INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN DUNIA KINI DAN MASA DATANG,
oleh Sumitro Djojohadikusumo, Penerbit: LP3ES, 229 halaman,
Jakarta, 1976.
INDONESIA adalah pelbagai problim. Problim itu tak jadi hilang
dengan bertambahnya umur bahkan cenderung bertambah. Satu
problim besar kita--penduduk yang kini 120 juta itu -- jelas
makin memberat bersama proses waktu. Bersama itu masalah
pemukiman pangan sandang dan lain-lain. Seakan-akan kita hidup
menuju bukan suatu masa depan yang "adil dan makmur" seperti
yang biasa kita impikan melainkan ke suatu kemelut yang
melingkar-lingkar. Hampir semua gambaran cocok untuk selera
seorang pesimis. Atau sebaliknya diperlukan pembawa kabar
gembira yang betul-betul memikat.
Prof. Sumitro Djojohadikusumo dengan buku yang sangat rapi
dicetak ini tidak mungkin memenuhi selera sang pesimis secara
memadai. Tapi ia juga bukan pembawa berita harapan yang memukau.
Menteri Riset yang produktif dalam menulis ini mengikhtisarkan
serangkaian persoalan yang kita hadapi kini, dan kemungkinan -
tak lupa tentu saja keharusan - kita buat memecahkannya. Dengan
bahasa Indonesia yang kadang agak kaku ("orang wanita" misalnya,
hal. 31) kalimat-kalimatnya tidak dramatis. Meskipun misalnya
ketika ia menyatakan bahwa pulau Jawa 25 tahun lagi (ketika
banyak di antara kita masih hidup, dan anak-anak kita baru
berumur 30-an) akan mirip "pulau kota". Gayanya juga tidak
membujuk, ketika ia menyatakan bahwa diperlukan "kebijaksanaan
yang tegas, untuk menuju ke arah pembagian yang lebih merata",
guna mengatasi masalah pembagian pendapatan masyarakat di akhir
abad ini. Sumitro. dengan ketenangan seorang profesor, hanya
menunjuk apa problim yang kita hadapi kini begini, apa nanti dan
kita harus melakukan apa pula guna mengatasi itu.
Bagi yang sudah sering mengikuti pelbagai seminar beberapa tahun
terakhir- ini, kerangka problim-problim yang ditampilkan Prof.
Sumitro dengan segera bisa ditangkap . Meskipun, kaitan antara
bab demi bab kurang jelas. Ia merangkaikan penyorotan masalah
penduduk, pangan dan lapangan kerja. Juga
kemungkinan-kemungkinan di bidang energi dan bahan dasar di
dunia. Ia menyajikan satu demi satu hal-hal baru dalam
kemungkin-kemungkinan di bidang ini. Ia membahas pengaruh
timbal-balik antara pertimbangan ekonomi dan politik di satu
pihak dan ekologi serta tata lingkungan di lain pihak. Ia
membahas dan mengritik karya penelitian The Limits to Growth
yang terkenal itu (yang rupanya memang dimaksudkan sebagai
"pengejut" negara-negara industri dan belum bicara soal
hubungannya dengan negeri-negeri miskin).Karena memang
persoalannya banyak juga tergantung pada hubungan-hubungan
ekonomi dan politik internasional, Prof. Sumitro dalam 4 bab
menyoroti hampir segala hal yang menyangkut aspek Internasional
dari masalah Indonesia kini dan kelak. Erudisi penulisnya memang
meyakinkan: Sumitro menyoroti sampai-sampai pada masalah
"perimbangan strategi militer dan 'perkembangan inflasi dunia".
Agaknya tak mungkin seorang penulis resensi sanggup membahas
setiap bab dari bukunya yang seakan-akan ingin menjawab
"segala-hal-yang ingin anda ketahui tentang persoalan Indonesia
kini dan kelak".
Bagi saya yang menarik adalah: setelah kita memandang peta
persoalan Indonesia yang lengah dan akan kita hadapi, maka apa
yang harus dilakukan? Bab kedua buku ini setidaknya
menggambarkan, bahwa Sumitro bukannya tak memikirkan itu. Dalam
bab ini sebetulnya diikhtisarkan ' kepincangan dan keganjilan"
yang terdapat di Indonesia sejak masa kolonial dulu, misalnya
tak meratanya pembagian kekayaan di masyarakat, kepincangan
dalam tingkat pertumbuhan antara berbagai sektor kegiatan
ekonomi dan lain-lain. Semua itu memerlukan perombakan
struktural Nah, bagaimana dan terutama dilakukan oleh siapa?
Sumitro menjawab, "jelas diperlukan kesungguhan ikhtiar dan
ketekunan terus menerus dalam pengarahan dan pelaksanaan
kebijaksanaan negara". Seraya menekankan pentingnya "wewenang
atas kekuasaan negara dan atas pengendalian kebijksanaan
negara", Prof. Sumitro menyatakan pula bahwa banyak hal
tergantung dari "tabiat dan sikap kelakuan golongan kepemimpinan
masyarakat yang menguasai wewenang kebijaksanaan negara".
4-Harus
Lalu ia pun menyebutkan empat persyaratan: Pertama, kepemimpinan
politik itu harus punya rasa tanggungjawab yang mendalam atas
kepentingan masyarakat. Kedua, harus punya persepsi politik yang
luas dan mendalam. Ketiga, adanya keahlian profesional dan
ketrampilan teknis di berbagai bidang. Keempat, adanya kerangka
dasar untuk kekuasaan efektif. Keempat-empatnya harus ada secara
seimbang dan berkombinasi. Sayangnya, 4-harus itu tak dijelaskan
oleh Prof. Sumitro bagaimana mencapainya. Persisnya, bagaimana
proses munculnya kwalitas kepemimpinan yang semacam itu bisa
berlangsung secara reguler dan tanpa kekerasan--itulah persoalan
besar yang tak termasuk dalam "peta" buku ini.
Tapi siapa pun yang ingin mendapatkan wawasan yang paling
mutakhir tentang tantangan-tantangan kita, dengan data yang
meyakinkan, karya Prof. Sumitro perlu dimiliki sebagai referensi
dan pengingat-ingat, bahwa ciri pembangunan memang bukan
tumpengan dan menggunting pita. Ciri pembangunan adalah
kesadaran akan problim, dan kesiapan, kesediaan serta kerja
untukmemecahkannya - bukan buat satu kali, tapi buat seterusnya.
Sebab problim, seperti halnya Indonesia, tak akan mati-mati.
Goenawan Mohamad
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini