Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Komputer dan kepribadian bangsa

Kepribadian bangsa menyangkut cara pikir dan cara hidup. cara pikirnya adalah campuran antara unsur-unsur lokal, nasional dan multinasional. mengenai cara hidup adalah cara hidup metropolis. (kl)

19 Mei 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA bertanya kepada seorang teman tentang apa itu kepribadian bangsa, saya memperoleh keterangan berikut: Kepribadian bangsa adalah suatu kepribadian kolektif, semacam sikap bersama, yang ditentukan oleh kesadaran bersama, kemudian melahirkan beberapa bentuk tingkah laku yang (sadar tak sadar) dianut bersama. Berhubung masalah ini luas sekali -- begitu nasihatnya lebih lanjut -- sebaiknya pembicaraan tentang soal ini dimulai dari dua jurusan. Yang pertama jurusan cara pikir, yang kedua jurusan cara hidup. Jadi, adakah, dan bagaimana sebenarnya, cara pikir suatu bangsa yang konon sangat menentukan wujud kepribadian bangsa itu? Pertanyaan itu segera terasa terlalu besar untuk ukuran pikiran saya maka saya berpindah ke pertanyaan yang lebih sederhana: bagaimanakah cara pikir kelompok cerdik cendekia yang diharap akan memimpin bangsa mereka? Syahdan, adalah seorang sarjana Indonesia yang akan segera menyelesaikan studi sosiologi pada Universitas Cornell di AS. Sebagai bahan disertasinya, dia mengadakan penelitian tentang perubahan sosial di Yogya dan sekitarnya. Wawancara lapangan dilakukan dalam bahasa Jawa, catatan lapangan disusun dalam bahasa Indonesia, dan disertasi ditulis dalam bahasa Inggris -- dengan bantuan sebuah kamus Belanda-Inggris. Alhasil, dalam pendahuluan buku Social Changes in Jogjakarta Selo Soemardjan, sang pengarang, menulis: "Oleh karena pergantian bahasa dalam menulis monografi ini, maka meskipun yang digunakan adalah kata-kata Inggris, para pembaca mungkin menemukan bahwa citra bahasa dan jalan pikiran saya adakalanya bersifat Jawa, Indonesia, atau Belanda." Saya sendiri menganggap pengakuan itu pantas menjadi confessio doctorum, pengakuan ilmiah para sarjana dan cendekiawan Indonesia tentang cara pikir mereka. Karena bertolak dari basis kebudayaan lokal, didorong oleh kesadaran dan tanggung jawab Indonesia, tetapi menjadi cendekia karena menelan jamu otak dari Barat, kelompok ini jelas mempunyai suatu cara pikir campuran, semacam adonan dan unsur-unsur lokal, nasional, dan multinasional. Apakah yang lokal itu bisa diserap, dan yang multinasional dapat disaring, sehingga diperoleh suatu "citra bahasa dan jalan pikiran yang benar-benar Indonesia? Itu sebagian besar akan tergantung pada kesadaran, kesungguhan, dan kepercayaan diri kelompok ini. Dan perihal cara hidup? Sebetulnya, sebuah tema yang menarik yang dapat dijadikan pokok suatu penelitian sosial ialah: mencari dan menemukan, beberapa saja contoh kehidupan desa yang belun terimbas pengaruh kota dan belum diterobos kebudayaan kota. Masih adakah desa yang tidak berkiblat ke kota? Ataukah kota sudah masuk desa, jauh sebelum koran masuk desa? Eipotesa kira kira berbunyi: urbanisasi fisik, perpindahan tempat penduduk desa ke kota, memang gencar tetapi urbanisasi cara hidup, urbanisasi orientasi dan aspirasi, sebetulnya sudah berlangsung secara hampir total. Dalam praktek, yang dimaksud dengan cara dan gaya hidup adalah cara dan gaya orang kota, yang sudah merembes ke desa-desa, sebelum orang desa berpindah ke kota. Karena itu, untuk menyerderhanakan soal, saya kemudian bertanya: apa gerangan cara hidup kota itu, yang konon besar pengaruhnya terhadap cara hidup seluruh bangsa, dan karena itu berpengaruh pula terhadap wujud kepribadian bangsa? Kemudian, karena menurut pendengaran saya (dalam beberapa seminar) semua kota di Indonesia sebetulnya setiap saat memandang ke Jakarta, maka yang dinamakan gaya hidup kota, cara hidup urban itu, pada dasarnya cara hidup metropol. Karena masalahnya semakin sulit, untuk memperoleh jawaban yang obyektif saya memutuskan bertanya kepada komputer tentang siapa sebetulnya sang metropolis, dan bagaimana cara hidupnya. Seorang metropolis (misalnya dan Jakarta), begitu tulis komputer, ialah orang yang dalam busananya seorang Prancis dalam pilihan mobilnya seorang Jerman secara audiovisual seorang Jepang, dalam shopping behavior seorang Amerika dalam rekreasi seorang Hong Kong dalam kesulitan atau depresi seorang Klaten/Lembang/ Kupang/Mataram (sama saja) dalam arsitektur rumah seorang Spanyol atau Romawi, dalam pendidikan anak seorang desa Indonesia dalam bisnis hemat dan efisien dalam selamatan dan pesta keluarga cukup boros dalam perusahaan seorang manajer yang rasional dalam meramal prospek usaha seorang pengikut dukun, dalam pikiran, urban dalam emosi, rural dalam menghitung benefit seorang modern, dalam menghadapi cost seorang hipertradisional... Puh! Komputer ini mesti salah diprogram. Atau tak mengerti yang saya maksud dengan kepribadian bangsa.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus