Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEBUAH sepeda motor milik pasukan keamanan Venezuela terbakar di tengah bentrokan antara kelompok antipemerintah dan polisi antihuru-hara di Karakas, Venezuela, 3 Mei 2017. Demonstran yang kesal terhadap kepemimpinan Presiden Nicolas Maduro melampiaskan amarahnya dengan memukul tangki sepeda motor yang masih dilalap si jago merah. Tak disangka, aksi spontan tersebut menyulut ledakan. Api menjalar cepat ke sekitar. Tubuh Jose Victor Salazar Balza, 28 tahun, ikut berkobar. Potret peristiwa terbakarnya demonstran ini terpilih sebagai World Press Photo of the Year 2018 sekaligus pemenang foto single dalam kategori Spot News.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Foto berjudul Venezuela Crisis ini karya Ronaldo Schemidt, jurnalis foto Agence France Presse (AFP) yang berbasis di Kota Meksiko. Dalam wawancara dengan media Inggris, Ronaldo Schemidt menceritakan bagaimana naluri mendorongnya membidik sumber panas yang hanya berjarak beberapa meter dari punggungnya. Sekitar 20 bingkai dihasilkan Schemidt hingga ia tersadar sesosok tubuh terbakar mengarah kepadanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini foto klasik, tapi memiliki energi dan dinamika. Warna, gerakan, dan komposisinya sangat baik, memiliki kekuatan. Saya mendapat emosi seketika," ucap ketua tim juri World Press Photo 2018, Magdalena Herrera. Juri lain, Bulent Kilic, melihat gambar pistol dengan tulisan "PAZ"yang berarti damaimembuat jepretan Schemidt lebih kuat dan mengungguli lima nomine lain yang menceritakan tema serupa: kekerasan.
Nomine tersebut adalah Rohingya Crisis karya Patrick Brown, Boko Haram Strapped Suicide Bombs to Them. Somehow These Teenage Girls Survived jepretan Adam Ferguson, Witnessing the immediate aftermath of an attack in the heart of London karya Toby Melville, dan dua foto The Battle for Mosul dari Ivor Prickett. "Photo of the Year harus menceritakan sebuah peristiwa, cukup penting, juga mesti membawa pertanyaan, harus terlibat dan menunjukkan sudut pandang tentang apa yang terjadi di dunia tahun ini," tutur Magdalena Herrera.
Namun isu kekerasan diangkat sedikit berbeda oleh Adam Ferguson. Fotografer asal Australia ini membuat serangkaian potret gadis-gadis Boko Haram. Aisha, 14 tahun, Falmata (15), Balaraba (20), dan Maryam (16) menutupi hampir seluruh wajah mereka saat kilat kamera Ferguson menerpa. Keempatnya adalah "calon pengantin" yang diculik milisi Boko Haram dari sejumlah sekolah di Maiduguri, Negara Bagian Borno, Nigeria. Oleh Boko Haram, mereka dirias agar tampak cantik, lalu diikat dengan bahan peledak.
Beruntung, mereka berhasil kabur sebelum bom meledak di pusat keramaian yang menjadi target. Kepada Tempo, manajer dan kurator pameran "World Press Photo", Carla Vlaun, mengatakan para korban ini masih rentan oleh stigma komunitas lokal. Bahkan Aisha dan kawan-kawan masih dibayangi kemungkinan menjadi target penculikan berulang. Cerita Boko Haram Strapped Suicide Bombs to Them. Somehow These Teenage Girls Survived ini digadang-gadang sebagai pemenang foto story dalam kategori People.
World Press Photo 2018 menerima 73.044 karya yang dilombakan dalam delapan kategori foto single dan story. Delapan kategori itu adalah Nature, Environment, People, Sports, General News, Contemporary Issues, Long-Term Projects, dan Spot News. Dalam kategori Nature dan Environment, fotografer National Geographic, Thomas P. Peschak, menunjukan dominasinya. Ia berhasil memperoleh empat predikat. Foto single berjudul Attack of the Zombie Mouse dan Back in Time mendapat hadiah kedua dan ketiga dalam kategori Environment. Adapun dalam kategori Nature, Jump karyanya menjadi pemenang kedua single dan Galapagos: Rocking the Cradle menjadi pemenang ketiga story.
World Press Photo Foundation berencana memamerkan 48 karya terpilih di 45 negara dan mempublikasikannya dalam bentuk buku dalam berbagai bahasa. Di Indonesia, pameran bertajuk "World Press Photo" ini digelar di Bentara Budaya Jakarta, 6-26 September 2018.
Nita Dian
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo