Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Puisi Muhammad Daffa dan Yogarta Awawa Prabaning Arka

Muhammad Daffa dan Yogarta Awawa Prabaning Arka menyiarkan puisinya di berbagai medium. 

23 Juni 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/Alvin Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Muhammad Daffa

Penafsir Anomali

: Fajar dan Bayu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

barisan nabi 

melempar iman 

pada jurang samawi, 

adakah kau dengar

sisa pekiknya, 

atau gema dari kegelapan bahasa? 

kita dimana, tanyamu, doa-doa dikuburkan 

dengan Tuhan sebagai batu nisannya.

 

ayat sebatas kabut  mengepung,

sementara puisi ini

 tetap memilih yang percuma,

gelas-gelas berjejer dengan tamsil qiyamul lail,

para auliya tak henti memuji-muja keramahan surga.

 

surga, katamu, buah bibir penzikir di balik tabir.

tak perlu sirr sepenuh diam, 

bila surga mulai membuka telinga,

mendengar sekhusyuk-khusyuknya. 

nyalakan lagi

sisa sufi dalam diri, 

yang lama terkubur anomali pagi.

 

pagi, apakah datang 

dengan mihrab berkoar-koar sujud penghabisan?

Fajar timbul di antara shalawat sajadah, 

tapi Bayu dihantam bingung

ketika firman menjelma dinding maha beku. 

 

dinding itu memblokade setiap keyakinan, 

ketika Al-Lail tak lagi mahir berdalil.

 datangkan sunyi-Mu, biar bebas

iman yang kebas dari jeratan benalu. 

datangkan cahaya

atau apa pun dari kedamaian firdaus,

 biar tertebus pula segenap haus

 

maret 2024 

Yogarta Awawa Prabaning Arka

Menulis Biografi 

 

aku telah jadi teks biografi 

sejak masuk dalam riwayat hidupmu.

kau menulisku dengan peristiwa

yang menciptakan perjuangan

di tengah kekosongan pahlawan.

 

teks yang kau tulis 

membuka rute sejarah

yang tak bermuara pada kudeta 

atau air mata wanita.

 

sejarah yang membuatku berani

bangkit dari kuburan narasi 

dari dongeng yang menciptakan

ketundukan perempuan.

 

aku di dalam teksmu

mendaki gunung tafsir.

kerikil-kerikil egoku 

berjatuhan dari lembah

membuatku tak bisa 

mencapai puncak ke-aku-an

yang diselumuti lautan awan.

 

di sini, aku tidak sama lagi

bayanganku menjadi guci

yang menyimpan abu kremasi waktu.

 

Palmerah, 2024

Muhammad Daffa, alumnus Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga. Buku puisinya berjudul Talkin (2017) dan Suara Tanah Asal (2018). Naskah kumpulan karyanya Catatan dari Pekarangan Acak menjadi juara ketiga Sayembara Manuskrip Puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan 2023. 

Yogarta Awawa Prabaning Arka bermukim di Palmerah, Jakarta. Cerpen dan puisinya disiarkan di berbagai antologi, seperti Narasi Baru (2018), Semesta Jiwa (2020), serta Sebuah Usaha Memeluk Kedamaian (2021).

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Muhammad Daffa

Muhammad Daffa

Muhammad Daffa, penyair dan alumnus Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus