Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Perang dalam Dunia Sulap

Kisah pertarungan para pesulap. Penuh intrik dan mencekam.

20 November 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

The Prestige Pemain: Christian Bale, Hugh Jackman, Michael Caine, Scarlett Johansson, Piper Perabo Naskah: Christopher Priest (novel), Jonathan Nolan (skenario) Sutradara: Christopher Nolan Produksi: Newmarket Productions (2006)

Para pesulap hebat punya tiga trik penting,” Cutter (Michael Caine), seorang pesulap tua, membuka narasinya. Di depannya, seorang gadis kecil menyimak kata-katanya. Pertama, kata Cutter, ”The Pledge, sulap biasa.” Ia memperagakan sepotong sapu tangan yang berubah menjadi burung merpati.

Trik kedua adalah The Turn, sebuah sulap yang mengubah hal biasa menjadi luar biasa. Gambar kemudian menyuguhkan sebuah adegan seorang pesulap yang bisa melepas ikatan tangan dan kaki di dalam tangki air, lalu beberapa detik kemudian sudah berdiri tegak di luar tangki.

Ketiga? Inilah yang menjadi jantung cerita film ini. Gambar bergerak ke sebuah panggung pertunjukan yang dipenuhi aliran listrik bertegangan tinggi. Seorang pesulap berada di tengah-tengahnya. Sebuah kilat kemudian menggelegar dan sedetik kemudian sang pesulap hilang. Kejutan berikutnya datang: sang pesulap tiba-tiba muncul di belakang penonton. ”Inilah gengsi tertinggi seorang pesulap, sebuah kejutan hebat yang tak pernah ditemukan di mana pun: The Prestige!” seru Cutter.

Dengan narasi tiga trik utama itu, penonton digiring ke suasana London pada era Victorian, antara akhir 1890-an dan awal 1900-an, ketika pertunjukan sulap amat populer dan setiap kejutan dinanti. Pada era ini, para pesulap, dengan segala cara, berlomba-lomba mencari dan menciptakan The Prestige.

Alfred Borden (Christian Bale) dan Rupert Angier (Hugh Jackman) dikenal sebagai pesulap muda yang amat ambisius mencari puncak-puncak trik yang tak tertandingi. Mereka rajin berkeliling ke kota-kota lain untuk memburu The Prestige. Kedua orang yang bersahabat itu adalah murid Cutter.

Tapi sebuah insiden terjadi. Suatu kali Borden salah membuat tali simpul pada pergelangan tangan Julia (Piper Perabo), istri Angier, dalam pertun-jukan Cutter. Pertunjukan dengan trik The Turn pun berubah menjadi malapetaka. Julia tewas di dalam tangki air di depan ribuan penonton. Sejak itu Angier dan Borden pun bermusuhan. Keduanya saling menjegal pertunjukan masing-masing.

Sutradara Christopher Nolan membangun kisah permusuhan dua pesulap itu dengan mencekam. Penonton bahkan tak dibiarkan menarik napas sejenak. Ia menghidangkan trik-trik sulap, yang biasanya menyenangkan dan menakjubkan bagi para penonton sulap, menjadi sebuah horor. Menyeramkan.

Di pertunjukan Angier, misalnya, Borden menyelinap untuk mencelakai tangan penonton yang tengah menjajal trik The Pledge saat melepaskan burung dalam sangkar. Sebaliknya, Angier memasang peluru tajam saat Borden tengah beratraksi menangkap peluru yang baru ditembakkan dari sebuah pistol. Borden terluka dan bahkan ia akhirnya dijebak masuk ke penjara.

Dalam setiap adegan, Nolan praktis tak memberikan petunjuk akan ke arah mana film berakhir. Berbagai kemungkinan bisa terjadi. Penokohan pun dibuat sedemikian rupa sehingga penonton sulit memihak kepada Borden atau Angier. Keduanya sama-sama baik, juga sama-sama berperangai buruk. Sutradara 36 tahun itu membiarkan penonton tenggelam dalam prasangkanya sendiri.

Nolan bersama saudara kandungnya, Jonathan Nolan, mengolah novel pengarang Inggris, Christopher Priest, yang berjudul sama itu dengan dahsyat. Dan hampir semua pemeran bermain cemerlang. Inilah thriller penuh intrik yang menjadi puncak lain pencapaian Nolan setelah Memento (2000) dan film superhero yang tampil dengan begitu filosofis: Batman Begins (2005).

Di puncak pertarungan, Borden dan Angier ”bertempur” memperebutkan gengsi tertinggi dalam pertunjukan The Transported Man. Borden tanpa alat apa pun menghilang dari satu pintu dan muncul di pintu lain dalam hitungan detik. Sebaliknya, Angier menggunakan energi listrik untuk memindahkan tubuhnya dari atas panggung ke podium di belakang penonton.

Lalu, penonton sulap itu pun berdebar menanti apakah tubuh sang pesulap benar-benar muncul di belakang punggung mereka atau lenyap menjemput kematian. Waktu pun beringsut pelan dan menegangkan: satu detik, dua detik, lima detik..., sepuluh detik.…

”Inilah The Prestige. Musuh terbesar pesulap adalah obsesinya sendiri,” Cutter berpetuah.

Yos Rizal Suriaji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus