PERANAN ABRI DALAM POLITIK Oleh : Muhammad Rusli karim Penerbit: Yayasan Idayu, Jakarta, 1983, 125 halaman ANDAI kata pembaca mencari suatu gambaran konkret tentang ABRI, maka buku tipis ini memang tidak bermaksud menyajikannya. Seperti diakui penulisnya, buku ini tidak mencantumkan data kuantitatif, antara lain, karena materi itu tertutup untuk masyarakat di luar ABRI. Jadi, jangankan berapa jumlah anggota ABRI yang berdwifungsi (misalnya bertugas di lembaga eksekutif, legislatif, ataupun perusahaan negara), bahkan berapa jumlah seluruh personil ABRI dan terbagi dalam berapa divisi pun mustahil diketahui dari buku ini. Bagaimana kira-kira penampilan ABRI kelak, ketika misalnya pihak sipil diharapkan mulai kembali berperan, juga murupakan rahasia. Ada disebut- sebut, tapi seperti tanpa wujud. Buku ini pun tak luput mensinyalir adanya friksi dalam tubuh ABRI, tapi antara siapa dan pihak mana, serta bagaimana kemungkinannya di masa depan tidak terungkapkan. Permasalahan yang dipilih sebenarnya aktual. Sebab, pada saat ini orang ramai lagi bicara soal kudeta militer, terutama setelah Jendral Buhori mengambil alih kekuasaan di Nigeria. Sementara itu, orang di Filipina pun ikut cemas - jangan-jangan pemerintah militer berkuasa pula di negeri mereka. Namun, problem hangat dan berat itu kurang ditangani sebagaimana mestinya. Penulis dengan mudah sampai pada kesimpulan tertentu hanya lewat statement miliknya sendiri atau kutipan pendapat para ahli (Indonesia ataupun Barat). Kesimpulan itu tidak didukung analisa yang tajam dan argumentasi yang memadai. Kalimat-kalimat seperti "Di belakang TNI-AD ini berdirilah kelompok agama" atau "Golkar sebagai partner ABRI tak lebih dari perpanjangan tangan ABRI" adalah contoh tentang bagaimana penulis hanya meloncat dari statement ke statement. Bahwa penulis merasa sanggup menilai peran ABRI hanya dengan mengutip sana-sini, terbukti dari kalimat ini: "Dari beberapa pendapat di muka menurut hemat penyusun kecil sekali kemungkinan adanya usaha mengeliminasi kekuasaan yang sudah berada di tangan ABRI ...." Buku ini berpretensi ilmiah, tapi penggarapannya tidak ilmlah. Dan ketimbang isi, judul buku telah melambung terlalu tinggi. Isma Sawitri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini