PENGANTAR FOTO JURNALISTIK Oleh: Prof. Dr. R.M. Soelarko Penerbit: PT Karya Nusantara, Bandung 1985, 374 halaman INILAH sebuah buku yang mencoba menggambarkan detail permasalahan. Dibagi dalam enam bab pokok, tiap bab masih dirinci tiga sampai enam belas bagian. Ada bab tentang sejarah foto jurnalistik yang terbagi dalam delapan bagian: dari lahir dan majunya fotografi sampai cerita wartawan perang pertama di dunia. Kemudian bab tentang tokoh-tokoh foto jurnalistik, lalu bab makna foto jurnalistik. Tampaknya Soelarko, 70, yang sudah membuat foto dokumenter Konperensi Asia-Afrika, 1955, berniat melahirkan sebuah buku komplet. Apalagi peluang untuk itu memang ada. Sejarah pers Indonesia sudah dimulai pada abad ke-18 - bila surat kabar di zaman Hindia Belanda mau dihitung. Tapi, hingga menjelang akhir abad ke-20 ini, di Indonesia hampir belum pernah ada satu buku yang khusus membahas foto jurnalistik - seandainya tak ada buku Mat Kodak karya Ed Zoelverdi, dan buku Soelarko ini. Maka, sungguh sayang, bahwa dari tangan seorang yang sungguh tak asing dengan dunia foto jurnalistik, materi tulisan yang begitu banyak tidak terkoordinasikan. Loncatan-loncatan pembahasan - meski pembicaraan sudah diusahakan dikelompokkan dalam enam pokok - cukup membingungkan. Misalnya, dari ihwal scjarah foto jurnalistik, tiba-tiba judul tulisan berikutnya adalah tentang foto berwarna. Tampaknya, ambisi untuk menuangkan segala-galanya telah membuat struktur isi buku kurang tertangkap rangkaian bagian-bagiannya. Dan, ini: permasalahan hanya ditinjau secara selintas. Contoh yang jelas, enam belas tulisan tentang tokoh-tokoh foto jurnalistik, hanya singgungan selintas. Keistimewaan dan jasa mereka dalam profesi kurang dimunculkan. Memang, seandainya Soelarko menuliskan lengkap, tak terbayangkan berapa tebal buku ini. Kemudian, yang sungguh agak aneh, buku tentang foto jurnalistik ini, foto-foto sebagai ilustrasi dan penjelasan kurang diperhatikan benar. Tapi ini tentu bukan salah Soelarko. Ini tentulah kualitas cetak yang jadi biang keladinya. Walhasil, buku yang sudah barang tentu diharapkan bisa menarik perhatian orang terhadap dunia foto jurnalistik, jangan-jangan, justru berakibat sebaliknya. Bambang Bujono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini