Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Memahami Negativitas: Diskursus tentang Massa, Teror, dan Trauma Penulis: F. Budi Hardiman Penerbit: PT Kompas Media Nusantara Jumlah halaman: 182 hlm. + XLIV Epilog: Dr Karlina Supelli
Pengalaman kekerasan, penghancuran, dan penderitaan merupakan sumber sekaligus obor pembara refleksi kemanusiaan yang tak pernah habis. Pada masa lampau, penderitaan mendorong manusia mengkonstruksi mitos-mitos dan bentuk-bentuk tragedi sebagai jalan atau sarana menghayati, seraya belajar melampaui penderitaan. Di masa kini, ilmu pengetahuan dan filsafat (juga teologi) menggantikan mitos untuk memberi jalan dan penerang untuk melampaui kesakitan dan penderitaan. Melalui buku Memahami Negativitas, F. Budi Hardiman meneruskan tradisi di jalan filsafat, mengajak kita merefleksi kekerasan dan penderitaan
Negativitas merupakan suatu keadaan defisit akan yang baik. Ia bisa dikenali melalui ekspresi fenomenal yang merentang dalam berbagai evil kehidupan, mulai dari korupsi sederhana hingga destruksi yang massif dalam berbagai pembantaian berbasis rasisme, gender, dan agama maupun etnis sebagaimana kita saksikan lagi pada sepuluh tahun belakangan ini. Salah satu sumber pokok negativitas, Budi Hardiman menganjurkan, haruslah digali dari perlakuan manusia modern terhadap politik dalam artinya yang paling subtil. Untuk itu, ia menganjurkan kita agar mencamkan peringatan Hannah Arendt tentang hancurnya res publika.
Mengikuti Aristoteles, Arendt membagi tindakan manusia dalam dua gugus, yakni res publica atau polis, dan oikos atau res privata. Res publica merupakan atmosphere of dignity—segala konsepsi tentang bagaimana masyarakat yang baik dan luhur dicari dan ditempuh secara diskursif. Sementara itu, oikos merupakan gugus tindakan yang mewakili kepentingan-kepentingan ekonomi, keluarga, dan pribadi. Bagi Arendt, politik harus dimengerti sebagai res publica dan dengan itu ia harus dipisahkan secara tegas dengan oikos. Negativitas, bagi Arendt, muncul sebagai akibat dari dimangsanya res publica oleh oikos. Totalitarianisme dan fasisme muncul akibat Negara diprivatkan secara total sebagai milik seorang bapak agung bernama Hitler.
Totalisasi oikos juga menghancurkan segi-segi diskursif dari politik. Akibatnya, orang kehilangan potensi sebagai makhluk bertutur yang membangun dunia, terasing, kesepian, dan akibatnya lahir apa yang disebut Budi Hardiman sebagai heterofobia, takut akan ”yang lain”. Dari sini kemudian kita jadi paham mengapa destruksi memilih mengambil bentuk sebagai massa. Sebab, di dalam massa, yang ada hanya keseragaman, kepatuhan, dan mimesis dari kemesinan. Di dalam massa, ”yang lain” betul-betul hilang secara total.
Bertolak dari keadaan ini, buku ini menganjurkan kita supaya merehabilitasi res publica melalui apa yang disebutnya sebagai membangun politik komunikatif serta mencoba melampaui trauma dan kesakitan kita dengan memastikan keadilan.
Buku ini sendiri merupakan kumpulan tulisan dari beberapa makalah, dibagi dalam tiga bagian besar, yakni memaparkan negativitas, menguak negativitas, dan melampaui negativitas. Sebagaimana buku-buku lain yang dicapai dari tulisan terpisah, sering terasa adanya loncatan kecil. Misalnya pada bagian pertama, dari tema res publica Hannah Arendt yang filosofis dan politis ke tema mengenai massa dan kepatuhan yang lebih sosio-antropologis. Akan sangat bermanfaat apabila tema soal massa dan kepatuhan juga disorot secara intensif dalam kacamata yang lebih politis. Juga dalam tema tentang penderitaan yang menggunakan Viktor Frankl, sorotan nyaris lebih terasa teologis ketimbang politis. Padahal, baik juga apabila disentuh upaya-upaya perlawanan dari para survivor sehingga buku ini lebih realistik dan membumi. Tapi, lepas dari itu semua, tidak diragukan lagi bahwa Budi Hardiman secara baik telah membantu merumuskan kebutuhan terpenting kita saat ini, yakni merehabilitasi politik!
Robertus Robet, Sekjen Perhimpunan Pendidikan Demokrasi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo