ANGIN MUSIM Oleh: H. Mahbub Djunaidi Penerbit: PT lnti Idayu Press, Jakarta, 1985, 176 halaman SEEKOR kucing mulus, yang asyik menikmati lingkungannya di sebuah pasar, tiba-tiba diangkut seorang petugas, dimasukkan ke dalam kertas semen, dan dibawa kabur. Kucing itu dilepas di sebuah bangunan bertembok tinggi, membantu kucing-kucing yang lebih dulu ada di sana untuk menghalau tikus. Mahbub Djunaidi, penulis yang kocak ini tidak mengarang fabel. Ia menulis novel yang sarat dengan kritik sosial, dengan latar belakang situasi panas awal 1980-an. Sebagaimana layaknya sebuah novel, kucing yang jadi tokoh utama itu diuraikan lengkap asal usulnya - tapi itu hanyalah cara Mahbub untuk menyalurkan satirenya bukan sesuatu yang serius benar. Diceritakan, kucing itu lahir dari "ibu kucing" yang dipelihara seorang mandor yang punya istri cantik. Dan "bapaknya" dipelihara seseorang yang pernah menjadi wedana. Lalu, bangunan bertembok tinggi itu ternyata penjara yang dihuni tahanan politik. Kucing ciptaan Mahbub ini bergerak dengan lincah mengikuti gerak-gerik setiap orang, merekam percakapan sesama tahanan, dan tak jarang kucing itu pun memberi komentar. Pada mulanya memang asyik membaca novel ini, bukan karena protes sosialnya itu, tetapi kekocakannya. Namun, lama-lama Mahbub mulai kehabisan jurus-jurus banyolan, dan kemudian mengulang-ulang, suatu hal yang sulit dihindari untuk sebuah buku setebal itu. Putu Setia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini