Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Akhir Kutukan Film Adaptasi Game

Film Gran Turismo mengangkat kisah nyata tentang gamer yang mewujudkan impiannya sebagai pembalap mobil profesional. 

26 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Jann Mardenborough (Archie Madekwe) dalam film "Gran Turismo" (2023). Dok. Sony Pictures

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Gran Turismo merupakan film yang diadaptasi dari game dengan judul sama.

  • Gran Turismo menerobos pakem film adaptasi game dengan mengangkat kisah nyata, soal gamer yang menjelma jadi pembalap profesional.

  • Sebelumnya, tidak ada film adaptasi game yang sukses di pasaran.

Film live action yang diadaptasi dari video games seperti kena kutuk. Dari era Super Mario Bros (1993), Street Fighter (1994), Tomb Raider (2001), hingga Uncharted (2022), semua mendapat nilai buruk di mata media dan kritikus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Maka, begitu mendengar Sony Pictures menggarap Gran Turismo—seri game balap eksklusif PlayStation yang terbit pertama kali pada 1997—banyak dari penggemar game yang pesimistis. Sampai-sampai, begitu mendapat undangan menonton bareng Gran Turismo dari Michelin—perusahaan ban yang jadi mitra film tersebut—pada Kamis, 24 Agustus 2023, saya, yang main Gran Turismo sejak era PlayStation 1, datang dengan langkah gontai. Satu lagi game legendaris bakal mendapat gambaran buruk di layar lebar. Begitu pikir saya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun hanya perlu sepuluh menit sejak Gran Turismo dimulai untuk meruntuhkan kutukan film adaptasi game itu. Modal terbesar film ini bukan gambaran detail mobil sport plus raungannya, juga bukan keseruan kejar-kejaran di sirkuit-sirkuit legendaris seperti LeMans, Prancis, tapi cerita yang diangkat dari kisah nyata.

Jann Mardenborough (Archie Madekwe) dalam film Gran Turismo (2023). Dok. Sony Pictures 

Gran Turismo mengisahkan Jann Mardenborough, pemuda berusia 20 tahun asal Cardiff, Wales, yang menjelma menjadi pembalap profesional berkat kepiawaiannya memainkan game Gran Turismo, meski dia selalu ngotot mengatakan itu bukan "game", tapi "simulator balapan". Mimpi itu Jann wujudkan lewat GT Academy, pelatihan balap mobil kerja sama Nissan dan Sony Interactive Entertainment.

Setiap langkah Jann asli—lahir di Darlington, Inggris, pada 1991 dan masuk akademi pada 2011—digambarkan dengan apik oleh Sutradara Neill Blomkamp. Jann mendapat undangan ujian masuk akademi berdasarkan catatan waktu permainannya yang terekam di server Gran Turismo. Dia menyisihkan 90 ribu pemain lain dan menjadi juara termuda di GT Academy, lalu bergabung dengan tim Nissan. 

Sejumlah nama diganti, juga, tentu saja perannya didramatisasi. Namun, menurut Suhaib Adeel dari situs web Movie Web, semua itu tetap dijaga keautentikannya. Misalnya, Danny Moore (diperankan Orlando Bloom), pengusaha Inggris sekaligus GT Academy, yang diadaptasi dari Darren Cox. "Semua peran Cox dipertahankan dalam film," kata Adeel. Begitu juga Jack Salter (David Harbour), pelatih akademi yang awalnya meremehkan Jann.

Seperti pada game-nya, film Gran Turismo sangat menjunjung tinggi keaslian dan detail. "Tim racing development kami ikut di lapangan untuk memberikan masukan soal ban," ujar Monika Rensina, Manajer Komunikasi Korporat PT Michelin Indonesia, kepada Tempo setelah menonton. Tim tersebut diterjunkan dari Clermont-Ferrand, Prancis, ke sejumlah lokasi di Eropa dalam enam bulan masa syuting.

#Info Film 5.1.1-Gran Turismo

Sutradara Blomkamp dengan apik memutakhirkan situasi 2011 menjadi 2023. Jann asli yang memainkan Gran Turismo 5 di PlayStation 3, misalnya, di-update menjadi Gran Turismo 7 di PlayStation 5. Nuansa game yang terjual lebih dari 90 juta kopi tersebut dibawa ke film, antara lain dengan menempatkan keterangan nama di atas mobil yang sedang melesat di sirkuit. Banyak adegan yang akan membawa pemain, atau pernah main, Gran Turismo bernostalgia.

Bagi penggemar game Gran Turismo, status film ini adalah wajib tonton. Pertanyaannya, bagaimana dengan mereka yang tak kenal game tersebut? Tempo bertanya kepada sejumlah penonton non-gamer. Jawabannya terbelah. Mereka yang suka balap mobil menganggap Gran Turismo tontonan yang menegangkan sekaligus menyenangkan. 

Bagi yang tidak, bisa menganggap film ini membosankan. Saya sempat melihat penonton yang tertidur saat menonton di XXI Gandaria City, Jakarta Selatan, pada siang itu—meski saya yakin tidurnya tak nyenyak karena suara mesin dan putaran ban yang terus meraung di hampir separuh film. Ada juga yang merasa jengah dengan seringnya logo PlayStation muncul sehingga menganggap film ini sekadar media promosi konsol game milik Sony tersebut—dia sama sekali tak terganggu dengan logo Nissan yang lebih acap masuk kamera.

Jann Mardenborough (tengah) bersama rekan-rekannya di GT Academy di film Gran Turismo (2023). Dok. Sony Pictures 

Bukan Sekadar Film Balapan

Di luar soal balapan, film Gran Turismo menyuguhkan perjuangan meraih impian. Jann bercita-cita menjadi pembalap sejak usia 6 tahun. Namun keluarganya—ayahnya, Steve Mardenborough, adalah eks pemain sepak bola profesional yang bermain di klub-klub kecil di Inggris—tak mampu membiayai harapan tersebut. 
 
Dalam meraih cita-cita itu, Jann melewati jalan panjang dan berliku, dari pandangan miring ayah sampai perundungan di arena balapan. Sutradara Blomkamp secara realistis menggambarkan tak ada tokoh yang benar-benar baik dan sepenuhnya mendukung Jann. Si lakon utama sendiri dicitrakan sebagai anak muda yang kikuk dan kadang peragu.

Interaksi antar-tokoh tersebut cukup untuk menjadikan Gran Turismo sebagai film bergenre drama-olahraga yang bagus—nilainya bisa bertambah tinggi karena diangkat dari kisah nyata. Satu hal yang pasti, ini adalah film terbaik yang diangkat dari game.

REZA MAULANA
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Reza Maulana

Reza Maulana

Bergabung dengan Tempo sejak 2005 setelah lulus dari Hubungan Internasional FISIP UI. Saat ini memimpin desk Urban di Koran Tempo. Salah satu tulisan editorialnya di Koran Tempo meraih PWI Jaya Award 2019. Menikmati PlayStation di waktu senggang.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus