URBANISASI, PENGANGGURAN, DAN SEKTOR INFORMAL DI KOTA Oleh: Chris Manning (et al.) Penerbit: PT Gramedia, Jakarta, 1985, 427 halaman DERASNYA arus urbanisasi, membesarnya angka pengangguran, dan semakin kuatnya cengkeraman sektor informal dalam sistem perekonomian di kota-kota Dunia Ketiga telah mengilhami Chris Manning dan Tadjuddin Effendi menyusun buku bunga rampai ini. Sejumlah 15 artikel dari berbagai disiplin ilmu - ekonomi, sosiologi, geografi, antropologi, dan kependudukan dirangkum kedua penulis. Menurut Michael Todaro dan Jerry Stilkind, yang menulis artikel pertama dalam buku ini, arus urbanisasi di negara-negara dunia ketiga belum banyak menunjukkan peranan positifnya. "Produksi di sektor industri telah meningkat, tetapi pengangguran dan setengah pengangguran di kota makin tampak. Keadaan orang miskin di desa hampir sama saja dengan 15 tahun yang lalu, bahkan di beberapa daerah keadaannya malah makin memburuk," tulis Todaro dan Stilkind. Karena terbatasnya kesempatan memperoleh penghasilan di kota, kaum urban, yang umumnya mengharapkan kehidupan lebih baik, pada akhirnya banyak terserap dalam kegiatan ekonomi berskala kecil, miskin, dan status hukumnya tidak jelas. Bidang ekonomi seperti itulah yang menyebabkan Keith Hart, antropolog Inggris, melontarkan konsepsi sektor informal pada 1973, setelah mengadakan penelitian di Ghana. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa tak ada mobilitas vertikal dalam sektor informal. Sethurahman, yang menulis artikel kelima dalam buku ini, berdasarkan kasus-kasus yang dikumpulkannya dari enam kota besar Dunia Ketiga, menyimpulkan, "... ada bukti yang menunjukkan bahwa para pekerja bertahan untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik dalam sektor informal. Namun, hampir semua nampaknya menganggap bahwa sektor informal sebagai sumber kesempatan kerja dan pendapatan yang permanen." Adanya mobilitas vertikal itu menyebabkan munculnya gagasan-gagasan baru yang bersifat kritik ataupun penyempurnaan pada konsepsi Hart yang telah diterapkan ILO itu. Mazumdar, yang menulis artikel keenam dan kedelapan, menyatakan bahwa kemiskinan tidak selalu menjadi ciri bagi pekerja di sektor informal. Dan Carlos Sanchez dan kawan-kawan, berdasarkan penelitiannya di Kota Cordoba, Argentina, mengemukakan bahwa sekor informal terbagi dua: sektor informal "murni" dan "semu". Secara keseluruhan, buku ini sangat menarik untuk dibaca. Dalamnya pembahasan dan lengkapnya data-data yang diajukan tiap-tiap artikel dapat Anda jadikan jaminan untuk melihat kaum miskin secara obyektif. Dan, yang paling menarik, buku ini menyediakan bab tersendiri yang membahas sektor informal di kota-kota Indonesia. Praginanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini