Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MADAME X
Sutradara: Lucky Kuswandi
Skenario: Khalid Kashogi dan Agasya Karim
Pemain: Aming, Marcell Siahaan, Ria Irawan, Shanty, Titi D.J., Sarah Sechan, Joko Anwar
Di sebuah negara antah berantah yang penuh warna. Di bawah langit gelap, seorang lelaki tinggi besar tampan bernama Kanjeng Badai (Marcell Siahaan) yang beristri tiga orang bercita cita menguasai negeri itu. Dia ingin menutup seluruh tubuh dan wajah perempuan dengan bermeter meter kain untuk menumpas nafsu. Ia gerah dengan perbedaan dan keragaman. Cita citanya: menggilas hal hal yang dianggap ”melawan moral” seperti homoseksualitas, transgender, dan waria. Lalu siapa yang bisa menyelamatkan negara penuh warna ini dari kegelapan?
Perkenalkan Amink a.k.a. Adam a.k.a. Madame X. Seorang lelaki kerempeng gemulai yang sehari hari memulai hidupnya dengan sederhana: menata rambut para pelanggan salon milik Tante Liem (Baby Jim Aditya) dan bercengkerama bersama anak anak Tante Liem, yaitu Aline, lelaki tambun yang kemayu, dan Cuncun, adik perempuannya yang gagah. Film ini dibuka dengan adegan manis hari ulang tahun Adam di salon dan ”keluarga kecil” yang merayakannya. Tetapi itu hanya sekelumit warna pelangi di pojok negara antah berantah itu. Saat malam turun, mereka merayakan ulang tahun Adam di sebuah klub, Adam dijebak oleh seorang pria tampan tinggi menjulang yang tengah duduk di bar sendirian. Sang pria segera saja menyambut rayuan kenes Adam. Tetapi hanya lima menit kemudian, serombongan lelaki berbaju hitam langsung menyerbu Adam dan kawan kawan waria yang lain untuk kemudian dihajar. Mereka dibuang dan ditumpuk ke atas truk seperti serombongan ikan sarden di dalam kaleng.
Adam dipaksa oleh seorang sopir truk untuk melakukan seks oral untuk kemudian ditendang ke pinggir jalan. Pertemuannya dengan sebuah sanggar tari Lenggok yang dipimpin Om Rudy (Robby Tumewu) dan Tante Yantje (Ria Irawan) kemudian membawanya pada sebuah transformasi baru: Madame X, seorang superhero berkostum kulit dan berambut panjang blonda yang membela para kaum marginal: waria, gay, dan lesbian.
Film debut sutradara Lucky Kuswandi ini sebetulnya persoalan serius yang disajikan dengan humor, penuh warna, dan komikal. Lucky bersama duo penulis skenario Khalid Kashogi dan Agasya Karim memotret sebuah masyarakat munafik, yang menggasak waria, setelah memperkosa dan melecehkan.
Metamorfosis seorang Adam menuju Madame X digambarkan dengan jenaka: ada adegan film silat di mana seorang master yang melatih muridnya dengan keras, latihan tari hasil koreografi Rusdi Rukmarata yang sensual dan menawan mata, hingga latihan mengenakan kosmetik. Setelah perjalanan yang lumayan (terlalu) panjang dan berliku, jadilah Amink alias Adam berubah menjadi kupu kupu galak bernama Madame X yang, menurut Lucky, mewakili ”superhero yang abu abu, yang menolak penyeragaman dan melawan ketidakadilan demi kesetaraan”. Yeah!
Lucky menggambarkan sosok hitam (diwakili Kanjeng Badai dan ketiga istrinya yang diperankan oleh Sarah Sechan, Titi D.J., dan Shanty) dengan bagus. Menampilkan sosok villain memang paling asyik. Yang lebih menantang sebetulnya adalah menampilkan sosok superhero. Mereka harus mempunyai masa lalu yang kelam dan sebuah pengalaman pahit lazim menjadi pemicu keinginannya untuk menjadi vigilante. Lucky kemudian menggunakan konsep komik tiga babak, dengan memberikan narasi tertulis: Kisah Adam dan Harun babak satu, dua, dan tiga. Ini cara yang cerdas, meski akan lebih seru lagi jika Lucky menambah unsur animasi dalam adegan itu.
Sebagai ”ibu” yang melahirkan Lucky Kuswandi, produser Nia Di Nata telah menghasilkan seorang sutradara baru yang menjanjikan. Lucky pandai berkisah melalui gambar. Lambang X yang sejak awal diperkenalkan oleh narasi tiga babak Adam dan Harun ternyata memiliki makna penting. Inilah kejutan yang menunjukkan kepandaian Lucky sebagai pencerita.
Tentu sebagai sutradara baru, banyak hal yang ingin disemprotkan ke layar. Subplot rombongan tenaga kerja wanita mungkin bisa diperpendek saja. Lucky bisa berkonsentrasi pada hal yang justru lebih menarik dijelajahi, seperti lingkungan Adam di salon Bu Liem, Aline (Joko Anwar), dan Cuncun (Fitri Tropika). Adik kakak ini yang abang adalah waria dan yang adik seorang lesbian justru menjadi scene stealer yang tampil tanpa beban, penuh warna, dan menghidupkan layar.
Karya Lucky berikutnya sudah pasti akan ditunggu.
Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo