Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Puisi Bagus Likurnianto dan Vito Prasetyo

Bagus Likurnianto dan Vito Prasetyo menulis puisi di berbagai media. Bagus tinggal di Banjarnegara dan Vito di Malang.

24 Maret 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/Alvin Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagus Likurnianto

Iftitah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

seorang yang membakar aksara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

di hatinya sekian abad

menuliskan kembali pancar cahaya

ke dalam matanya

 

hutan yang amat menyayanginya

memberinya sepatah kayu tua

agar ia tetap bisa berkirim puja

kepada tuhannya

 

di baris alis, rumput begitu liris

rukuk menghadap matahari

menanggalkan bujukan gerimis

di jelang maghrib

 

iapun mengamini bahasa

yang tak lagi terbaca

pada unggun yang memberinya

cinta paling rahasia

 

gelap mulai mengecup keningnya

selagi ia menutup mata

tanpa sinar yang mengikat kata-kata

paling mempesona

 

iapun menjatuhkan hatinya

ke kolam terdalam

memasrahkan raganya

ke mahapurba

 

hingga sekujur jiwanya tenggelam

ke dalam dua salam

yang dilafalkan malam

saat ia benar-benar terbenam

 

Muhiba, 2024


Vito Prasetyo

Di Gerbang Praha 

 

: Rainer Maria Rilke 

 

ada lengkingan purnama 

di balik heningnya cakrawala

semburkan cahaya kecil 

jatuh tersungkur, di lentik bola matamu 

merancap kisah di selembar ingatan 

angin berlari semburat, seakan bercengkerama liar 

melingkari waktu 

lesapkan desah malam, mengiringi perjalanan 

yang tak pernah usai 

kita paku prasasti ingatan

di gerbang Praha: mataku sembab, ini bukan petilasan klasik

 

penggalan tradisi, kita murkai peradaban filsuf 

biarkan riuh udara malam mendengus; mengoyak 

segenggam mimpi dalam bait-baitmu 

hinggap di tirakat kata 

malam bagaikan sederet abjad merupa cermin 

yang tanpa henti menohok tatapanku

di hari esok, ingin kukenang 

menggelarnya di jendela rumah opera

 

Rainer Maria Rilke, 

apakah kita harus bangun dari bau mesiu masa silam 

mengukus petak-umpet tradisi ke dalam luka distopia 

yang menekuri keperkasaan filsuf 

menyimpan di selembar ingatan 

tempayan waktu menyongsongnya 

kata-kata pun mulai retak

di lengkung cahaya, purnama tak lagi menangisi kepergian kereta-kereta kematian

sebab

: peradaban telah menanti di gerbang Praha

 

Malang, 2023 

Bagus Likurnianto, guru pendidikan agama Islam di SD Muhammadiyah 1 Banjarnegara. Saban sore, ia bermain-main di Komunitas Taman Kecil. Sedikit karyanya sempat disiarkan Koran Tempo, Basabasi.co, dan Media Indonesia.

VIto Prasetyo dilahirkan di Makassar, Februari 1964, dan tinggal di Kabupaten Malang. Pernah berkuliah di IKIP Makassar dan bergiat di penulisan sastra sejak 1983. Menulis puisi, cerpen, esai, dan resensi di media lokal, nasional, serta Malaysia.

Maklumat karya

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus