PERGERAKAN DEMOKRASI JEPANG Oleh: I Ketut Suradjaja Penerbit: PT Karya Unipress, Jakarta, 1984, 181 halaman GERAKAN Demokrasi (Jiyu Minken Undo) punya arti penting dalam perjalanan sejarah bangsa Jepang. Paling tidak gerakan imlah yang akhirnya memungkinkan pembentukan parlemen pada tahun 1890. Dimulai oieh golongan bekas samurai (Shizoku Minken) ternyata bukan cuma sekadar gerakan politik tetapi gerakan kebudayaan dan gerakan pemikiran. Karena melalui Jiyu Minken Undo, rakyat banyak dimungkinkan berpartisipasi dalam politik melalui pendidikan-pendidikan politik secara luas. Puncak gerakan ini terjadi ketika golongan petani kaya (Gono Minken) ikut berpartisipasi. Dan mereka berhasil menghimpun para petani kecil dan penduduk kota. Walhasil, terbentuklah Gerakan Penuntut Parlemen (Kokkai Kisei Domei) yang mengikrarkan petisi terhadap pemerintah agar membentuk Majelis Nasional. Tidak cuma itu. Pemerintahan Meiji akhirnya mengeluarkan slogan "kebebasan semua kelas di kalangan rakyat". Selain itu ada empat perubahan besar: penghapusan ke-daimyo-an dan pembentukan kegubernuran, pembaharuan sistem pendidikan, wajib militer, dan pembaharuan pajak tanah. Gerakan Demokrasi mengalami kemunduran justru setelah golongan petani miskin (Nomln Minken) mengambil alih pimpinan, dan timbulnya perpecahan di kalangan Pari Liberal (iyu-to). Kesempatan ini tak disia-siakan oleh pemerintah oligarki. Merekl memberlakukan UUD Kekaisaran Raya Jepang (Dai Nippon Teikokf Kempo) 1889. laru setelah 1947, "demokrasi" berkembang kembali di Jepang. Namun, patut dicatat, UUD 1889 itu adalah UUD pcrtama yang diterapkan di Asia. Gerakan Demokrasi pada Masa Meiji tidak bisa dilelaskan dari keresahan sebagian masyarakat lantaran modernisasi yang dipaksakan secara cepat dari atas. Keberanian menghadirkan sejarah Jepang dalam bahasa Indonesia - di tengah-tengah membanjirnya tulisan mengenai kehebatan Jepang dalam manajemen - patut mendapat acungan jempol. Itu tidak mudah. Dan, I Ketut Suradjaja telah melakukannya, kendati penyuguhan peta dan bagan sama sekali tidak mendukung keberaniannya itu. James R. Lapian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini