuan serempak menyerang, membentuk belah ketupat, dan berderet rapi ke belakang. Inilah Larmes Blanches (Air Mata yang Bening), selesai dalam 23 menit. Publik Jakarta beruntung dapat menyaksikan pertunjukan Balet Angelin Preljocaj dari Prancis ini. Preljocaj memiliki ciri khas: memadu tari modern gaya Amerika dan Prancis tepatnya Merce Cunningham (bekas gurunya) dan gaya individualnya yang khas. Selain Larmes Blanches, ada juga Noces (Perkawinan). Dua-duanya disuguhkan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Sabtu dua pekan lalu. Preljocaj dianggap hebat karena berhasil mengubah tradisi balet klasik yang paling murni sekalipun ke bentuk penataan tari yang inovatif dan energik. Dengan cara itu, konon, ia di Prancis ''mendobrak cita rasa penonton tanpa kekerasan''. Nomor kedua, Noces, lebih khas. Waktu layar naik, di panggung tampak 5 buah bangku duduk panjang tanpa sandaran dan pegangan. Lima penari pria duduk mencangkung dalam berbagai posisi di bangku. Mereka bercelana gelap dan berbaju putih lengan panjang memakai dasi. Lima boneka wanita ukuran manusia dengan baju pengantin putih-putih tergeletak di lantai atau tertelungkup di bangku. Dua penari wanita, satu memakai rok pendek berlengan panjang warna merah yang lain warna hijau, masuk pentas dari samping kiri. Musik Noces karya Stravinski dalam versi asli Rusia mengalun mengiringi entrance kedua penari. Tiga wanita lain, dengan kostum serupa warna gelap, bergabung, mengawali upacara perkawinan yang dikhayalkan Preljocaj. Kelima pasangan menampilkan duet yang memikat. Penari-penari wanita bergerak lincah, berputar, meloncat ke depan, ke atas, dan belakang bangku dengan cepat. Atau, mereka hinggap di pangkuan pasangannya. Para penari pria sigap berpindah dan bergerak melayani pasangannya tapi tetap ''terikat'' ke bangku masing- masing. Kecepatan gerak dan curahan tenaga yang mengalir deras dari para penari mengimbangi raungan musik Stravinski yang menderu. Tampil suasana upacara yang mencekam, mencemaskan, dan penuh misteri. Suasana ingar-bingar ini diselingi saat-saat hening yang bening. Kadang-kadang sepintas kelihatan acak nyatanya banyak kejutan yang dihitung cermat. Ketika dalam duet, kelima penari wanita bergantian meloncat tinggi bertumpu bangku, penari lelaki tegang menunggu. Sigap menerima pasangannya dalam pelukan, tiap pasangan lalu bergulung di lantai pentas. Sebuah demonstrasi teknik gerak berisiko tinggi yang hanya dapat dilakukan dengan kerja sama pasangan yang mantap. Di saat lain, penari pria memindahkan kelima bangku berderet di latar belakang: tiga pasangan menarikan duet, 4 penari sisa bermesraan dengan boneka pengantinnya. Kemudian ke-10 penari menari serempak kadang terbagi menjadi dua grup: 5 pria dengan boneka, dan 5 wanita membentuk kelompok kedua. Ketika musik Stravinski membara, gerakan penari pun semakin tak terkendali. Boneka-boneka pengantin pun diinjak-injak, dibanting, digulung, dan dilemparkan tinggi-tinggi untuk ditangkap kembali oleh penari wanita. Setelah bergerak beringas ''lepas kendali'' penari-penari wanita yang terkuras tenaganya jatuh terkapar. Akhirnya, bangku-bangku ditegakkan pada sisinya, boneka-boneka disampirkan. Lampu berangsur padam. Dua puluh lima menit yang menggetarkan. Sebuah karya yang orisinal, keras, berani, dan tandas. Tiga kunci keberhasilan Preljocaj: kemauan kuat, ketekunan, dan konsentrasi tinggi. Ada erotisme, ada harapan kebahagiaan, tetapi juga rasa tragis, dan ketakutan yang besar ketika pengantin wanita harus diserahkan kepada mempelai pria: akankah dia bahagia, menderita, atau disiksa? ''Perkawinan adalah sebuah penculikan yang disepakati,'' kata Angelin Preljocaj. Angelin Preljocaj, 35 tahun, penata tari muda yang sedang naik bintangnya di forum dunia. Ia setara Mark Morris dari AS, dan Saburo Teshigawara dari Jepang. Karya Preljocaj menunjukkan cara ungkap yang khas: berani dan berisiko tinggi. Seperti mimpi, sebuah karya tari dapat menyajikan imaji-imaji kita sendiri, tentang dunia, atau gagasan-gagasan di mana banyak hal bisa sekaligus benar.Sal Murgiyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum