Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tjahjono Widijanto
Anjing-anjing Tuan Padmosusastro
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“bau dupa sampai di pelataran,
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
tuan, engkaukah yang mengirim isyarat sunyi ini?”
tak ada damar, dan lengking kaingku tinggal gumam di kerongkongan,
entah jam berapa kau tawarkan perjalanan sepur malam
serupa jarum bandang mencucuki kornea mataku
kupikir, relief-relief doaku dapat menjelma tembok-tembok rindu
memanjang dari Balapan hingga Nederland
janji tentang jadwal perjumpaan
menenungku menjadi dua serdadu berwajah pucat
mata mengantuk memeluk dingin bedil seusai palagan
perlahan menjadi sepasang hantu berkeliaran di rumah tuamu
sepanjang hujan dan malam, gemetaran setengah mati
membayangkan subuh datang dan diam
sediam batu kali menyendiri telimpuh dan lumpuh
memandang jalan pulang yang begitu remang
di gudang tua kembali kubaca-baca
kalawarti Sasadara, Tjandrakanta, dan Waradarma.
juga Djawi Kandha, sembari membayangkan ciumanmu
kelabu dan beku dalam jarak yang terpancang begitu angkuh
kubayangkan kau meneriakkan aksara-aksara jawa yang pecah
mengambang di udara dibawa angin menelusup di sela-sela ruang dan tulang
kisah-kisah menakjubkan negeri inlandeer yang kering terbakar hangus oleh cuaca,
“Gus Bei, kaulah kenangan itu, yang ambyar bersama musim yang terus berjalan!”
Ngawi, 2023
Anjing Orthrus
Hercules, kutunggu kau
di pulau yang selalu gelisah, di Erytha
tempat di mana masa lalu telah mati
dan batu-batu diberi jiwa oleh hujan
di antara gugusan pulau-pulau yang berjejer
aku akan menyambutmu bersama
sepenggal puisi di antara gluduk guruh badai
tempat di mana matahari tak bisa abadi
Dengan apa kau datang padaku?
sedang aku hanya punya secuil ingatan
tentang warna laut yang perlahan ditelan malam
kau musuh sekaligus pahlawanku
tak perlu diratapi, kematian akan datang
tak peduli lambat atau berlari cepat
kebahagiaan gaib penuh rahasia
akan datang serupa atis hujan
suaramu yang jauh tertutup pedhut
Hercules, tak ada yang paling perkasa di sini
bahkan antara langit dan laut tak jelas batasnya
kita sesama pemuja samodra, galau saling melukai
menatap narasi sejarah perlahan dikayuh
dalam langit yang satu juga laut yang satu
kisah-kisah yang hidup dalam pintu tertutup
rahasia tentang kita yang kelak pecah dan ambyar
Malang, 2023
Tjahjono Widijanto lahir di Ngawi, 18 April 1969. Selain mencipta puisi, ia menulis esai dan cerita pendek.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo