Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tears of Sahara karya Budhi Setyawan.
Hawthorn karya Faris Al Faisal.
Budhi Setyawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tears of Sahara
: tony macalpine
danau purba itu masih menyimpan kecipak ikan
dalam riwayatnya yang kerap tak terbaca
oleh mata kekinian yang telah dipalingkan
ke panggung orkestra gaduh kota kota
jam pasir dalam lawah gelaran
mendesir ke ceruk pertarungan
dalam terkaman siang dan tikaman malam
lingkaran yang tak habis habis memusar
pada perburuan silsilah debu
barangkali kisah kota atlantis yang menangis
menambah teka teki, dan terus saja digali
dari segala penjuru rindu
dengan mantra pengasih untuk memanggil peluk
demi pengakuan keberadaan
tetapi dari sela sela pepohonan yang keras kepala
dan tetap yakin berbiak di antara batu batu
selalu ada unta unta yang rajin mandi matahari
mengabarkan rute pengetahuan
dan warna kehidupan menangkis sesat dugaan
sementara salju dengan agak malu malu
kadang datang bertandang
seperti hendak mengatakan selalu ada celah di ujung
bukankah manusia hidup dari menandai
kemungkinan kemungkinan
tetap ada akustik di ruang terdalam begitu unik
menyambut pesan pesan yang terabaikan
dari kerumunan bernama sekarang
yang gagal mendefinisikan jauh dan dekat
maka katakan, katakan
lewat arpegio dengan perlahan
air mata adalah aliran air minum
bagi yang melata di gurun nasibnya
Bekasi, 14 Mei 2021
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Faris Al Faisal
Hawthorn
aku mendiami telingamu
mendengar mekar hawthorn
harapan moderat menetap dalam riap hutan muda
karunia pada bunga
yang berbisik
terlihat identik, di mana merah mahkota mencipta instrumentalia
dahan perak dan daun perak
begitu murni
hari-hari menjalar
mencari cinta di udara
menemukan cinta di bumi
suara-suara pagi
lebih kucintai bersama matahari putih
menjaga ke(hidup)an
terang oleh cahaya
tuhan mungkin menulis surat
dan aku telah membacanya
seperti nabi-nabi
Indramayu, 2021
Budhi Setyawan lahir di Purworejo, 9 Agustus 1969. Ia menyukai musik dan puisi. Mengelola komunitas Forum Sastra Bekasi (FSB) dan Kelas Puisi Bekasi (KPB).
Faris Al Faisal lahir di Indramayu, Jawa Barat. Ia bergiat di Komite Sastra Dewan Kesenian Indramayu (DKI) dan Lembaga Kebudayaan Indramayu (LKI). Buku puisinya berjudul Dari Lubuk Cimanuk ke Muara Kerinduan ke Laut Impian (2018).
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo