Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-musthafa helmy

Bandung: mizan, 1985. (bk)

22 Juni 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AJARAN KAUM SUFI Oleh: Al-Kalabadzi Penerbit: Mizan, Bandung, 1985, 211 halaman MENGENAL AJARAN KAUM SUFI Oleh: Titus Burckhardt Penerbit: Pustaka Jaya, Jakarta, 1984, 171 halaman ADA semangat beberapa penerbit untuk mengetengahkan buku buku tentang sufisme sebagai dunia esoteris yang menakjubkan. Karya Al-Kalabdzi semula bernama Atta'arruf li madzhabi Ahlit Tashawwuuf, dan merupakan sebuah buku langka - yang kemudian diterjemahkan A.J. Arberry menjadi The Doctrine of the Sufis, merupakan serial penerbit Mizan dari penghadiran itu. Sedangkan karya Titus Burckhardt menempati nomor urut ke-9 dalam seri pustaka Islam dari Penerbit Pustaka Jaya. Wajah sufi digambarkan Kalabadzi melalui jawaban Sahl ibnu Abdillah Attustari atas pertanyaan kepada kaumnya. Ia berkata bahwa dirinya: "Orang yang bersih dari ketidakmurnian, selalu merenung, terputus hubungannya dengan manusia demi mendekatkan diri kepada Tuhan, dan di matanya, emas dan lumpur sama nilainya." Sedangkan Burckhardt menulis: "Sementara jalan hidup orang-orang beriman pada umumnya ditujukan untuk mendapatkan kebahagiaan setelah kematian sebagai suatu keadaan yang dapat dicapai melalui cara tidak langsung dan keikutsertaan simbolis dalam kebenaran Tuhan dengan melaksanakan perbuatan-perbuatan yang telah ditentukan, sedangkan sufisme mengandung bahwa ia dapat memberikan jalan masuk bagi pengetahuan langsung tentang keabadian." Agaknya, karya Al-Kalabadzi, yang wafat pada 385 M, merupakan sebuah buku yang membedah sufi sejak asasnya dan memperkenalkan dunia itu kepada orang lain dengan mengiming-iming keindahan dalam bentuk ajaran itu. Berbeda dengan Burckhardt yang pada akhirnya lebih banyak menguraikan ajaran Muhyiddin Ibnul Arabi, membedah sufi untuk suatu pencarian - karya Al-Kalabadzi hampir bisa mewakili sebagai kitab suci kaum sufi. Al-Kalabadzi juga meletakkan sufisme sebagai warisan dari tindakan-tindakan yang benar. Sedangkan perbuatan yang benar itu adalah melaksanakan syariat Tuhan berdasarkan aturan yang ada, seperti pengamalan hukum Tuhan yang mewajibkan orang bersembahyang lima waktu, puasa, zakat, dan haji. Tak mungkin seorang menjadi sufi tanpa melalui tangga ini dulu. Musthafa Helmy

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus