KEBEBASAN PENERANGAN, LANDASAN OPERASI MEDIA MASSA. Oleh: Drs. Marbangun Hardjowirogo Penerbit: Djambatan, 1984 Jakarta, 367 halaman BUKU yang mengupas masalah kebebasan penerangan memang belum banyak terbit di Indonesia. Mungkin karena itu penulisnya berpretensi -- sepertl dinyatakannya dalam Prakata -- menjadikan buku ini semacam textbook, terutama bagi para mahasiswa ilmu komunikasi massa. Ambisi besar itu sayangnya kurang ditopang dengan penelaahan dan pengkajian yang serius dan mendalam. Uraian pendahuluan di Bab I tentang kebebasan penerangan sendiri, misalnya, sangat singkat, hanya enam halaman. Lalu dilanjutkan Bab II mengenai usaha Perserikatan Bangsa Bangsa, disusul Bab III tentang usaha PBB dan badan-badan khusus. Dan itulah yang paling mengganjal dari buku ini: sistematikanya kacau. Tidak ada urutan pengkajian masalah. Setelah membahas Perlindungan Sumber Informasi, mendadak bab sesudahnya mengupas Masa sesudah Johan Gutenberg. Penulisnya seakan membuat catatan-catatan lepas, dan tidak mengupas permasalahan dalam konteks yang utuh. Ini sesuatu yang agak mengherankan, karena Marbangun Hardjowirogo salah satu perintis ilmu Komunikasi massa di Indonesia -- dikenal banyak menulis di berbagai media massa. Dalam buku ini tidak ditemui kata pengantar, sehingga tidak jelas benar dasar pemikiran yang melandasi. Kupasan dan komentar penulis bercampur aduk dengan uraian masalah -- dalam kalimat-kalimat panjang yang bertele-tele -- sehingga lebih membingungkan. Menilik berbagai contoh kasus yang dikutip, terkesan sumber referensi buku ini agak ketinggalan zaman. Kurang sekali contoh yang aktual, sekalipun buku ini dipersiapkan sejak 1977. Dalam membahas kebebasan penerangan di Indonesia, misalnya, terlihat penulisnya kurang mengkajinya secara mendalam dan sistematis. Yang mungkin paling bisa dimanfaatkan dari buku ini adalah lampirannya, yang menyita hampir separuh tebal buku, dan mencakup berbagai deklarasi dan konvensi mengenai kebebasan pers serta kode etik. Walhasil, sasaran untuk menjadikan buku ini sebagai buku pegangan tampaknya sulit terjangkau. Isi buku kurang bisa memenuhi "janji" seperti dalam judul. Mudah-mudahan dalam edisi berikutnya berbagai kekurangan ini bisa diperbaiki, karena buku semacam ini memang kita perlukan. Susanto Pudjomartono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini