Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sembilan wayang bedhaya setinggi 1,5 meter berdiri di sebuah pendapa. Begitu melangkah masuk ke Paviliun Indonesia di Arsenale, kita segera tertumbuk pada bau Jawa yang kuat. Sementara kebanyakan karya di paviliun negara lain berbicara tentang hal personal, paviliun Indonesia kental dengan suara identitas. Bagi saya, ketika disajikan di Plaza Bank Mandiri Jakarta sebelum diberangkatkan ke Venesia, wayang karya Sri Astari terasa tak begitu istimewa. Namun di Biennale menjadi lain. Karya ini terasa berbeda di tengah-tengah mayoritas paviliun yang merayakan karya multi-channel video.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo