Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Queen Night Rasa Orkestra

Komposer Avip Priatna menyuguhkan lagu-lagu band rock Queen dalam kemasan orkestra. Ada yang diaransemen kearab-araban.

25 Januari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pentas Jakarta Concert Orchestra bertajuk “Queen Night: We Are The Champions” di Ciputra Artpreneur, Jakarta, 19 Januari lalu. Pradnya Paramita

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mustapha Ibrahim, Mustapha Ibrahim, Allah, Allah, Allah will pray for you....”

SEPINTAS, lirik lagu Mustapha yang dinyanyikan Husein Alatas, lulusan kontes Indonesian Idol, dalam konser “Queen Night: We Are the Champions” di Ciputra Artpreneur, Jakarta, pada Sabtu malam dua pekan lalu itu terdengar berbeda. Nuansa kearab-araban lebih terasa kental daripada lagu aslinya karena Husein membawakan lagu milik band rock asal Inggris, Queen, itu dengan cengkok khas musik Timur Tengah. Apalagi didukung latar belakang panggung berupa padang pasir nan gersang.

Komposisi musiknya juga terdengar berbeda ketimbang versi aslinya. Dalam konser malam itu, konduktor Avip Priatna bersama Jakarta Concert Orchestra mengawinkan suara nge-rock Husein dengan kemegahan orkestra dan petikan gitar elektrik yang garang. Komposisinya terdengar lebih mengentak dibanding versi Freddie Mercury, Brian May, Roger Taylor, dan John Deacon. Boleh dibilang penampilan Husein menjadi kemasan yang legit.

Avip menjelaskan, ia sengaja memilih Mustapha sebagai satu dari 22 lagu dalam konser “Queen Night” yang dihadiri sekitar seribu penonton tersebut. Sebab, lagu itu unik walau kalah populer bila dibandingkan dengan Bohemian Rhapsody, Love of My Life, atau We Will Rock You. Mustapha unik, tutur Avip, karena menjadi salah satu lagu Queen yang maknanya “antah berantah”. Lagu yang terdapat dalam album Jazz (1978) itu juga menggunakan tiga bahasa, yakni Arab, Inggris, dan Persia. “Saya ingin sisi genius Freddie Mercury (vokalis Queen) terlihat, dan Mustapha menunjukkan hal itu,” kata Avip, pendiri Jakarta Concert Orchestra, Batavia Madrigal Singers, serta The Resonanz Children’s Choir dan The Resonanz Music Studio.

Bukan baru kali ini Avip mengusung lagu-lagu Queen ke panggung orkestra. Pada April 2015, Avip sudah melakukannya di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Ia kembali menggandeng komposer Fafan Isfandiar, pianis Elwin Hendrijanto, violinis Michelle Siswanto, Batavia Madrigal Singers, dan The Resonanz Children’s Choir sebagai penampil. Adapun di lini penyanyi ada Husein Alatas, Lisa Depe, Farman Purnama, dan Fitri Muliati.

Avip menyatakan pentasnya tak memanfaatkan euforia film biopik Queen, Bohemian Rhapsody, yang tayang akhir tahun lalu. Ia beralasan, memang banyak karya Freddie Mercury dan kawan-kawan yang menarik dieksplorasi dengan musik klasik. Sebab, lagu-lagu Queen punya rentang genre yang luas, dari rock klasik hingga pop rock. “Jadi saya tinggal menarik melodi dasarnya saja, apakah itu pop, klasik, atau lainnya,” katanya.

Pradnya Paramita

Ke-22 lagu (tiga di antaranya medley) dalam konser “Queen Night” disajikan dalam beragam kemasan. Barcelona, misalnya, terdengar lebih meriah saat dipadankan dengan komposisi musik klasik. Penonton jadi tak bosan menikmati hasil aransemen Fafan Isfandiar itu. Fafan menerangkan, ia hanya sedikit mengubah lagu tersebut, yakni dengan membubuhkan bunyi trompet dan trombon serta menambah durasi suara kor. “Lagu aslinya memakai bunyi-bunyian dari timpani, dan ada orkestranya juga,” ujarnya.

Begitu juga Somebody to Love, yang bernuansa gospel. Lagu ini jadi terasa asyik dinyanyikan Fitri Muliati bersama iringan suara perempuan-perempuan Batavia Madrigal Singers. Sebagai lagu penutup sesi pertama konser, Somebody to Love sukses menyihir penonton bangkit dari kursi dari semula duduk manis. Tak cuma berjoget, mereka juga bernyanyi lantang. Penonton bahkan menghadiahi Fitri tepuk tangan panjang di pengujung lagu.

Setelah geberan lagu bertempo cepat pada sesi pertama, bagian kedua konser dibuka dengan Love of My Life. Lagu sendu yang dibikin Mercury untuk mantan pacarnya, Mary Austin, tersebut hadir lewat permainan piano tunggal Elwin. Liukan nada piano Elwin membuat Love of My Life terdengar lebih menyayat, tapi juga indah. “Elwin ingin menyajikan sisi lain lagu tersebut,” ucap Avip.

Elwin sendiri melawan pakem melankolis lagu itu. Ia mengubah bagian tengah lagu, menggantinya dengan nada-nada yang lebih sumringah dan membangkitkan semangat. Seperti perjalanan cinta yang naik-turun, begitulah Love of My Life tafsiran Elwin.

Setelah Love of My Life, penonton kembali diajak “berkaraoke massal” dan bergoyang lewat We Will Rock You. Lagu itu dibawakan The Resonanz Children’s Choir, yang suaranya membuat lagu maskulin tersebut terdengar menggemaskan. Juga lewat Don’t Stop Me Now dari Batavia Madrigal Singers. Batavia Madrigal menampilkan lagu itu dalam versi yang lebih energetik tapi tanpa menghilangkan rasa Queen di dalamnya.

Bohemian Rhapsody dipilih menjadi puncak konser berdurasi lebih dari dua jam tersebut. Lagu tanpa chorus ini punya komposisi yang terdiri atas enam bagian: intro, balada, gitar solo, opera, hard rock, dan outro atau penutup. Keenamnya dieksekusi dengan manis secara “keroyokan” oleh semua penampil. Klimaksnya ada pada bagian opera dan outro. Lini kor membuatnya sangat megah dan dramatis, seperti keseluruhan konser “Queen Night” malam itu.

ISMA SAVITRI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Isma Savitri

Isma Savitri

Setelah bergabung di Tempo pada 2010, lulusan Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro ini meliput isu hukum selama empat tahun. Berikutnya, ia banyak menulis isu pemberdayaan sosial dan gender di majalah Tempo English, dan kini sebagai Redaktur Seni di majalah Tempo, yang banyak mengulas film dan kesenian. Pemenang Lomba Kritik Film Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019 dan Lomba Penulisan BPJS Kesehatan 2013.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus