Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-susanto pujomartono

Singapura: institute of southeast asian studies, 1982. (bk)

23 April 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

POLITICAL PARTIES AND THE 1982 GENERAL ELECTION IN INDONESIA Oleh: Leo Suyadinata Penerbit: Institute of Southeast Asian Studies, Singapura, 1982, 81 halaman. SEPERTI ditegaskan dalam kata pengantar, ini bukan studi mengenai Pemilu 1982 Penulisnya cenderung menyebut masalah ini: laporan sementara yang mencoba mempelajari masalah dan prospek partai politik, termasuk Golkar, di Indonesia sehubungan dengan Pemilu 1982. Dengan begitu risalah ini berbeda, misalnya, dengan tulisan Ken Ward mengenai Pemilu 1971 yang mendasarkan diri pada pengamatan langsung di lapangan. Di sini Leo Suryadinata mendasarkan tulisannya, sebagian besar, pada sumber kepustakaan, terutama laporan media massa Indonesia. Dan itulah yang mengganjal. Media massa Indonesia, khususnya beberapa tahun terakhir ini, bukanlah sumber informasi yang terlalu dapat diandalkan. Banyak hal dan peristiwa yang lolos dari pengamatan, kurang dalam ditelaah, atau malahan sama sekali "tidak bisa" dilaporkan. Dalam keadaan seperti ini, menganalisa suatu peristiwa politik di Indonesia, apalagi peristiwa besar seperti pemilihan umum, seharusnya ditunjang juga oleh penelitian lapangan. Di situ seorang peneliti bisa benar-benar menghayati peristiwa, dan menggali serta mewawancarai berbagai sumber, termasuk yang "tidak resmi". Mendasarkan diri pada sumber resmi dan laporan pers semata bisa sangat membatasi analisa. Itu terlihat dalam "laporan sementara" Leo, yang mengesankan "miskin" data. Bagaimana pengambilan keputusan dalam Golkar serta "peta bumi" kekuasaan dalam organisasi ini, misalnya, tidak dapat dengan jelas diungkapkan Leo. Analisa sebab kemenangan Golkar sangat terbatas. Ia hanya mengutip tulisan Sigid P. Kusumowidagdo serta H. Kodhyat. Alasan pembreidelan TEMPO yang dikutipnya dari sementara peninjau, tidak jelas siapa, juga tidak tepat. Risalah ini, dengan begitu, terasa kurang mendalam. Ia menyorot suatu peristiwa besar dengan meminjam kaca mata media massa, pada saat yang bersangkutan sedang rabun. Susanto Pudjonartono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus